Seperti biasa, hari ini di Jum’at sore Aula Al-Fatah Asrama Daru Rosyidah dipenuhi oleh jama’ah burdah. Spesialnya acara burdah kali ini di hadiri oleh tamu istimewa, beliau merupakan alumnus Al-Mahrusiyah yang telah sukses membuka usaha travel.
Usai bait-bait burdah selsai dilantunkan, alumnus yang akrab di sapa Ning Tiyas ini berkesempatan menyampaikan sekapur sirih. “Santri itu harus tetap berada di hati. Ketika di pondok maksimalkan belajar,” tutur beliau kepada para jama’ah khususnya santri Al-Mahrusiyah.
Belajar di pondok itu tidak hanya sekedar kitab salaf saja tapi juga belajar ilmu formal. Sebagai seorang santri harus memiliki ilmu pengetahuan yang luas. Tidak hanya belajar tapi juga khidmah di dalam pondok pesantren. “Saya bisa seperti ini juga karena dzuriyah PP HM Al-Mahrusiyah,” tutur beliau berbagi pengalaman.
Usut punya usut, dari kisah yang beliau sampaikan, dahulu ketika masih mondok Ning Tiyas itu mendapat jatah khidmah di bagian koprasi. “Sedikit sejarah, di koprasi saya belajar keuangan, mungkin karena barokah dari khidmah di koprasi saya bisa jadi pengusaha travel,” lanjut beliau.
Tak hanya itu, beliau juga menggembleng para santri agar menjadi tokoh terdepan kelak ketika sudah bermasyarakat. Tapi, dilain sisi beliau juga berpesan, “Meskipun sudah jadi pengusaha dan orang sukses ingat selalu akhlaqnya. Akhlaqnya harus tetap santri,” pesan beliau sekaligus mengakhiri sambutan.
Selanjutnya, mauidoh hasanah di isi oleh Ning Ochi, beliau ngendikan, “Sayyidah Fatimah menggunakan waktu ba’da asar untuk beribadah kepada Allah SWT,” tutur pengasuh Asrama Darsy dan Darzen.
Mengapa? Karena waktu selepas asar merupakan waktu mustajab terlebih itu di hari Jum’at. Kareana saking istiqomahnya Sayyidah Fatimah bermunajat di waktu tersebut, selain mendapat julukan waktu mustajab juga mendapat julukan waktu milik Sayyidah Fatimah.
“Hari Jum’at adalah waktu yang dinanti-nanti kita semua, sebagai ajang kirim do’a walaupun itu hanya sekedar Al-Fatihah,” lanjut putri bungsu Ibu Nyai Hj Zakiyah. Beliau juga menambahkan banyak nasihat, diantaranya yang pertama, ketika tidak bisa ziarah kubur setidaknya mendo’akan, waktunya bisa dimulai dari Kamis malam hingga maksimal Sabtu pagi.
Kedua, Hari Jum’at merupakan hari rayanya orang-orang mu’min dan muslim. Ketiga, lebih semangat lagi dalam menuntut ilmu dan memburu barokah dari jalan manapun. Keempat, menggunakan waktu sebaik mungkin ketika berada di pondok pesantren.
Terakhir, Ning Ochi menyampaikan nasihat dari Habib Umar bin Hafidz:
“Perbanyak waktumu dalam kebaikan dan kurangilah banyak berbicara yang kurang faidah”
Mengapa demikian, karena seorang tholabul ilmi itu ketika banyak bicara dapat mengurangi kinerja otak dan menjadikan hati keras. Jika hati sudah keras maka nasihat dan kebaikan tidak bisa masuk.
Dan salah satu dari menjaga kebersihan hati yaitu dengan sholat berjama’ah, membaca aurod, dan maulid nabi. “Antara anak didik (santri) dengan gurunya itu seperti hubungan listrik. Kalo lama ngga di cas pasti akan tidak berfungsi atau mati.” Tutur beliau mengahkiri mauidoh. Wallahu a’lam.