Mengenal Jaringan Gusdurian Pare Kediri
Gusdurian sebenarnya bukan merupakan sebuah organisasi, komunitas ataupun kepengurusan,
melainkan ialah sebuah jaringan yang mempunyai fungsi dan tujuan yang sama. Sebab itu pecinta Gus
Dur atau jaringannya tersebar dimana-mana dan setiap wilayah ada koordinatornya. Jaringan Gusdurian
mulai terbentuk semenjak wafatnya Gus Dur, saat itu terlalu banyak yang merindukan sosok Gus Dur,
akhirnya merumuskan 9 nilai utama Gus Dur. Bila seseorang mengamalkan salah satu nilai Gus Dur maka
dia tergabung daam Gusdurian, bila seseorang cinta Gus Dur maka dia tergolong Gusdurian.
Adapun 9 nilai utama Gus Dur diantaranya adalah: Ketauhidan, Kemanusiaan, Keadilan,
Kesetaraan, Pembebasan, Kesederhanaan, Persaudaran, Keksatriaan dan Kearifan Tradisi
Gusdurian Mojokutho 87 Pare Kediri atau yang biasa orang sebut SIBAGUS berdiri pada tahun
2018, namun untuk pergerakannya sudah lama. Bahkan ketika bencana Aceh, pendiri rumah lansia ini
terjun langsung kesana.
Bercerita lansia, rumah lansia ini sejak tahun 2015-2018 tidak sebaik sekarang. Dulu saat masa
membabad, Kus Nugroho sampe memungut rosok, membuat jasa membersihkan rumah dan pekerjaan
serabutan lainnya.
Konsep Gusdurian adalah keluarga dan setiap Gusdurian didaerah itu berbeda-beda,
mempunyai ciri khas masing-masing. Untuk Gusdurian yang ada di Mojokutho Pare mempunyai
kekhasan di bidang kemanusiaan. Sebab itu segenap anggota Gusdurian Pare begitu loman dalam
mengurusi para lansia, dari sinilah ada rumah lansia yang dikenal dengan Rumah Lansia Kus Nugroho
Gusdurian.
Di daerah pemukiman pasar loak-lah Tim Majalah Elmahrusy temukan Rumah Lansia Gusdurian.
Gusdurian Mojokutho Pare merupakan gerakan sosial yang non profit dan tidak bergabung dalam politik
praktis. Sibagus dengan tulus menemani anak-anak difabel, mengajari bahasa inggris, mendampingi
belajar ilmu pengetahuan, ilmu agama, bahkan mereka sering mengadakan pengajian untuk ibu-ibu.
Namun bukan berarti Sibagus mengangkat anggotanya dari mereka yang berpengetahuan agama tinggi
atau berpendidikan luhur. Semua manusia yang punya keinginan belajar bisa masuk ke jaringan ini.
Karena Sibagus berpegang teguh dengan nilai 9 gusdur. Sampai saat ini para pejuang kemanusiaan tidak
menemukan sosok yang bisa menguasai 9 nilai yang ada pada diri Gus Dur. Sebab itu jaringan ini lahir
untuk mewujudkan sosok Gus Dur lagi, dengan keunggulan yang berbeda-beda maka terwujudlah sosok
Gus Dur.
Filosofis Penamaan Gusdurian Mojokutho 87 Pare Kediri
Ada cerita menarik dalam penamaan Gusdurian Mojokutho 87 Pare Kediri, yaitu pada bagian
angka 87. Konon di pasar loak wilayah berdirinya Rumah Lansia Kus Nugroho Gusdurian terkenal dengan
kegiatan maksiat, salah satunya adalah bermain togel (lotre/ pasang angka). Uniknya di perjudian itu ada
satu orang gila yang ikut bermain, saat itu ia memasang angka 87. Dan ini menjadi hal yang menarik bagi
Jaringan Gusdurian sendiri. Sebab, seperti yang kita ketahui, orang gila adalah orang yang paling bebas
kehidupannya, tanpa ada beban pikiran sedikitpun.
Sesederhana ini, ternyata menarik inspirasi bagi Jaringan Gusdurian untuk dijadikan pegangan,
maksudnya Gusdurian akan berjalan bebas kreatif dalam membantu sesama manusia, selagi ia manusia
maka tidak ada alasan untuk tidak membantunya. Kemudian Gusdurian juga menginginkan dalam
kehidupannya terbebas dari takut, stres atau banyak pikiran, seperti style hidup orang gila tadi. Sebab
Gusdurian Pare menanamkan dalam menjalani permasalahan hidup jangan mudah menyerah,
melainkan senantiasa menciptakan mindset untuk selalu bahagia, tak ada beban dan memercayai bahwa
Tuhan pasti akan membantu segala permasalahan manusia, sehingga sebagai hamba tak perlu takut.
