Jombang merupakan salah satu kota penting dalam sejarah pendidikan serta perpolitikan negeri ini. Siapa sangka, Jombang menjadi kota 3 pendiri Nahdlatul Ulama. Dan untuk hal ini, Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas pun memiliki andil yang begitu besar. Tahun 1825, di Ds.Tambakrejo, Kec. Jombang, Kab. Jombang, Jawa Timur menjadi titik awal sejarah berdirinya pondok ini yang mencetak generasi hebat hingga sekarang.
Sejarah
Berdirinya pondok ini tidak terlepas dari andil KH. Abdus Salam: seorang kiai, pendekar, dan panglima perang asal Tuban yang berkunjung ke Jombang. KH. Abdus Salam atau yang dikenal dengan dengan sebutan Mbah Shoichah atau Mbah Sechah yang masih punya garis keturunan Joko Tingkir, raja pertama (1549-1582) Kerajaan Pajang ini, setidaknya punya 3 tujuan datang ke Jombang: Pertama, napak tilas dan ziarah ke makam leluhurnya, Pangeran Benowo, putra Joko Tingkir. Kedua kunjungan Mbah Sechah ke Jombang, untuk mencari lokasi yang tepat dalam berdakwah. Ketiga, beliau melakukan survei lokasi untuk mencari tempat strategis terkait Perang Jawa.
Untuk asal muasal Pondok Bahrul Ulum ini bermuara dari tujuan kedua beliau. Pada sebuah tempat yang dinamai alas gedang, beliau memulai dakwahnya. Hingga, tempat itu menjadi sebuah perkampungan yang berdiri padepokan atau pondok yang dinamai Selawe atau dua puluh lima, karena pada waktu itu hanya ada 25 orang santri yang bermukim belajar di sana. Keterangan lain menyebutkan, pondok itu bernama Pondok Telu, karena hanya ada telu atau 3 gothakan (kamar).
Beralih dari masa ke masa, KH. Hasbullah selaku cucu Mbah Sechah ini mengganti nama pondok menjadi Tambakberas. Hingga pada masa KH. Abdul Wahab, pada tahun 1965 empat orang santri dia dipanggil bertemu (sowan), keempat santri beliau tersebut adalah Ahmad Junaidi (Bangil), M. Masrur Dimyati (Dawar Blandong Mojokerto), Abdulloh Yazid Sulaiman (Keboan Kudu Jombang), dan Moh. Syamsul Huda As. (Denanyar Jombang).
Waktu itu yang menjabat sebagai sekretaris pondok adalah Ahmad Taufiq dari Pulo Gedang. Keempat santri beliau ini ditugasi mengajukan alternatif nama pondok pesantren. Walhasil keempat santri ini mengajukan 3 nama alternatif yaitu, Bahrul Ulum, Darul Hikmah, Dan Mamba’ul Ulum.
Dari ketiga nama yang diangkat, hasil istikhoroh kyai Abdul Wahab memilih nama Bahrul Ulum yang artinya “Lautan Ilmu”, kelak diharapkan Tambakberas benar-benar menjadi lautan ilmu.
Setelah memilih nama, beliau mengadakan sayembara pembuatan logo/lambang pondok pesantren. Setelah didapat pemenang sayembara yakni Abdulloh Yazid dari Keboan Kudu Jombang, kyai Abdul Wahab meminta pada logo/lambang pondok pesantren disisipkan ayat Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 109. Bahkan untuk prosesi ritualnya Kyai Abdul Wahab memerintahkan salah seorang santri bernama Djamaluddin Ahmad asal Gondang Legi Prambon Nganjuk untuk membacakan manaqib. Hingga saat ini nama dan lambang abadi tersebut menjadi identitas resmi, eksistensi Pondok Pesantren Bahrul Ulum.
Perkembangan
Pondok Pesantren Bahrul Ulum mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat. Dengan begitu, setidaknya ada 46 rubath yang berada dalam naungan Pondok Pesantren Bahrul Ulum.
Induk, Al-Lathifiyyah I, Al-Fathimiyyah, Al-Muhajirin 1, Al-Muhajirin 2, Al-Muhajirin 3, As-Sa’idiyyah 1, Al-Lathifiyyah 2, An-Najiyah 1, Al-Ghozali Putri, Al-Hikmah, Al-Ghozali, Al-Muhibbin, Al-Lathifiyyah 3, As-Sa’idiyyah 2, Al-Amanah Putri, Al-Roudloh, Al-Hamidiyyah, Al-Wardiyyah, An-Najiyah 2, Al-Maliki 1, Al-Hadi 1, Al-Mubtadi’ien, Al-Ikhlash, Al-Hadi 2, Sabilul Huda, Al-Ustmany, Al-Mardliyah, An-Nashriyyah, Al-Amanah Putra, An-Najiyah 3, Al-Maliki 2, Al-Hidayah, Al-Fatich, Pp. Terpadu Chasbulloh, As-Salma, Al-Falah, Ar-Rohmah, Darul Qur’an, Madrosatul Qur’an, Ad-Diin, Pp Cemerlang An- Najach, Bayt Al-Qur’an, Nur An-Najiyah, Al-Wahidah, Al-Muhajirin.
