Memaksimalkan Akal Sebagai Anugerah Istimewa
Akal merupakan anugerah tuhan yang paling mulia untuk manusia. Dengan akalah manusia dapat membedakan mana baik mana buruk, mana bagus mana jelek, mana cantik mana tampan, mana putih mana hitam dan seterusnya. Pikiran pula yang menjadi muqobbil (pembanding) dengan hewan yang terdapat dalam maqolah “Al insanu hayawanun natiq” Manusia adalah hewan yang berpikir. Itulah mengapa begitu istimewanya pikiran atau akal bagi manusia yamg menjadi nikmat agung dari tuhan.
Sekarang tinggal kita mensyukuri nikmat akal yang ada dalam diri kita, salah satunya dengan memanfaatkannya dengan baik. Gunakan akal kita untuk berpikir positif, seperti memikirkan ilmu-ilmu sang Kholiq dan pengimplentasiannya adalah dengan belajar. Secara harfiah ketika belajar, akal kita pasti berjalan otomatis memikirkan pelajaran yang kita hadapi. Disitulah salah satu tujuan akal kita di ciptakan yaitu untuk berfikir dengan baik. Sang Kholiq memerintah kita untuk berfikir menggunakan kemampuan akal “Afala ta’qilun, afala ta’qilun”.
Itulah mengapa ayat Al-Qur’an yang pertama kali turun adalah Iqro’ yang artinya “bacalah”. Kalimat perintah dalam bahasa Arab yang biasa di sebut Fi’il amar, menginturksikan kita untuk membaca yang dampaknya menjalankan akal kita. Selain itu, kita juga dapat menggunakan akal kita untuk mentadabburi setiap pertistiwa disekitar kita. Contoh seperti kuasa tuhan menciptakan semesta alam beserta isinya. Dengan memikirkan bagaimana terciptaanya bumi, pohon, gunung, laut itu sama dengan menggunakan akal kita dengan baik dan sebagaimana semestinya.
Dalam Al-Qu’ran, terdapat lebih dari 700 ayat yang menyuruh manusia untuk merenungi penciptaan alam semesta. Perenungan demikian mustahil dilakukan tanpa adanya akal pikiran. Nalar juga menjadi syarat dalam mempelajari semua ilmu. Dan, Islam tidak mungkin diamalkan tanpa seseorang berilmu. Karena itu, pemikiran yang ideal adalah ketika akal terhubung dengan cahaya iman serta dorongan untuk terus menerus meningkatkan ketakwaan.
Gunakan akal pikiran kita untuk memikirkan yang baik-baik dan positif. Semisal di gunakan untuk berpikir pelajaran atau juga bisa untuk menghafal. Dengan bijak menggunakan akal akan menjadikan manusia semakin sempurna dan menggapai derajat agung. Coba kita lihat para ulama-ulama yang ‘Alim ‘Alamah terdahulu, sangat produktif berkarya dan berinovasi. Walaupun toh zaman dahulu fasilitas serba terbatas, tetapi tidak menghalangi karya untuk segera tuntas. Coba bayangkan Imam Syafi’ merupakan seorang mufti besar umat islam yang juga pendiri mazhab Syafi’i. Walaupun pada era itu masih terbatas tetapi beliau mampu mengarang kitab-kitabnya dengan sempurna yang menjadi rujukan umat muslim sampai sekarang.
Hal ini membuktikan bahwa beliau dengan bijak mengalokasikan akalnya untuk berpikir hal positif. Salah satunya untuk membuat karya. Jejak Imam Syafi;i pun selaras dengan jejak ulama-ulama dahulu yang produktif berkarya seperti, Imam Al-Ghozali, Al-Farobi, Ibnu Malik, dan lainnya. Karena mereka yakin dengan karya akan menjadikan orang abadi walau tela wafat.
Atau mungkin ulama Indonesia ulama terkenal seperti Syekh Muhammad Nawawi bin Umar Al-Bantani (1230-1314 Hijriyah/1897 Masehi) Beliau dijuluki Sayyid Ulama al-Hijaz (pemimpin ulama Hijaz). Lahir di Kampung Tanara Desa Tanara, desa kecil di Kecamatan Tirtayasa (sekarang Kecamatan Tanara), Kabupaten Serang, Banten pada tahun 1230 Hijriyah atau 1815 Masehi. Syekh Nawawi sangat produktif menulis hingga karyanya mencapai seratus judul lebih meliputi berbagai disiplin ilmu.
Di antara karyanya adalah: – Bidang Tauhid: Nuru Al-Dzalam. – Bidang Tashawwuf/Akhlak: Qothrul Ghaits, Nashaihul ‘Ibad, Tanqihu al-Qaul al-Hatsits Fi Syarhi Lubabi al-Hadits. – Bidang Fikih: Kasyifatul al-saja Fi Syarhi Safinati al-Naja, Hasyiyah Tausyih ‘Ala Fathil Qarib al-Mujib, Nihayatuzzain, Bahjatu al-Wasail bi Syarhi al-Masail. Bidang Adab Rumah Tangga: ‘Uqudu al-Lujain fi bayani huquqi al-Zaujaini. Bidang Akhlak: Muroqi al-Ubudiyah Syarah Bidayatul Hidayah Bidang Tafsir: Tafsir An-Nawawi/Murahul Labid.
Ini merupakan bukti dari pentingnya menggunakan akal sesuai jalur kebenaran. Tak usah memikirkan hal yang tak berfaedah dan tak pernting bagi kita. karena tindakan tersebut sangat merugikan diri kita entah dari waktu, ataupun energi.