Kriteria menjadi Anggota GUSDURIAN
Tidak ada kriteria yang pasti untuk menjadi bagian dari Gusdurian. Cukup himmah dan rasa
semangat dalam belajar sudah lebih dari kata cukup. Sebab manusia mempunyai kelebihan tersendiri,
dengan bergabungnya beberapa manusia maka akan terwujud jiwa kemanusiaan seperti sosok nilai 9
Gus Dur.
Dalam perkembangannya banyak yang mensport kinerja Gusdurian, bahkan acapkali menerima
sumbangan untuk para lansia yang bermukim disana. Walau terkadang ada yang sengaja mencari
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan, namun jaringan ini tetap bijak dalam mengatasinya.
Tentu, dengan cara kemanusiaan dan kekeluargaan. Komunitas ini juga tidak perlu khawatir terkait ini,
karena orang yang seperti ini lambat laun akan mundur dengan sendirinya, pasalnya dana yang
tertabung sudah teratur untuk mereka yang butuh.
Toleransi Menurut GUSDURIAN
Toleransi adalah bentuk pendewasaan. Gus Dur pernah berkata, kalau kamu takut al-Qur’an
maka yang kamu junjung tinggi adalah al-Qur’an. Sedangkan kita punya keyakinan yang berbeda-beda,
bahkan bangsa ini ada karena perbedaan. Mungkin kita bukan saudara seiman, tapi hakikatnya kita
adalah saudara sekemanusiaan. Manusia adalah ciptaan paling sempurna dan paling disayangi, artinya
dengan membenci manusia sama saja membenci penciptanya.
Sebab itu sosok Gus Dur selalu mengajak untuk selalu bersilaturahmi walau berbeda keyakinan.
Seperti syahdunya pemandangan saat Gus Dur bercanda bersama Romo Mangun, seorang Imam Gereja
Katolik Roma. Padahal Gus Dur adalah seorang kiai besar, keturunannya sangat tinggi. Secara
keseluruhan berkenaan dengan toleransi, Gusdurian Pare menyamai persis pada Gus Dur.
Kini tapak perjalanan dan perjuangannya Gusdurian Pare sudah begitu jauh, namun benteng prinsipnya
begitu sederhana. “Asal itu baik dan manfaat, maka lakukanlah.” Tutur Anugrah Yunianto.
“Kita harus bangga di Indonesia mempunyai sosok seperti Gus Dur. Kita sudah terlalu banyak
stok orang pintar namun minim kemanusiaan. Yang ada di benak dan otak hanyalah keuntungan.
Bahkan mereka yang mengaku hafal al-Qur’an dan hadits pun dengan mudah mengkafir-kafirkan. Dan
itu sudah termaktub jelas dalam syi’ir Gus Dur.” Lanjutnya.
Program GUSDURIAN
Secara keseluruhan Gusdurian Pare lebih bergerak pada kepedulian terhadap bencana-bencana
atau membantu warga-warga yang membutuhkan, hingga peran Gusdurian mendapat apresiasi yang
besar dari masyarakat, bahkan dinas. Pernah suatu ketika, berkat kemuliaan gusdurian sampai ada
wanita tunasusila (pelacur) yang dibawa polisi, Gusdurian Pare inilah dengan tulus yang mendampingi
proses hukum di kepolisian. “Karena siapa lagi kalau bukan kita yang membantu mas? Ndak ada! Jadi
dengan prinsip kemanusiaan, kita tidak memandang apa background-nya dia, bagaimana kejelekannya,
tidak! Kita tidak memandang itu, selagi dia manusia. Maka ia pantas untuk dibantu.” Tutur Koordinator
Gusdurian Wilayah Kediri.
Selain kegiatan kemanusian, Gusdurian pare juga aktif dalam mendampingi anak-anak disekitar
pasar loak untuk belajar dan ngaji bersama, bahkan mengadakan pengajian ibu-ibu di tempat yang
berbeda di wilayah Pare Kediri. Selain materi, Gusdurian juga mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan,
mengajarkan berbagi, tolong-menolong, toleransi terhadap agama, budaya, ras tanpa memandang
status sosial. Jadi anak-anak tidak saja diajari pengetahuan, melainkan juga pengaplikasian.
Oleh : Iwan Nur