Untuk lembaga formal sendiri, Pondok Pesantren Bahrul Ulum memiliki strata lembaga formal yang lengkap, mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi.
Mulai dari Paud Al-Firdaus, TK Muslimat 2 Bahrul Ulum, MI Bahrul Ulum, MTsN Tambakberas, MTs Plus Bahrul Ulum, MTs FH Bahrul Ulum, SMP Bahrul Ulum, MAN Tambakberas, MA WH. Bahrul Ulum, MA Bahrul Ulum, MA FH Bahrul Ulum, MMA Bahrul Ulum, MAI Bahrul Ulum, SMU Bahrul Ulum, SMK Kreatif Bahrul Ulum, SMK TI Bahrul Ulum, IAIBAFA Tambakberas, STIKES Bahrul Ulum, UNWAHA Tambakberas.
Selain itu, untuk mengoptimalkan dalam mengurus santri terdapat 9 departemen dalam struktur kepengurusan yayasan, yaitu Departemen Pendidikan dan Kepesantrenan, Departemen HUMASY, Departemen KAMTIB, Departemen Wirausaha, Departemen Sarana Prasarana dan Departemen Pelayanan, Kesehatan dan Lingkungan Hidup, Departemen Infokom, Departemen Ekonomi dan Koperasi, dan Departemen Pengelola Aset.
5 Ajaran Pokok Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas.
Pondok yang memiliki visi, “menjadikan Tambakberas sebagai pusat peradaban Islam yang berfungsi sebagai penyeimbang segala peri kehidupan umat manusia, hingga mampu membentuk masyarakat aman, damai, sejahtera” ini terdapat 5 ajaran pokok yang harus dipegang dan ditaati santri: merawat NU, shalat jamaah, istiqamah membaca Al-Qur’an, mengajar setelah lulus, dan terakhir istiqamah membaca wiridan Huwal Habiban.
Hal itu pun sering diutarakan oleh para dzuriyyah di beberapa kesempatan, termasuk yang disampaikan Agus Azam Khoiruman Najib, selaku Pengurus Yayasan Bahrul Ulum bidang Pendidikan dan Cucu KH. Abdul Wahab Hasbullah ini.
Tak ayal jika pondok ini dinobatkan sebagai Pesantren Terbaik dalam Santri of The Year 2018 kategori pesantren tradisional atau salaf inspiratif yang digelar di UIN Sunan Ampel Surabaya.
Madrasah Muallimin Muallimat
Madrasah Muallimin adalah lembaga pendidikan di bawah naungan Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas yang diperuntukkan untuk santri putra, dan Madrasah Muallimat untuk santri putri.
Madrasah yang didirikan pada tahun 1953 sebagai kelanjutan dari Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah Tambakberas ini sudah berulang kali mengalami perubahan prosedural. Mulai dari penempatan, kurikulum, jam belajar, hingga staf kepemimpinan. Madrasah ini awalnya hanya ditempuh dalam waktu 4 tahun dengan lokasi gedung yang sama, hanya siswa muallimin masuk pagi dan siswi muallimat masuk siang. Untuk kurikulum masih murni dengan menggunakan metode dan kitab-kitab salaf.
Tapi di lain waktu, madrasah ini, -atas usul, KH Muhammad Dahlan selaku Menteri Agama saat itu, pernah dibawa KH. Wahab Hasbullah dari Jakarta kepada KH Abdul Fattah Hasyim selaku pendiri Madrasah Muallimin Muallimat untuk perubahan status madrasah menjadi madrasah negeri. Dengan alur yang panjang, madrasah yang pernah dipimpin Abdurahman Wahid (Gus Dur) sampai tahun 1966 ini akhirnya menjadi Madrasah Tsanawiyah Agama Islam Negeri (MTsAIN) untuk kelas 1-3 dan Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) untuk kelas 4-6.
Untuk sekarang, Madrasah Muallimin Muallimat tetap berdiri dengan wajah baru dan MTsAIN-MAAIN pun tetap ada. Untuk bisa lulus, siswa-siswi harus menempuh waktu 6 tahun setingkat SMP-SMA. Perihal pembelajaran madrasah ini menggunakan 75% kurikulum muatan pelajaran agama (salaf) dan 25% kurikulum muatan pelajaran umum. Dengan insfrastruktur yang telah memadai, baik siswa Muallimin ataupun siswi Muallimat, sekarang sudah disamakan untuk masuk pagi. Hanya lokasi gedungnya saja yang beda.
Menurut datanya, madrasah yang berslogan “Berakhlaq-Berilmu-Berkiprah” ini telah memiliki 3.121 orang siswa. Dengan perincian, 1.569 siswa putra dan 1552 siswi putri. Untuk guru dan pegawai, ada sekitar 188 orang.
Wallahu a’lam.