MELLIFLOUS
13 Juni
09.45 PM
Theatre de Mogador – Paris
Suara teriakan benar-benar menggema di gendang telingaku.
keringat dingin terus mengalir beriringan dengan detak jantungku yang semakin cepat.
“Aa-astaga Adya?!” teriak gadis itu berlari ketika berhasil menemukanku.
“kau kenapa? Kenapa kau disini? Penampilanmu sebentar lagi Adya!” ucap gadis itu lalu membantuku untuk berdiri.
Aku tak sanggup menatapnya, tubuhku benar-benar tidak kuat, aku rasa tubuhku akan hancur detik ini juga.
“Adya, apa kau mendengarku?” aku memberanikan diri melihatnya. “kenapa kau bersembunyi disini?” tunjuknya dengan pandangan mengarah ke bawah meja.
“apa panic attacknya kambuh lagi?” batin gadis itu dalam hati.
“A-a-ash-Sha” panggilku gagap. “Asha, a- aku takut, a-aku se-seperti-nya t-tidak bisa me-mela-njutkan-nya”
Asha membawaku duduk didekat ruang make-up, lalu memberiku minum.
“minumlah dulu, tenangkan dirimu” ucap Asha kemudian bergabung duduk disampingku.
Selang beberapa menit akhirnya aku menceritakan kenapa aku bisa berada di bawah kolong meja dekat ruangan property.
*6 bulan yang lalu
12 Januari
Jakarta – Indonesia
Beberapa menit setelah bel istirahat, terlihat ramai para siswa yang berkerumun melihat papan pengumuman.
“FESTIVAL OF ART COMPOSER?! GILAAAA FINAL PERFOMANCE WILL BE IN PARIS??! WOOOOWWW GUA HARUS IKUT!!” Ucap salah seorang dari mereka.
“Apa aku bisa bertemu ibu disana?” Tanya seseorang yang hanya diam menatap poster yang tertempel di papan pengumuman. Beberapa siswa sudah berlari meninggalkan tempat itu dan mengambil formulir.
Tiba-tiba saja ada kertas formulir tepat didepan wajahku.
“formulir pendaftaran?” tanyaku tak percaya lalu kertas itu menempel di wajahku. Ya seseorang yang menepuknya diwajahku.
“nih!” ucapnya.
Aku menjauhkan kertas itu dari wajahku lalu mencari seseorang yang melakukannya padaku.
“hei tunggu!” aku mengejarnya yang sudah jauh didepanku.
“Asha tunggu!” panggilku. Gadis itu berhenti dan menoleh padaku.
“kenapa kau mem-“
“sudahlah, kau harus ikut audisi itu.” Potongnya.
“aku tahu kau ingin ikut kan?” aku hanya terdiam mendengar ucapannya.
“aku timmu ya, kau pasti membutuhkan aku kan?” ucapan gadis itu terdengar sombong bukan? Apalagi melihat senyumannya.
Gadis itu beralih dan pergi kekelasnya. Sedangkan aku, aku masih berdiam berdiri ditempat tadi memikirkan kembali ucapan Asha tadi.
“apa aku harus ikut?” batinku. Setelah memikirkannya lama, dan aku teringat pesan nenek yang menyuruhku mencari ibu, aku rasa aku akan mengkutinya. Aku yakin ibuku ada disana.
Kami mulai menyiapkan segalanya, Asha dengan pianonya dan aku memainkan gitar. Mulai dari aransemen hingga penulisan lirik lagu, semua kami berdua membuatnya bersama.
“Asha, sungguh suaramu bagus sekali!” tanpa sadar aku melontarkan pujian kepada Asha yang bernyanyi dengan sangat merdu.
Gadis itu menoleh dan mengibaskan rambut hitamnya. “aku tahu, aku memang memiliki suara emas haha” gadis itu tertawa dengan pedenya.
Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat tingkat kepercayaan dirinya yang tinggi itu. Gadis itu tidak berhenti tertawa sejak tadi karena mendengarkan pujian sederhanaku tadi. Wajahnya saat in benar-benar sangat cantik, aku takut para juri hanya akan meloloskannya sendiri karena kecantikannya itu, hahaha.
Sudah masuk 3 bulan sejak kami latihan dan besok adalah babak pertama kompetisi.
“Asha, aku takut!” ucapku gugup.
“hei kau itu laki-laki! Semangat dong! Ayo kita tampilkan performa kita dengan seluruh kemampuan yang kita punya!” ucap Asha memberikanku semangat. Ya, sosoknya selama ini benar-benar menjadi penyemangatku yang baik sejak insiden 1 tahun yang lalu.
Setelah latihan yang terakhir, Aku mengajaknya kemakam nenek. Kami berdoa untuk nenek dan berharap agar nenek dapat merestui kami dalam kompetisi ini.
12 Mei
Tinggal beberapa menit, nomor undian kami akan dipanggil.
“Peserta nomor undian 12!”
Aku dan Asha segera masuk keruang audisi. Kami menampilkannya dengan sebaik mungkin seperti yang biasa kami lakukan saat latihan.
Setelah semua peserta menunjukkan penampilannya, kini saatnya yang paling menegangkan. Ya, keputusan dewan juri.
20 Mei
The Sultan Hotel & Residence Jakarta – Indonesia
Tok tok tok
Setelah mengetuk pintunya, akhirnya gadis itu keluar juga setelah aku menunggu hampir setengah jam lamanya.
