Menebas Perilaku Malas
Setiap diri manusia pernah mengalami yang namanya malas, baik itu ketika terlarut rebahan yang nyaman, membuang waktu luang untuk bersenang-senang, ataupun terhasut kebiasaan santai hingga tanpa disadari seseorang itu akan lalai.
Secara sederhana perilaku-perilaku tersebut dapat mencegah untuk mencapai kesuksesan, menghambat seseorang untuk berpikir kreatif, membatasi dalam berinovasi. Coba ditelaah kembali, saat diri kita sudah terbiasa memanfaatkan waktu luang, seperti melakukan terbosan-terobosan baru, berdiskusi memecahkan persoalan umat ataupun semangat melaksanakan penelitian-penelitian, lantas apa dampaknya? Kemaslahatan, kemajuan, dan kemandirian suatu umat akan tercapai.
Jadi, jangan sampai sikap yang identik dengan berperilaku putus asa, malas, mager, lalai waktu dsb, menjadi identitas diri, karena itu penyakit nan lebih berbahaya dari penyakit jasmani dan lebih buruk bekasnya daripada hantaman pedang yang tajam,
(الياس) فإنّه أشذّ ألمامن مرض الأجسام وشرّأشرامن وقع الحسام (عظة النا شئين الشيخ مصطفى الغلين)
Mirisnya, jika sampai kawula muda sudah terbilnger bersikap males mikir, males berinovasi, males berkreasi, mungkin beberapa puluh tahun kedepan, sumber daya manusia menjadi turun drastis, jauh dari kehidupan bernuansa modernis, merefleksi melalui maqolah yang disampaikan oleh Syekh Musthofa Al-Gholaini,
“Wahai generasi muda, janganlah kalian semua menjadi orang yang berputus asa, pemalas dan terbelakang, karena, hal tersebut merupakan suatu kematian (ketidakberdayaan) dalam hidup, menjadi suatu bencana yang menyengsarakan setelah mati. Maka dari itu, singkirkanlah keputus asa an dan tegakkan kegairahan dan semangat, engkau pasti menjadi orang yang menang dan bahagia.”
Lalu, untuk melawannya bisa kita terapkan dengan sungguh-sungguh (optimisme), cita-cita yang kuat, berani maju. Optimisme, berjuang dengan penuh konsisten, memegang teguh prinsip dan keyakinannya, kalau sudah begitu, sifat malas akan semakin malas juga bersemayam dalam diri kita.
Kemudian, ditopang lagi melalui prinsip cita-cita yang kuat,, meskipun peluangnya itu tipis, setipis sarang laba-laba, bagi orang yang bercita-cita kuat, tentunya itu bukan alasan untuk mundur apalagi jika sampai hal itu memupus semangat, karena kukuhnya terhadap sebuah prinsip
ولايحول بينهم وبين ما يرجعون
“Tidak ada penghalang yang menghadang diantara ia dan cita-citanya.”
2 prinsip ini telah dipegang, langsung saja dieksekusi, melalui metode Al-Iqdam (berani maju), percuma saja, bila memiliki ide tetapi tak dilaksanakan, punya rancangan proyek besar tanpa ada kontraktor, bagi kawula muda itu hanyalah kesia-sian, macam pahlawan kesiangan.
Sebegitu ugennya Al-Iqdam ini, sampai-sampai terdapat sebuah keterangan di dalam Kitab Idhotun Nasyi’in, “Sungguh ditanganmulah urusan umat, kehidupan mereka terletak pada keberanianmu. Oleh karena itu majulah dengan penuh semangat dan keberanian sebagaimana harimu yang garang, bangkitlah bagai unta yang memikul muatan dengan iringan suara genta yang membangkitkan semangat. Niscaya umat akan hdup.”
Masih mau bersikap malas?, sekali anda menuruti malas, semakin banyak peluang kesuksesan akan lepas, apalagi kalau malas sampai dimanjakan, jangan harap hidupmu akan berkemajuan, yang jelas, malas itu membuat bodoh, seperti yang pernah diutarakan oleh Imam Syafi’i “Orang yang bodoh itu seperti halnya manusia hidup tetapi sejatinya ia sudah mati.” Berarti, masih mau dianggap sebagai manusia mayat? Kalau tidak, tebaslah rasa malas.
Wallahu A’lam.