web analytics
AD PLACEMENT

Mangan Dewe adalah Hak Segala Bangsa!

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:2 Minute, 51 Second

Entah kenapa, orang kini menjadi suka ribet di zaman yang serba instan. Termasuk begitu ribet dalam mengurusi orang makan. Lucu, bukan?

Hanya karena santri yang dicap general dan plural, bukan berarti apa-apa harus bareng! Karena tak semua hal itu bisa dan relevan dilakukan secara bareng dan bersama-sama, contohnya buang air besar.

Lalu kenapa jika ada santri yang makan sendirian, pasti ada khalayak nyeletuk: “Mangan dewe!” “Mangan dewe!”

Apakah itu salah?

AD PLACEMENT

Mangan dewe adalah hak segala bangsa!

Tentu tidak ada yang salah dan sah-sah saja. Semua tergantung niat dan pembawaan. Selagi memang niat makan dan pakai uang sendiri, tentu aman-aman saja.

Kecuali jika Si Thoimun itu menjadikan mangan dewe sebagai siasat kenyang sebagaimana orang yang punya nasi terong mengajak makan bersama orang yang punya nasi ayam: tentu sangat licik. Tidak boleh seperti itu.

Apalagi jika sampai ada terbesit niat pelit! Ish ish ish tak patut!

AD PLACEMENT

Kadang khalayak tuh kebanyakan mendelik, terlalu gampang berpolitik dan bertaktik. Kadang kala pelit dibungkus dengan alasan hemat. Dan di setiap kata pelit pasti ada kekhawatiran di sana.

Mungkin orang seperti itu harus dibenarkan dan diluruskan jalan pikirnya. Mungkin juga, ngajinya kurang lama, kitabnya kurang tebal! Padahal bab as-sakha dan al-bakhil banyak tertera di kitab-kitab.

Padahal tak setiap angka bisa diselesaikan dengan hitungan matematika. Kadang kala kita perlu menggunakan hitungan agama. Dalam hitungan matematika 1-1=0, tapi dalam hitungan agama 1-1=700. Tak percaya? Bukankah Allah telah berfirman dalam Al-Baqoroh ayat 261?

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

AD PLACEMENT

“Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”

Sungguh tak ada kerugian dan kesia-siaan dalam kebaikan. Sungguh tak ada keuntungan dan keberhasilan dalam keburukan. Apalagi ini soal sifat dermawan, selain karena aspek syariat, ini juga soal kemanusiaan dan masyarakat.

Dalam kitab Adabu ad-Dunya wa ad-Diin, Syekh al-Mawardi bercerita tentang penyebab Nabi Ibrahim diangkat dan bergelar “Khalilullah”.

وقد حكي أن الله تعالى أوحى إلى إبراهيم الخليل على نبينا وعليه الصلاة وسلم: أتدري لم أتخذ تك خليلا؟ قال: لا يا رب, قال: لأني رأيتك تحب أن تعطي, ولا تحب أن تأخذ

Diriwayatkan bahwa Allah Ta’ala mewahyukan kepada Nabi kita alaihisholatu wassalam (mengenai) Ibrahim, sang kekasih: “Tahukah kamu mengapa saya menganggapmu (menjadikan) sebagai kekasih? Nabi Ibrahim menjawab: ‘Tidak, Tuhan’. Allah kembali berfirman: ‘Karena aku melihat bahwa Engkau suka memberi dan tidak suka menerima (meminta-minta)’”

Untuk perihal makan ini, di keterangan yang lain, Syekh al-Mawardi menjelaskan:

وروي عنه صلى الله عليه وسلم أنه قال: طعام الجواد دواء وطعام البخيل داء

Diriwayatkan darii Nabi Saw, beliau bersabda, “Makanan orang yang dermawan itu (menjadi) obat, dan makanan orang yang pelit itu (menjadi) penyakit.”

Lalu hal apa yang bisa kita ambil?

Tulisan ini ditutup dengan do’a makan:

اللهم بارك لنا فيما رزقتنا وقنا عذب النار

 

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

AD PLACEMENT

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Gunung

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Gunung

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Tanah

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Tanah

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bintang.

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bintang.

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bulan

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Bulan

AD PLACEMENT