web analytics

Luka

Luka
0 0
Read Time:5 Minute, 36 Second

Jakarta, 1 Januari 2024

“Siapa itu? Kenapa dibakar?” Tanya gadis berkerudung hijau dengan keheranan.

“Masa lalu yang sakit,” jawab gadis berkerudung biru dengan tatapan kosong yang mengarah pada foto seseorang yang ia bakar.

“Lalu barang-barang ini?”

“Sama, masa lalu yang sakit,” Jawab gadis berkerudung biru, kali ini dengan dibarengi setetes air mata yang berhasil lolos dari mata coklat bulatnya. Sekenanya.

Kemudian tangannnya meraih satu kardus berisi barang-barang, lalu ia lemparkan ke dalam bak sampah yang telah terbakar bersama foto tadi.

Baca Juga: Keringat Surga

Barang-barang itu seketika hangus dan hancur seperti hatinya, batinnya berkata, “masa lalu yang pahit tak perlu dikenang cukup dijadikan pelajaran.”

Jakarta, 17 Desember 2024

Jingga mulai selimuti langit Jakarta bersama awan gelap yang sudah siap menyerbu bumi dengan hujannya. Sore ini langit mendung seperti hati Senja yang berkabung. Lelah, satu kata yang dapat mewakili kondisi fisik Senja saat ini.

Dibalkon kamar, netranya memandang dunia tanpa makna. Entah apa yang ia pikirkan. Rasaya seperti tak ada lagi harapan.

”Allah, Senja lelah!” Saru tetes air mata berhasil meluncur dari mata bulat kecoklatannya. Dan disusul buliran-buliran bening yang sepertinya tak ingin berhenti menetes.

“Senja…” Tiba-tiba ada suara lirih yang memanggilnya dengan disusul tangan lembut yang mengelus pundaknya. Merasa namanya terpanggil Senja mendongak dengan mata sembabnya.

Kedua iris bola mata coklat dan hitam pekat itu bertemu tatap. Berbicara lewat isyarat. ”Mau peluk?” tanya gadis bermata hitam pekat. Kali ini gadis itu berdiri dihadapan Senja dengan merentangkan kedua tangannya. Menyambut Senja yang menghambur kepelukannya.

”Kak sakit,” ucap Senja dengan isak tangis yang mulai mengeras, bahkan badannya pun ikut terisak. Luka itu seperti gelombang listrik yang mengalir ketubuh Kayla, Si Gadis bermata hitam pekat. Hatinya ikut pilu, mereka berdua sama-sama sakit. Tak ada sahabat yang akan bahagia ketika sahabat lainnya sedang terluka. Jikalau ada mungkin itu lebih pantas disebut dengan penghianat bukan sahabat.

Meskipun itu adalah cerita duka empat tahun silam, namun trauma membekali perjalanan hidup Senja hingga sekarang.

”Mau BBQ-an engga?” Tanya Kayla yang berusaha menghibur Senja dengan mengalihkan topik pembicaraan. Hidup Senja sekarang seperti ini, murung yang tiba-tiba menangis tanpa alasan ketika serpihan memori luka lama yang belum pulih sempurna itu kembali datang.

Baca Juga: Terang

Dalam hati, Kayla bersumpah tidak akan membiarkan masa lalu yang membuat sahabat karib sekaligus saudaranya terluka parah ini kembali datang.

Dulu…

Senja adalah sosok gadis yang ceria, ramah, supel, dan humoris. Tapi kini, sosok Senja yang bersama Kayla seperti gadis remaja yang telah hilang separoh jiwanya. Berjalan tanpa tujuan dengan hati penuh goresan luka. Masa lalu itu benar-benar membuat Senja trauma.

”Ayo kak, Senja juga mau BBQ-an.” ucap Senja setelah sepersekian menit menunggu isak tangisnya mereda. Akhirnya satu kalimat berhasil lolos dari bibirnya dibarengi seulas senyum tipis yang menampakan lesung dipipi kirinya.

Batin Kayla mengatakan, ”Masya Allah,” kekuatan apa yang telah Allah beri pada Senja, meskipun hatinya terluka parah, namun hanya denga segaris senyum tipis seolah-olah luka itu sirna, Senja bagaikan gadis bahagia yang tak pernah terluka. Siapa yang akan mengira jika gadis itu menyimpan luka trauma.

Baca Juga: Mimpi

”Ayo!” Ajak Kayla dengan menggandeng erat tangan Senja.

Supermarket

”Yahhhh, kak, Senja kelupaan sesuatu,” kejutnya dengan wajah kemerah jambuan yang menandakan ia sedang berbuat kesalahan.

”Apa?” Tanya Kayla heran.

”Kayaknya Senja lupa belanja sesuatu dehh,”

”Apa emang?”

”Senja balik ke supermarket dulu ya, Kak.” Ucap Senja tanpa menggubris pertanyaan dari Kayla.

”Hemmm, oke.. Hati-hati nyebrangnya! Kakak tunggu di halte,”

Kayla menyusuri trotoar sendiri menuju halte yang jaraknya lima meter dari tempatnya berdiri. Sore ini seperti biasa, panorama Kota Jakarta padat dengan lalu lintasmya. Namun, sore ini sedikit murung dengan langit mendung dan sepertinya sebentar lagi akan turun hujan.

