LBM Al-Mahrusiyah Putra Adakan Penataran Keroisan sebagai Upaya Peningkatan Kreativitas Santri dalam Bermusyawarah
Metode pembelajaran santri di Pondok Pesantren HM- Al-Mahrusiyah perlu ditingkatkan, upaya-upaya telah dilakukan dari tahun ke tahun, semua itu demi terwujudnya lingkungan pesantren yang kondusif dan berwawasan ilmu, oleh karena itu pada kamis (21/ 7) bertempat di Auditorium HM Al-Mahrusiyah, Lajnah Bahtsul Matsail HM Al-Mahrusiyah menggelar penataran keroisan, sebuah wadah yang diperuntukkan untuk mengembangkan kreativitas musyawarah para ro’is Madrasah Dinyah HM Al-Mahrusiyah.
Bapak Aflachi Sa’di, selaku perwakilan dari Kepala LBM Al-Mahrusiyah, dalam sambutannya mengatakan bahwa acara ini diadakan sebagai upaya untuk meningkatkan kreativitas ketika bermusyawarah. Juga sebagai Langkah untuk membangun kreativitas para moderator dan rois ketika bermusyawarah serta menciptakan argument-argumen berkualitas.
“Acara ini adalah bentuk upaya LBM Al—Mahrusiyah meningkatkan kreativitas teman-teman dalam bermusyawarah, temtu dalam bermusyawarah itu ada berbagai macam cara, tetapi bagaiamana cara untuk menciptakan diskusi yang baik, mulai dari persiapan rois, moderator dan sebagainya.” Kata Bapak Aflach.
Acara dilanjutkan oleh sambutan Bapak Johan Yafie, sebagai perwakilan Pembina LBM HM Al-Mahrusiyah. Bapak Johan mengutarakan tentang manfaat dari penataran keroisan, seperti menunjang system musyawarah yang baik di lingkup LBM maupun Madrasah Diniyah, juga mengetahui metode-metode yang baik dalam bermusyawarah. Menumbuhkan semangat musyawarah bagi para santri di HM-Al-Mahrusiyah.
“Secara tertulis kegiatannya ini penataran, menjelaskan terkait tata cara, ada juga yang tidak tertulis yaitu menumbuhkan semangat dalam bermusyawarah” Imbuh beliau.
Setelah itu, Bapak Yashif Alfian memberikan sambutan sebagai Penasehat LBM HM Al-Mahrusiyah, Bapak Yashif bertutur semoga acara ini mendapat keberkahan, serta melalui acara rutinan yang dilaksanakan satu tahun sekali ini, dapat diambil ibrah dan kemanfaatannya, beliau berharap penataran keroisan dapat menambah semangat dalam bermusyawarah, juga sebagai bentuk usaha/ ikhtiar LBM untuk bisa lebih kompak dan maksimal dalam menjalankan tugas-tugas yang diemban.
“Program penataran keroisan ini merupakan agenda rutinan dari LBM. saya berharap, semoga kita bisa mengambil ibrah, hikmah dan manfaat sebesar-besarnya sebagai bekal untuk meingkatkan kualitas bermusyawarah kita. Selain itu program ini sebagai ikhitiar dari LBM agar para musyawirin bisa lebih maksimal dalam menjalankan tugasnya” Kata Mustahiq 3 Aliyah ini.
Memasuki rangkaian acara berikutnya yaitu acara inti berupa penyampaian metode-metode yang baik ketika menjadi moderator ataupun ro’is, dengan dipandu oleh Bapak Irfan Abdurrahman dan pemateri Bapak Abdul Mujib S.N.
Bapak Abdul Mujib merupakan Alumni Madrasah Hidayatul Mubtadi’in pada tahun 2021 dan sekarang menjadi Mustahiq Kelas 1 Aliyah MHM. Dalam perjalanan hidupnya, ia telah melanglang buana dalam kegiatan LBM, beliau pernah menjadi Ketua PBM HP Madura, Sekretaris Umum PBM 1 Aliyah dan banyak lainnya.
