Lora Mail Menyoroti Objektivikasi dan Eksploitasi Konten Santri Putri
Objektivikasi dan Eksploitasi Konten Santri Putri, mungkin masih terdengar asing, namun sejatinya kita sering melihat bahkan menikmatinya.
Apabila anda melihat konten-konten santri putri yang hanya selfa-selfi, tebar pesona, pamer gairah belaka, bahkan sampai menunjukkan lekuk tubuh dan cenderung melanggar tradisi kepesantrenan serta tidak mengandung edukasi sama sekali, itu namanya objektivikasi, yaitu sebuah aktivitas yang menjadikan santri putri sebagai komoditi, produk atau objek yang beoleh dipandang, digunakan dan ’dinikmati’ kaum-kaum tidak bertanggungjawab. Tanpa memerhatikan si pemilik foto. Biasanya seperti ini bisa ditemui di akun-akun dengan username ’santri putri’ ’santri solehah’ ’santri wati’ dll.
Bahkan tidak jarang pula objektivikasi ini dilakukan oleh si santri putri itu sendiri dengan memosting ’kecantikannnya’ kemudian ngetag akun-akun yang dia inginkan dengan harapan supaya di repost. Hemmm, faham ya sampai sini? Tentu konten seperti ini melanggar norma agama yang berupa ’maksiat mata’.
Lalu bagaimana dengan eksploitasi?
Apabila anda melihat konten-konten Segala aktivitas santri putri dijadikan konten receh, kontroversial sampai bernilai sensual yang sangat jauh dari dakwah maupun keilmuan. Kemudian Santri putri yang memiliki nilai tawar berupa kecantikan (yang bahkan cantik itu relatif) dijadikan primadona sebagai bahan konten. Bahkan acapkali hal-hal yang seharusnya hanya diketahui oleh kalangan santri putri sendiri, bisa diketahui oleh masyarakat luas, ini namanya eksploitasi konten santri putri.
Santri putri yang selama ini dikenal tertutup dan memiliki batas-batas ‘suci’ bagi kalangannya sendiri seolah sudah tidak memilikinya lagi. Bisa dinikmati dengan bebas olah masyarakat luas, Pelakunya siapa? Ya seperti diatas, akun-akun fanbase dan santri putri yang tholabul syuhroh. Mencari ketenaran. Hal ini juga turut melanggar norma kepsantrenan yang berupa meninggalkan sikap ’haya’ alias malu.
Kebetulan kemarin saya mewakili teman-teman MPJ disela-sela Halaqah Media Pondok Jatim berkesempatan interview kepada Lora Ismail Kholilie, lalu meminta pendapat beliau mengenai Objektivikasi dan eksploitasi santri putri, bagaimana menurut beliau?
“jika kita masih terpaku dengan konten-konten seperti itu, apapun tujuannya apapun niatnya kita akan seperti zaman dulu, menganggap wanita hanya sebagai barang jualan, pemuas nafsu dan syahwat saja.” Terang Lora Mail.
Selanjutnya lora mail mengajak kepada kita untuk mengedukasi dan memberi tahu kepada pelaku objektivikasi dan eksploitasi santri putri, ” Perlu Kita Edukasi admin-admin akun yang hanya mengumbar keccantikan santri wati. Karena memang mungkin sebagian dari mereka bisa kita katakan tidak punya niat jahat tapi polos. Kita tolong kepolosan mereka, mereka mungkin ingin menampakkan keindahan pesantren tapi dengan cara yang keliru seperti itu. Perlu edukasi dari kita dan perlu edukasi dari tokoh-tokoh bahwa akun-akun seperti ini tidak baik untuk diikuti. Saya Kira Ning Jazil Ploso pernah kok mengkrtitik akun seperti itu”. Terang Ulama muda cicit syaikhona Kholil ini.
Selain bergerak defensif, lora mail juga mengajak kita untuk berperan aktif, yaitu dengan menampilkan ketokohan ulama perempuan zaman dulu yang hebat-hebat, semacam Bintus Syathi’, alias Aisyah Bintu Abdurrohman yang mengarang kitab tentang tarojim ummahtul mu’mininin yang berjudul sayyidah fi Baitinnubuwah. Lalu ada Dr Syifa’ yang mengarang fathul ali fi jam’il khilaf bainal hajar wa romli yang dikarang saat usianya 20 tahun.
Lora mail juga berpesann untuk memviralkan tokoh wanita yang memiliki keilmuan, ”Sekarang kita juga tahu bahwa mulai muncul sosok-sosok wanita pesantren yang bisa katakan mumpuni dalam ilmiah dan penyampaiannya juga bagus, seperti Ning Sheila, Ning Imaz sosok-sosok seperti itu yang menonjolkan keilmiahan seorang wanita khususnya kepesantrenan itu wajib kita viralkan dan share-like sebanyak-banyaknya.” Jelasnya.
Kemudian di Akhir, Lora mail mengajak untuk mencegah objektivikasi dan eksploitasi konten santri putri, ” Semua dari kita bertanggunggjawab. Memang seperti itu ada akarnya. Karena Public Figur mungkin yang lebih banyak mengekspos fisik mereka, mengekspos kecantikan mereka akhirnya akar rumput terpengaruh dan mungkin dengan sikap yang lebih parah dari public figure. Public figur perlu banyak menyadari bahwa gerak-gerik mereka akan menjadi panutan orang lain. Semua kita harus berbenah, ini saya bukan menunjuk jari kepada para gus dan ning tidak ya” Pungkasnya.
Perlu diketehui, dalam hasil Halaqah MPJ yang digodok kedalam komisi perempuan itu menghasilkan tiga sikap tegas,dan beberepa rekomendasi, sikapa tegas itu diantaranya :
a) Media Pondok Jawa Timur (MPJ) sebagai komunitas, mengecam segala bentuk objektivikasi dan ekspoloitasi konten santri putri.
b) Objektivikasi dan ekspoloitasi sebagaimana dimaksud sangat merendahkan martabat santri putri, maka MPJ secara tegas menyuarakan bagi akun yang berbuat demikian untuk menghentikan segala aktivitasnya.
c) Apabila point (b) tidak diindahkan, MPJ secara kolektif akan melaporkan akun-akun terkait.
Sikap ini di tanda tangani seluruh ketua regional MPJ dan disaksikan oleh ratusan santri yang berkecimpung di bidang Media, pada (24/12) Malam bertempat di Masjid IKHAC Mojokerto.
‘