Aku benar-benar terpana melihat penampilannya dengan gaun rosegold panjang yang senada dengan warna rambutnya yang hitam kecoklatan.
“Ah maaf aku lama ya?” Tanya nya sambil membenarkan rambutnya.
“ohya..” dia mendekatkan wajahnya ditelingaku. “You are so handsome whit your white tuxedo” bisiknya.
“a-aha thanks” jawabku canggung.
“hahaha ayo jalan, bentar lagi mulai nih!” Asha lalu menarikku dan bergegas turun ke ballroom hotel.
Kami menikmati setiap penampilan peserta yang lain yang sungguh semuanya sangatlah keren dan berbakat menurutku.
“Asha, lagu mereka bagus sekali bukan?” tanyaku yang masih masih memberikan tepuk tangan untuk mereka.
“iya, lagu mereka bagus. Tapi lagu kita lebih bagus lagi.” Ucapnya. “kalo ga bagus, ga mungkin kita bisa lolos ke babak 2, bener kan?” senyumnya.
Ya, kami masih tidak menyangka, satu langkah lagi kami akan segera masuk babak final. Dan aku harap, aku bisa mendapatkan kesempatan itu, dan bisa bertemu dengan Ibu.
“Selanjutnya adalah…… Penampilan Adya dan Asha!”
Aku menggandeng tangannya dan kami berdua berjalan menuju pusat ballroom. Dengan kode yang dibuat Asha kami berdua pun memainkan alat music dengan sangat harmonis hingga membuat para audience yang lain ikut hanyut dalam melodi yang kami ciptakan.
Tepuk tangan bergemuruh terdengar jelas ditelinga kami. Untuk menutup penampilan kami, aku menggenggam tangannya lalu kami berdua menunduk sebagai bentuk ucapan terima kasih kami.
Suara tepukan semakin meriah ketika sepasang pria dan wanita itu memegang pialanya bersama. Senyum mereka berdua terlihat sangat bahagia karena berhasil sampai dititik ni.
“Asha, selamat ya” ucapku sambil mengulurkan tanganku padanya.
“kamu juga Adya” gadis itu membalas uluran tanganku sambil tersenyum.
10 Juni
Bandar Udara Paris-Charles de Gaulle
“Waaahh gilaaa, aku ga nyangka bisa kesini” teriak gadis itu kegirangan ketika sampai di bandara paris.
“sudahlah Asha, ayo kita pergi”
13 Juni
08.12 PM
Theatre de Mogador – Paris
Tempat ini sungguh memukau, gedung yang didesain dengan prinsip dan gaya aula musik inggris terlihat sangat megah sekali.
Aku dan Asha sedang bersiap-siap di ruang make up.
“hey do you know the judges named Jessica? (hey, kau tahu juri yang bernama Jessica itu?)” Tanya salah satu peserta lain dengan temannya.
“oh yeah, why? (oh ya, kenapa?)” balasnya.
” I heard she’s from Indonesia (aku dengar dia dari Indonesia loh)”
Aku tak sengaja mengupingnya. Dan ya aku mendapatkan sebuah fakta yang mengejutkan
“ I also heard about the scandal with a producer. ( aku juga dengar tentang skandalnya dengan seorang produser)”
Entah kenapa mendengar ucapan mereka mebuatku sakit hati, aku lalu pergi meninggalkan ruang makeup. Dan berlari ke backstage.
Aku mencari dan mengintip dibalik tirai backstage, untuk mengetahui yang mana wanita bernama Jessica itu. Sebelumnya aku sempat bertanya pada salah satu staf dan ia mengatakan Jessica yang memakai balzzer putih. Dan benar saja dugaanku.
Seketika jantungku berhenti, wanita itu.. wanta itu adalah ibuku. Aku mengingat wajahnya saat nenek menunjukkan fotonya dulu.
Saat itu juga rasanya badanku lemas, dan aku berlari hingga sampai bersembunyi dibawah meja.
Aku mendengar suara langkah kaki Asha yangtengah mencariku.
Aku menceritakan semuanya padanya.
“Lihatlah, apa yang kau takutkan lagi?” Tanya Asha menunjuk panggung final mereka.
“kau berhasil dtitik sekarang Adya. Bahkan jka kita tidak memenangkan final ini. Kau sudah berhasil Adya. Kau berhasil menemukan Ibumu.”
Asha membantuku berdiri dan merapikan pakaianku.
“sudahlah, tunjukkan pada ibumu. Kau adalah anak yang hebat!” kata-kata Asha bagaikan obat ajaib bagiku.
Kami berduapun akhirnya maju keatas panggung kemegahan itu dan ya, suara tepukan meriah menghiasi penampilan kami dengan sangat sempurna. Tapi aku merasa penampilan kali ini benar-benar berbeda. Aku seperti melhat aura bidadari pada gadis disebelahku ini.
Riuh tepuk tangan terdengar semakin pecah diakhir highnote yang kami ciptakan.
“Asha…” panggilku lirih. Gadis itu hanya menoleh dan tersenyum.
“Mellifluous..” ucapku padanya yang artinya sebuah suara yang manis dan lembut saat ddengarkan.
“apa itu?” tanyanya tak mengerti. Aku hanya tersenyum dan mengatakan “kamu cantik”
Dia hanya tersenyum dengan menampakkan kedua lesung pipinya. Aahh manis sekali.
Aku sangat bahagia hari ini karena aku bisa berhasil dititik ini. Bertemu ibu, dan memenangkan kompetisi. Ini semua berkat My Mellifluous.
Karya : Fatimah Azahra