web analytics

Malas dan Cara Melawannya

Malas dan Cara Melawannya
0 0
Read Time:4 Minute, 37 Second

Malas adalah hal yang harus kita hindari. Meskipun begitu, bagi setiap orang tentu yang namanya malas tidak bisa dipungkiri. Setiap kegiatan dan aktivitas yang dihadapi, tentu ada malas yang menghinggapi. Manusia dengan segala keterbatasannya; tenaga dan pikirnya, dirasa cukup maklum akan kata malas. Ya, setiap orang punya malasnya masing-masing. Tapi, dengan begitu, apakah itu semua bisa dijadikan dalil untuk malas? Apakah kita oleh malas?

Masalah boleh atau tidak, tentu sebagai manusia yang berkemajuan, kita tidak boleh malas. Kita tetap harus optimis melanjuti hidup dengan segala mimpi dan harap kita yang diusahakan. Agar tercapai semua tujuan. Sampai tercapai semua harapan. Bukan boleh atau tidak yang dipertanyakan, seharusnya yang kita pertanyakan adalah, bagaimana caranya menghadapi malas?

Setiap orang tentu punya titik lemahnya masing-masing. Punya batasnya masing-masing. Di sinilah malas itu dengan mudah menghinggapi diantara lemah dan lelah kita. Kita harus memiliki strategi yang ampuh saat menghadapi malas yang menghinggap di lemah dan lelah. Tentu malas itu bisa menjadi penghambat yang serius. Apalagi jika itu sudah menyangkut dengan urusan penting dan orang lain.

Banyak cara untuk menghadapi rasa malas yang kerap kali hinggap pada diri kita. Dan salah satunya adalah dengan motivasi. Kebayakan orang yang malas itu kurang asupan motivasi pada dirinya. Motivasi yang didapatkan entah dari siapapun dan di manapun akan menjadi asupan batin dan pemikiran kita. Menjadi dorongan semangat, hingga hancur segala penghalangnya. Semakin besar motivasi pada diri seseorang, tentu semakin besar dan kuat daya dorongnya. Tidak memperdulikan seberapa besar penghalangnya.

Mengecualikan dari teori instink-nya William MC Dougall ataupun teori drive-nya Clark Leonard Hull, teori motivasi dalam perspektif psikologi sangatlah banyak. Tapi, secara garis besar, motivasi terbagi menjadi 2; motivasi internal dan motivasi eksternal. Motivasi internal adalah motivasi yang timbul dari diri kita sendiri, seperti harapan dan cita-cita. Motivasi internal ini sangat pas jika diartikan prinsip diri. Sedangkan motivasi eksternal itu merupakan motivasi atau dorongan yang berasal pujian dan dorongan orang lain.

Tidak banyak untuk orang yang memiliki motivasi internal. Menumbuhkan dorongan dari drinya sendiri. Kebanyakan orang itu dapat semangat dan dorongannya dari faktor eksternal. Baik dari orang tua, keluarga, sahabat, guru, maupun dari kekasih sekalipun. Motivasi eksternal memiliki daya ledak yang lebih besar dalam membakar semangat.

Nabi bersabda menganai semangat,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

“Bersemangatlah melakukan hal yang bermanfaat untukmu dan meminta tolonglah pada Allah, serta janganlah engkau malas” (HR. Muslim no. 2664).”

Sudah betapa jelas dari hadits di atas, betapa Nabi menyuruh kita bersemangat dalam melakukan segala kegiatan yang bermanfaat, termasuk belajar. Santri tentu harus memiliki semangat dalam menuntut ilmu. Dan motivasi adalah hal yang perlu diperhatikan.

Kembali ke awal, kebanyakan santri semakin terpacu motivasi internalnya karena dipancing oleh motivasi eksternalnya. bisa dari nasihat orang tua saat menelepon, bisa dari guru di tengah-tengah penjelasan materi pelajaran,ataupun dari teman saat mengobrol dan meminta pendapat saat curhat. Itu adalah hal yang lazim di Pondok Pesantren. Jadi, tidak heran kalau di buku ataupun di nazhom-nazhom hafalan para santri terdapat banyak sekali kata-kata motivasi yang ia dapat dari lingkungan sekitarnya.

Nah, dari dua motivasi tadi, bentuk motivasi eksternal pun terbagi menjadi dua yang kerap kali dijadikan asupan bagi santri di Pondok Pesantren. Pertama, motivasi yang lebih berperasaan. Motivasi ini membangun dengan sangat melibatkan perasaan. Mendukung dengan menggunakan pemilihan kata yang tepat dalam menghargai perasaan. Biasanya motivasi ini didapatkan dari teman dekat atau sahabat. Dan biasanya juga banyak dialami oleh santri putri. Saat santri putri curhat dan butuh pendapat terhadap suatu masalah yang dihadapi, maka Si Teman itu akan berpendapat membela Si Santri Putri tadi dengan kata-kata yang mendukung dan membangun. Lebih berperasaan. Seperti, “Aku tau perasaanmu kok. Kamu nggak salah. Itu hanya urusan fokus dan bijak mengatur waktu.” Motivasi ini tentu ampuh dan membantu.

Ada lagi bentuk motivasi yang lebih tidak berperasaan. Jenis motivasi kedua ini ternilai lebih kasar. Maksudnya gimana? Kasar dilihat dari kata-kata dan nada yang keluar dari motivator tersebut. Dan biasanya santri putralah yang menjadi sasaran motivasi ini. Seperti ucapan tentang seorang santri yang lemot hafalan. “Satu bulan belum target? Mondok ngapain aja kamu?” atau “Makanya hafalan yang benar! Supaya awal bulan sudah target seperti aku!” kalimat seperti itu sangat mudah ditemukan di pondok putra. Baik dari guru ataupun dari teman sendiri. Apalagi kalau Si Santri itu lemot.

Meskipun motivasi jenis kedua terlihat kasar dan tidak pantas terlontar dari seorang santri, tapi jujur, motivasi ini jauh lebih ampuh. Penulis pernah mengalami sendiri saat itu. Dan benar, efek semangatnya jauh lebih besar. Lebih meledak. Semangat itu selain terbakar dari ucapan Sang Motivator, juga dari emosi yang ikut terbakar. Haha. Jika sudah seperti itu, maka akan timbul di diri kita, “Awas aja kamu. Aku akan tunjukkan! Akan aku bungkam mulutmu.” Bukankah mengandung semangat dan ambisi yang sangat besar dari kalimat itu?

Entah dengan motivasi internal atupun eksternal, keras atau lebih berperasaan, ataupun motivasi-motivasi lainnya, malas itu tetap harus kita lawan. Apa yang menadikan kita malas, kalau setan saja tidak pernah malas menggoda kita? Apa yang membuat kita malas, jika bangsa lain begitu rajin dalam membangun dan memperbaiki kesejahteraan bangsanya?

Kita santri, kita anak muda dan generasi bangsa yang bertanggungjawab terhadap maju mundurnya bangsa dan agama ini di masa mendatang. Tentu kita tidak ingin mengecewakan orang tua, keluarga, guru, agama, dan negara kita hancur karena kita. Karena kebodohan kita.

فَاِنَّ مَعَ الۡعُسۡرِ يُسۡرًا

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.”

Lawan rasa malas dan raih semua mimpi. Lihatlah dirimu, bersiap atau terlelap?

***

 

 

 

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like