Beliau menjelaskan, dalam musywarah atau diskusi harus ada minimal tiga komponen, dan musyawarah tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa peran aktif dari ketiganya. Komponen tersebut adalah: Rois, Moderator, dan anggota musyawarah. Moderator merupakan tugas yang penting. Sebab, dalam musyawarah moderator difungsikan sebagai penampung, pengatur termin tanya jawab, yang tentunya didalamnya terjadi I’tiradl (sanggahan jawaban). Dari poin inilah yang menjadi tolak ukur musyawarah dianggap maju atau tidak. Karena begitu fitrahnya peran moderator dalam musyawarah maka harus tegas, mampu bersifat obyektif dan bisa membagi waktu dalam termin musyawarah.
Kemudian beliau menambahkan sebab-sebab menurunnya kualitas musyawarah, ia berpendapat sendi-sendi pendidikan pesantren kini mulai mengalami penurunan nilai, terlebih kegiatan musyawarah. Indikator penurunan penurunan musyawarah antara lain terlihat dari pelaksanaan musyawarah yang monoton, sepi dari pendapat-pendapat yang tajam dan cerdas, tidak ada perdebatan-perdebatan seru yang masing-masing punya tendensi kuat dan juga tidak muncul permasalahan-permasalahan yang digali dari materi pelajaran.
Pungkas acara diisi oleh doa dan mauidzotul hasanah, dalam momen ini dibawakan Agus Izzul Maula Dhiya’ullah, Guz Izzul ngendikan tentang musyawarah adalah tradisi Ulama Salafussholih yang harus kita lestarikan, karena dengan musyawaraah bisa menjadi sebab futuhnya seseorang
“Alhamdulilah kita masih diberi keistiqomahan oleh Allah dalam menjalankan tradisi yang dilakukan oleh leluhur-leluhur kita, yaitu tradisi bahtsul masail, dengan kita masih memegang tradisi dan amaliyah-amaliyah beliau insyaallah menjadi sebab futuhnya kita“ Kata Cucu KH. Mahrus Aly ini.
Beliau juga menerangkan perihal betapa pentingnya untuk tidak malu dalam berdzikir kepada Allah. Termasuk menyampaikan ilmu seperti musyawarah dan berbahtsu masa’il, sebab jika itu sampai malu maka akan dianggap sombong.
“Ada satu maqolah, Al haya’ Bidzikrillah Al Kibru (orang itu kalau malu berdzikir kepada Allah ataupun malu dalam menegakkan kebenaran, maka itu termasuk sifat kibru/ sombong) jadi kita menyampaikan ilmu-ilmu nya Allah itu termasuk menegakkan kebenaran, jadi kalau sampean paham terhadap ilmu terus tidak menyebarkan itu termasuk dari sifat sombong” imbuh beliau
Ihwal musyawarah, Gus Izzul berkata musyawarah adalah bentuk perintah Allah kepada Kanjeng Nabi, mengenai Kanjeng Nabi yang memiliki sifat fathonah tetap diperintahkan untuk bermusyawarah dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu jangan menyepelekan musyawarah.
“Alhamdulillah kalian disini diajari musyawarah dan berbahtsu masa’il itu adalah salah satu kelebihan pondok pesantren, manfaat dari musywarah sangat besar sekali, Allah dawuhaken, menhkhitobi kepada kanjeng وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ , Kanjeng Nabi yang memiliiki difat fathonah saja tetap disuruh untuk bermusywarah, apalagi kita” Tambah Ketua GP. Ansor Kota Kediri ini.
Selain itu, menurut beliau, musyawarah adalah bentuk kita itba’ kepada kanjeng nabi, dan tanda dari seorang yang alim bukan dari pintar dan pandai dalam memecahkan suatu masalah, tapi dilihat dari seberapa ia mau dalam bermusyawarah menentukan kebijakan.
“Maka dari itu kita bermusyawarah sebagai bentuk itba’ kepada Kanjeng Nabi, dalam kitab Ta’lim telah dijelaskan “orang yang alim bukan yang pandai atau pintar dalam memecahkan suatu masalah, tapi orang yang alim adalah orang yang mau bermusyawarah untuk menentukan suatu kebijakan, ini adalah sejatinya orang alim” Kata beliau.
Acara berakhir dengan dibacakannya Doa oleh Agus Izzul Maula Dhiya’ullah.