Pukul 06.23 WIB kami sampai di Makam K.H. Muhammad Sa’id dan Sesepuh Pesantren Gedongan. Disinilah K.H. Mahrus Aly dilahirkan. Terdapat pula Makam K.H. Ali (Ayahanda K.H. Mahrus Aly) yang juga merupakan menantu dari K.H. Sa’id Gedongan.
Kami disambut dengan sarapan pagi masakan Nyai Ghaya, Dzurriyah Pondok Pesantren Gedongan yang masih memiliki hubungan kerabat dengan Dzurriyah Mahrusiyah. Sekitar pukul sembilan, kami pun memulai acara tahlil yang dipimpin oleh K.H. Reza Ahmad Zahid, dan do’a oleh K.H. Melvin Zainul Asyiqien atau yang akrab dipanggil Gus Iing.
Usai pembacaan tahlil dan do’a, Gus Iing mempersilahkan Agus H. Nabil Aly Utsman (Gus Nabil) untuk menyampaikan pesan kesan kepada segenap peserta khazanah. Gus Iing juga mempersilahkan Ning Nikita (istri Gus Nabil) untuk mendampingi sang suami dalam menyampaikan sambutannya.
Sorak sorai para peserta khazanah pun ikut meramaikan suasana. Gus Nabil menyampaikan banyak terimakasih kepada Nyai Ghaya, kepada para panitia dan peserta khazanah 2024 atas suksesnya agenda ziarah tahun ini. Beliau berharap, semoga perjalanan kita dari awal hingga terakhir di Maqbaroh Pondok Pesantren Gedongan ini barokah.
Selanjutnya, Gus Iing mempersilahkan K.H. Reza Ahmad Zahid (Gus Reza) juga untuk memberikan wejangan dengan didampingi istri tercinta, yakni Ning Hj. Niswatul Arifah. Suasana riuh para santri kembali terdengar. Gus Reza pun menyampaikan banyak terimakasih kepada segenap Dzuriyyah Mbah Yai Imam Yahya dan Dzuriyyah Pondok Pesantren Gedongan yang telah mensukseskan agenda khazanah 2024 ini.
“Para calon tamatan, baik tamatan madrasah diniyah maupun tamatan dari berbagai sekolah formal, ini semua merupakan barokah dari ‘prank’ Gus Iing, semoga Beliau mendapat balasan yang setimpal.” Tanpa sadar para santri pun mengamini dawuh Gus Reza. Beliau menambahkan, “Apalagi kita berdo’anya di makam para auliya.” yang disusul gelak tawa dari para peserta khazanah. Gus Reza tak mau kalah setelah menyebut bahwa ini seperti ‘Lomba Pidato’ saja.
Gus Reza berpesan, bahwa agenda rutinan calon tamatan ini merupakan ikhtiar kita untuk mendapatkan ridlo dari para guru dan masyayikh. “Karena akan sangat percuma kalau ilmunya setinggi langit tapi tidak mendapat ridlo dari para guru.”
ونفع العلم برضا الشيخ
(Manfaatnya ilmu ada pada ridlo guru)
“Setelah keluar dari Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah, berkhidmahlah kepada masyarakat. Bagi yang ingin melanjutkan studinya, ya silahkan diteruskan proses belajarnya. Sebagaimana yang telah diwasiatkan Mbah Yai Sepuh (K.H. Abdul Karim); poko’e santri iku lek muleh kudu ngadep dampar.”
“Pesan ‘ngadep dampar’ ini bisa dimaknai secara hakiki dan majazi. Bila dimaknai secara hakiki, berarti ia harus berada di depan meja belajar, melakukan kegiatan belajar mengajar. Adapun makna majazinya yaitu para santri harus bisa mentransformasikan ilmunya kepada para teman, keluarga, kerabat, maupun orang-orang disekitarnya.”
“Kemudian, agar ilmu itu barokah (menambahkan kebaikan), maka syaratnya adalah khidmah.”
وبركة العلم بالخدمة
(Barokahnya ilmu itu dengan berkhidmah)
“Oleh karena itu, persiapkan diri kalian sebaik mungkin. Jangan menjadi generasi instan yang baru tau sedikit tentang kitab kuning saja, sudah langsung berkecimpung dan berani berbicara tentang hukum-hukum Islam dengan bantuan شيخ الأعظم alias Mbah Google. Itu merupakan من علامة الساعة (termasuk tanda-tanda hari akhir). Maka dari itu, mari kita mempersiapkan diri untuk menjadi kader yang matang dari sisi kelimuan, sehingga patut berkhidmah di tengah masyarakat. Dengan begitu, insyaallah kita mampu mem-pending (menunda) hari kiamat sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan.”
“Jangan terburu-buru untuk mengeluarkan diri dari Pondok Pesantren. Tolak si dia yang mengajakmu mengakhiri masa belajar, lanjutkan ke tingkat yang lebih tinggi dulu dalam rangka memantaskan diri kalian.”
Beliau melanjutkan, “Yang masih belajar Fathul Qorib, lanjutkan dulu sampai Fathul Mu’in. Jangan terburu-buru ingin belajar Fathul Izar” gelak tawa para santri pun menggema ke seluruh ruangan.
Terakhir, Gus Reza berpesan agar para peserta khazanah berkenan untuk melapangkan hati atas segala kesalahan dan kekurangan selama perjalanan ini. “Saling legowo dan saling memaafkan, insyaallah ikatan silaturahmi kita tetap terjalin sehingga mampu mencapai ukhuwwah yang sangat spesifik, yakni Ukhuwwah Ma’hadiyah, khususnya Ukhuwwah al-Ma’had al-Mahrusiyah.”
Demikian nasihat K.H. Reza Ahmad Zahid kepada para pesera khazanah 2024 yang disampaikannya pada acara Muwadda’ah di Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon, Jawa Barat.
Acara ziarah Wali Limo dan Wali Songo pun resmi ditutup pada hari Kamis, 04 Januari 2024 pukul 10.18 WIB. Semoga perjalanan kita pada agenda ziaroh tahun ini dapat menjadi washilah mendapatkan ilmu yang bermanfaat, sesuai harapan guru dan para masyayikh kita semua. Aamiin.
Tujuan kami selanjutnya yaitu Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Lirboyo Kediri, Jawa Timur. Sebelum sampai pondok tercinta, kami akan mampir ke Rest Area Ngawi dulu untuk melaksanakan sholat jamak dan qoshor. Semoga perjalanan nanti lancar dan selamat sampai tujuan. Aamiin.
Baca dari awal perjalanan Khazanah 2024 di https://elmahrusy.id/khazanah-24-maqbaroh-alm-almaghfurlah-k-h-imam-yahya-mahrus/