Kayla tersontak, tiba-tiba ia dikagetkan dengan seseorang dihadapannya. “Kamu!” Kaget Kayla kepada seseorang berkacamata yang tak asing di depannya. Rahang Kayla mulai mengeras hingga giginya mengeletuk-letuk, tanggannya pun mengepal erat plastik belanjaan guna menahan amarah yang hampir meledak.

Baca Juga: Surya Sebatang

”Mau ngapain kamu?” Tanya Kayla sinis.

”Maaf anda siapa, ya?” Tanya orang kacamata di hadapannya dengan heran.

”Mau ngapain kamu ke sini? Ingin ketemu Senja! Jangan harap!” Ucap Kayla sinis tanpa memperdulikan pertanyaan heran dari sosok berkacamata di depannya.

DEKKK!!!

Orang berkacamata itu kaget sekaligus heran dengan pernyataan orang asing di hadapannnya, ”bagaimana orang asing yang baru ia jumpai ini mengetahui intensinya? Dan apa hubungan gadis ini dengan Senja?” Batin sosok berkacamata dengan penuh tanda tanya.

Baca Juga: Naum

Sepersekian detik membatin dan berpikir kini perhatian sosok berkacamata itu teralihkan pada sosok berbaju moka yang tak lain adalah Senja.

Tanpa berpikir panjang, buru-buru sosok tersebut berlari melewati Kayla menuju Senja yang sedang dicarinya.

“Jangan!” cegat Kayla namun kalah cepat dengan sosok berkacamata tersebut yang telah memanggil nama Senja dengan kerasnya. “Senjaaaa!” Merasa namanya terpanggil Senja menoleh mencari keberadaan empu suara yang memanggilnya.

Tiba-tiba tragedi empat tahun silam itu kembali berevolusi di memori Senja kala bola mata Senja bertemu tatap dengan sosok yang berada tiga meter didepannya.

Flashback on

Baca Juga: Biru

”Sasa tungguin Senja!” Dan wusss terlambat. Jilbab navy senja diterbangkan oleh angin taxi yang ditunggangi Sasa.

”Senja ditinggal lagi?” Batin senja meratapi badan taxi yang mulai berlari menjauh dari pandangannya.

”Sasa ayo istirahat Senja laper,”

”Males”

Baca Juga: Manusia Harimau

”Sasa ayo temenin Senja ke Perpustakaan,”

”Kamu punya kaki dan ngga buta jalan kan, aku lagi mager!”

”Sasa, Senja pengen cerita,”

Baca Juga: Daster

”Berisik! aku ngantuk!”

”Sasa mau kemana? Senja nitip minum, ya?”

”Beli sendiri! Nggak lumpuhkan! Punya kaki tuh dipakai”

”Sasa kepala Senja pusing banget,”

”Bodo amat, jadi orang jangan manja!”

“Jadi orang jangan malu-maluin! Keluar sana!”

”Kerja gini aja nggak bisa, dasar anak mama!”

Baca Juga: Lampu dan Lilin

”Berisik tau nggak! Jadi orang cengeng banget!”

”Kalo sakit ngga usah sok kuat, gini cuma ngerepotin kan! Nggak ada gunanya!”

 

Falshback off

Rentetan kata-kata tajam dan perlakuan menyakitkan seolah-olah terus berotasi di benak memori Senja. Kata-kata itu mengkiyaskan seolah-olah Senja adalah sampah barang tak berharga yang mengotori hidup Sasa.

Sakit! Itulah kehidupan paling kejam yang penah Senja rasakan. Hidup yang penuh penindasan dan ketidakadilan. Diasingkan, diabaikan, dilupakan, ditinggalkan, dan tak dianggap sudah menjadi makanan sehari-hari Senja. Rasanya seperti racun pahit dan sakit.

”Aku kira kamu adalah mentari kala badai menghampiri tapi ternyata kamu adalah petir kala badai itu tiba.”

”Aku kira kamu datang sebagai sahabat, tapi tenyata kamu  adalah orang jahat yang berkedok sahabat.”

”Hal paling sakit adalah ketika aku menganggapmu rumah, tapi ternyata kamu hanya menganggapku tempat sampah.”

”Dan dari kamu aku belajar apa itu rasa sakit dan disakiti, patah hati, kecewa, juga mengenal apa itu luka tapi tak berdarah. Dan aku pun belajar bagaimana cara bertahan dan bersandiwara seolah-olah baik-baik saja kala dunia tak tunjukan rasa iba.”

Brussss.

Hujan deras mengguyur tandusnya kota Jakarta. Bersamaan dengan buliran bening yang turut membajiri pipi kemerahan Senja.

“Mengapa kamu kembali? Bagiku kamu manusia paling jahat yang pernah aku jumpa.”

DERRR

BRUKK

Baca Juga: Asin Air Mata

”SENJAAA!”

Seketika semuanya gelap gulita.

 

 

 

Baca Juga: Fanatik

About Post Author

Annisa Fitri Ulhusna

Santri Al- Mahrusiyah Lirboyo, Kediri. Santri ngabdi kiai dan seorang gadis penggemar literasi
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like