Mbah Kyai Abdul Karim Lirboyo : Santri iku kudu iso dadi paku !!
Santri iku kudu iso dadi paku (santri itu harus bisa menjadi paku) begitu pesan Mbah Kyai Abdul karim pendiri pondok pesantren Lirboyo-Kediri. Pesan ini memiliki ma’na yang sangat dalam , seperti yang kita lihat bangunan yang megah itu kerangkanya disatukan oleh paku dengan berbagai ukuran dan posisi
Nah, yang dimaksud dengan santri harus bisa menjadi paku itu, ketika nanti sudah berada di tengah masyarakat dia harus mampu menyatukan berbagai lapisan masyarakat yang heterogen. Walaupun toh nanti kebaikannya tidak terlihat di masyarakat, bahkan paku kalau muncul sedikit saja harus dipukul sampai tidak terlihat . Begitu juga dengan santri, semakin tinggi kedudukan seorang santri semakin besar pula ujian yang ia peroleh.
Dalam pandangan masyarakat, santri itu dianggap sebagai sosok yang mumpuni. Yang tidak belajar kitab kuning saja tapi juga mempelajari ilmu formal karena seiring dengan berkembangnya pendidikan berbasis pondok pesantren. Sehingga seorang santri diharapkan bisa menyelesaikan berbagai masalah di masyarakat dengan bertendensi kitab-kitab klasik yang dipelajari di pondok pesantren. Di era globalisasi ini santri juga diharapkan bisa bersaing dengan menguasai perkembangan IPTEK sehingga bisa menyebarkan ilmunya melalui media sosial.
Karena saat ini santri bukanlah suatu hal yang asing di masyarakat, apalagi di kalangan orang yang mengerti seluk beluk pesantren bisa dipastikan bahwa sudut pandang terhadap santri mayoritas menempati ruang positif. Kenapa santri itu harus mumpuni? Karena masyarakat saat ini memandang santri yang berada di pondok pesantren itu bisa segalanya dengan berbagai ilmu yang ia pelajari, sehingga mudah berbaur dengan masyarakat dari berbagai kalangan.
Dengan karakter santri yang unik dan khas, yang terbentuk dari kebiasaan dan pembiasaan tertentu.Dapat diamati dalam sebuah perilaku yang “ajeg” istiqomah dan terus menerus, yang mana sikap itu sangat cocok ketika diaplikasikan di masyarakat.