Mengais Barokah di Bumi Antah Berantah
Sinar Indurasmi membelah langit malam bumi salafi,
Menerangi kang-kang yang berjibaku dengan kayu,
Demi Sebongkah Nasi diatas tungku.
Kang-kang ini Bertetangga dengan Dempul.
Tenaganya selalu Full
Tetap setia dengan perintah Mbah Dul
dan menjaga asap dapur tetap Mengepul.
Tak lupa, dengan gaya pakainya yang Gaul.
Pasti Kalian tau siapa kang-kang Diatas…
Yaaa… Kang-kang yang memasak Nasi bagi ribuan santri
Adalagi….
Sejumlah manusia Gagah,
‘Isuk-isuk’ mruput mencari rumput Gajah.
Siang hari bertarung dengan sengatan matahari, demi memberi pakan enak kepada hewan ternak Yai,
lalu Malam harinya berdamai dengan secangkir kopi.
Bagi mereka tak masalah isi dompet padam
yang penting semangat tetap berapi-api.
Disudut lain bumi Antah berantah ini,
terlihat sebagian mahluk teklak tekluk menahan kantuk.
Demi membuatkan lauk pauk.
Yang dijual lima ribu per mangkuk. Sebagian mereka tidak mengenal kata suntuk,
karena tangannya selalu sibuk mengaduk kopi bubuk. Sreppp….ahhhhh..
Diam berimajinasi bergerak mengaduk kopi.
Satu sruput kopi membuat mata kang santri lebih hidup.
Merekalah Semangat ngabdinya tak pernah susut seperti postur bosnya yang gendut itu.
Uhuk…. Uhukk….
Lalu diutara gedung MA
Sejumlah manusia dengan semangat menggelora, baik cuaca panas membara ataupun hujan yang tak berkesudahan.
mendorong gerobak kaki lima. Meskipun keuntungan tak seberapa.
Mereka tetap rela.
Mejajakan gorengan.
menawarkan minuman.
Hingga sekedar destinasi Cangkruk’an yang tak bercuan.
Segelintir dari mereka, penduduknya sudah ada yang melek tekhnologi,
update terhadap informasi, setiap omongannya selalu terkini,
Pandai mengoperasikan komputer.
Isi otaknya Pinter-pinter
Saking Pinternya wajah kang harun Arrosyid bisa diedit mirip rip rip dengan Aliando Syarief.
Terlalu panjang (Yang Katanya) puisi ini memberi deskripsi kepada manusia-manusia hebat di Bumi Antah Berantah ini.
Manusia-manusia yang tahan terhadap cobaan, mereka layaknya seperti maqolah Syekh Abdul Qodir Al-Jailani
“إذا جاءت البلايا وانت ثبت فأنت محبّ
“Saat diuji dan kau tak terpengaruh, maka cintamu benar-benar kukuh”
Ketika gojlokan pun mereka lhosss tak pernah sedikitpun sakit hati, seperti sebagian puisi ini yang nenyinggung.
bagi mereka, “Idza sohatil mahabbah saqotot syurutil adab” Yang artinya
“Ketika cinta sudah kukuh maka adab tak lagi butuh”.
Dalam berjuang manusia-manusia di Bumi Antah Berantah ini juga tak patah arang.
Mereka memiliki sikap
Kritis tapi tetap etis
Bersuara Keras tapi tetap cerdas
Beerjalan Penuh Keberanian dan berani dipertanggungjawabkan
Inilah sedikit tanah Pengabdianku yang terhampar dari selatan ke Utara. Sebagian lagi terpecah ke lain semesta.
Dibumi antah Berantah ini
Setiap peluh tidak ada keluh
Setiap keringat menolak sambat.
Setiap langkah mengandung Himmah dan tentunnya setiap lelah
Mengandung barokah.
Bumi antah berantah ini oleh Gus Reza diberi nama Jam’iyah Dzubayyinah, Pondok Lirboyo Al-Mahrusiyah yang malam ini sedang berbungah-bungah.
Beri Aplouse yang Meriah, Alhamdulillah.
Dibawah lintang yang terurai, ditambah Wajah-wajah kalian yang lunglai…
sekian… ku usai baca puisi gubahan elnahrowi yang aduhai ini.
mohon maaf bila tersinggung semoga setiap dosa bisa terbendung dan dalam diri kita barokah-barokah terkandung.
Wallohu A’lam.
Lirboyo 03-03-2022