web analytics
AD PLACEMENT

Lirboyo Dan Pertempuran 10 November (Kisah Heroik Santri, Berperang Tanpa Senjata Api)

Sumber Gambar: Lirboyo.net
AD PLACEMENT
0 0
Read Time:1 Minute, 48 Second

“Santri Lirboyo siap membantu arek-arek Surabaya yang mati-matian melawan sekutu,” Tegas KH. Mahrus Ali saat terjadi pertempuran 10 November di Kota Surabya.

Peristiwa 10 November begitu membekas, menjadi bagian penting dari proses Kemerdekaan NKRI. Walaupun berjarak 100 km lebih dari Kota Surabaya, Pondok Pesantren Lirboyo menjadi saksi sekaligus pelaku sejarah pertempuran berdarah yang kelak peristiwa itu diabadikan menjadi Hari Pahlawan.

Sering kita dengar ungkapan “Jas Merah” (Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah) dari Bung Karno. Dengan begitu, jangan lupa! Terdapat juga kembaran dari Jas Merah yaitu “Jas Hijau” (Jangan hilangkan Jasa Ulama).

Kejadian di tanggal 10 November menjadi bukti keterlibatan Kiai dan Ulama untuk ikut menjaga kedaulatan Republik Indonesia. Termasuk juga Pondok Pesantren Lirboyo.

AD PLACEMENT

Lalu, bagaimana selaksa peristiwa di Tanah Lirboyo pada saat terjadi rangkaian Pertempuran 10 November? Apakah kegiatan santri mengaji masih berjalan atau malah pergi ke medan pertempuran?

Melihat replika sejarah yang telah ditulis, pada saat perang besar-besaran di Surabaya, Mayor Mahfudz menghadap Kiai Mahrus di Lirboyo, beliau mengabarkan bahwasanya,

”Sekutu yang dibonceng Belanda hendak mendarat di Surabaya, mereka berniat menjajah kembali Republik Indonesia, di wilayah sekitar Tanjung Perak terjadi pertempuran hebat antara arek-arek Surabaya melawan sekutu,”

Mendengar kabar tersebut, spontan Kiai Mahrus berkata, ”Kemerdekaan ini harus kita pertahankan sampai titik darah penghabisan.”

AD PLACEMENT

Kejadian terus berlanjut, bermula dengan diberangkatkannya 97 santri ke Surabaya dengan bersenjatakan bambu runcing dan senjata-senjata tradisional, mereka tergabung dalam Laskar Hizbullah dan Sabilillah.

Tak hanya pengiriman santri ke medan laga, Pondok Pesantrenn Lirboyo juga mengadakan kegiatan gerakan batin untuk mendoakan santri yang akan berangkat ataupun yang sedang bertempur, dengan dipimpin oleh KH. Abdul Karim dan KH. Marzuqi Dahlan.

Kegiatan sosial kemasyarakatan juga digalakkan untuk membantu perang, lewat dari usaha KH. Mahrus Aly untuk mengumpulkan dana dari masyarakat untuk bekal perjuangan laskar Hizbullah dan Sabilillah, masyarakat dengan ikhlas menyerahkan sepuluh persen hartanya.

Berjalannya waktu, pertempuran 10 November telah usai, santri-santri yang sebelumnya gagah memegang sepucuk senjata, kembali ke pesantren untuk kembali mengaji dan menekuni ilmu-ilmu agama.

AD PLACEMENT

Meilihat semangat santri pada peristiwa 10 November, dapatlah menjadi ibrah bagi kita, untuk kembali menggelorakan perang, perang melawan kebodohan, kemalasan dan keterbelakangan.

Cukup sekian, terima kasih.

Wallahu A’lam.

 

 

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

AD PLACEMENT

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Imam Al-Ghazali, Pengarang Kitab Al-Hikmah Fi Makhluqatillah

Imam Al-Ghazali, Pengarang Kitab Al-Hikmah Fi Makhluqatillah

Biografi Syaikh Al Zarnuji, Pengarang Kitab Ta’limun Muta’alim

Biografi Syaikh Al Zarnuji, Pengarang Kitab Ta’limun Muta’alim

Kiai Raden Asnawi, Salah Satu Pendiri dan Penggerak NU

Kiai Raden Asnawi, Salah Satu Pendiri dan Penggerak NU

Mengenal Nu’aiman bin Amru bin Rafaah

Mengenal Nu’aiman bin Amru bin Rafaah

Tips Awet Muda Ala Imam Abu Syuja’

Tips Awet Muda Ala Imam Abu Syuja’

Hari Santri Nasional: Momen Untuk Mengingat Serta Meneruskan Perjuangan Membela Agama, Nusa, dan Bangsa

Hari Santri Nasional: Momen Untuk Mengingat Serta Meneruskan Perjuangan Membela Agama, Nusa, dan Bangsa

AD PLACEMENT