Mengapa Santri Putri di Larang Makai Make-Up?
Kata “Cantik” adalah kata yang selalu disematkan untuk wanita. Standar cantik di Indonesia seperti apa sih? Putih? Langsing? Atau seperti lagu yang seperti lagu yang sedang viral saat ini “Biwir beureum-beureum jawir hayam” kan jadi nyanyi, tuman! Bisa tampil cantik dihadapan para publik, mengharapkan pujian adalah harapan semua perempuan, tanpa terkecuali. Fiks yang ini harus digaris bawahi, dengan cara apa? Salah satunya adalah Make-up.
Faktanya Make-up sendiri bisa menambah kecantikan seseorang. walaupun hanya dengan polesan tipis. Lalu bagaimana terhadap pandangan santri dengan larangan Make-up di pondok pesantren. Sebagian mungkin tidak masalah tentang peraturan seperti ini. sebagiannya lagi lebih percaya diri dengan menggunakan Make-up. Ungkapan lebih baik cantik alami dari pada menggunakan Make-up sepertinya akan di setujui oleh perempuan yang aslinya hanya rupawan. Selebihnya pasti akan berontak.
Cantik itu relatif, menurut saya itu hanya omong kosong. Hanya jebakan halus untuk wanita yang biasa saja. Tidak enak hati jika mengucapkan kala itu secara langsung. Hihi…
Apa yang mendasari di tetapkannya larangan memakai Make-uP? Setiap peraturan dipondok pesantren tidak lepas dari keputusan Dzuriyyah. Pondok pesantren sendiri tempat para santri dilatih untuk hidup Qonaah dan tidak berlebihan dalam segala hal. Perempuan adalah (salah satu) sumber fitnah, sudah banyak maqolah dan dalil mengatakan demekian -meskipun banyak yang membantah pendapat ini-. Banyak diluaran sana kecantikan disalah guanakan untuk hal-hal yang sangat keji. Merasa elok rupa akhirnya menghalalkan segala perbuatan. Jika sudah seperti ini, maka harus ada perbuatan antara santri dan bukan non santri.
Jika seandainya Make-up dihalalkan dan semua santri putri berlomba untuk tampil sempurna dihadapan kang santri. Nah ini yang perlu diwaspadai, tidak pantas bukan jika di lihat oleh oknum luar yang akhirnya menjadi celah untuk menjatuhkan reputasi pondok pesantren.
Santri putri itu punya nilai plus sendiri jka dalam hal ini, di tunjuk agar tidak cantik luarnya tapi juga dalamnya (hatinya) larangan Make-up seharusnya di pandang positif oleh santri. salah satu untuk menjaga martabat mereka.
Menjadi sebuah keindetikan cantik alami seorang santri putri. Kalau mashurnya skincarenya cukup air wudhu. Menyandang predikat calon idaman, nyaris sempurna. Ilmu akhirat dan dunia dapat begitu juga cantik luar dalamnya. Nanti kalo cari pendampingnya disarankan yang pondokan, dijamin keasliannya, hihi canda.
Nah, larangan memakai make-up itu juga ada positifnya, jadi di pesantren santri tidak ketungkul atau tersibukkan oleh make up. Coba bayangkan, mau berangkat madi, sekolah, MMQ musyawarah bahkan istighotsah tersibukkan dulu tepak-tepuk pipi supaya cantik jelita. Bukannya itu akan memutilasi waktu? Kamu pakai make-up pun tak lantas istighotsahmu tambah khusu’. LBM-anmu tambah pandai, atau MMQ-mu tambah fashih, Kedudukanmu dimata santri tamba dihormati? tidak, tidak sama sekali. Ingat standar istimewa di Mata Allah itu taat buka tebalnya make-up. Inna akromakum indallahi atqokum.
Wallahu’alam.