Menahan Lapar Demi Tamu
Pada zaman dahulu ketika rasulullah SAW. masih hidup ada seseorang yang bercerita kepada baginda SAW. tentang musibah kelaparan yang dialaminya. Ketika itu Rasulullah bertanya kepada sahabat, “adakah siapa diantara kamu yang sanggup melayani orang ini sebagai tamunya pada malam ini bagi pihak aku?” seorang dari kaum anshor telah menyahut, “wahai Rasulullah SAW. saya sanggup melakuakan seperti kehendak tuan itu”.
Orang anshar itu kemudian membawa tamu tadi ke rumahnya dan berkata kepada istrinya, “lihatlah bahwa orang ini adalah tamu Rasulullah SAW. kita mesti melayaninya dengan sebaik-baik layanan mengikat segala kesanggupan yang ada pada diri kita dan semasa melakukan demikian janganlah kita tinggalkan sesuatu makanan pun yang ada di rumah kita” lalu istrinya menjawab “ Demi allah ! sebenarnya aku tidak menyimpan sama sekali makananpun, yang ada Cuma sedikit, itupun hanya cukup untuk makan anak-anak kita dirumah.”
Orang anshar tadi berkata “kalau begitu engkau tidurkanlah mereka dulu, tanpa memeberi makanan kepada mereka. Apabila saya duduk dengan tamu ini di samping jamuan makan yang sedikit ini, dan apabila kami mulai makan engkau padamkan lampu, sambil berpura-pura hendak membetulkannya kembali supaya tamu itu tidak tahu kalau aku tidak makan bersamanya” rencana itu telah berjalan dengan lancar dan seluruh keluarga beserta anak-anak itu sendiri terpaksa menahan lapar semata-mata untuk membolehkan tamu itu makan sehingga merasa kenyang. Berkenaan dengan peristiwa itu, Allah SWT. telah berfirman “dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan” (QS. Al-Hasy:9)
*Dulu Gus Reza Ahmad Zahid, sempat mengisi di Masjid Auliya’ Setono Gedong beliau dawuh: “Muliakanlah tamu, sesibuk apapun muliakanlah tamu mu. Perjuangan tamu itu datang ke rumah mu, kalian tinggal menerimanya tanpa harus keluar pergi dari rumah”
*Saya sering sowan ke ndalem Almarhumah Nyai Mukaromah. Beliau setiap ada tamu siapapun itu entah pejabat, kyai, penjual pentol, bahkan siapapun itu semua beliau muliakan, selalu beliau jamui dengan makanan.
Oleh : M.Ibnu M.S