Dalam Ramadhan kali ini, Pondok-Pesantren HM Al-Mahrusiyah melaksanakan pengajian kitab seperti biasanya. Ya, pengajian bandongan Ramadhan atau biasa di sebut dengan pesantren kilat sudah biasa di lakukan di lingkungan pesantren tempat pesantrian. Salah satunya adalah Kitab Hadist Arbain Nawawiyah. Kitab yang sangat familiar ini, di authori oleh Syekh Imam an-Nawawi . Nama lengkap beliau adalah Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Murri al-Hizami an-Nawawi. Beliau di lahirkan pada bulan Muharram 631 H/Oktober 1233 M di desa Nawa, yang terletak di dataran Hauran, Suriah Selatan.
Imam an-Nawawi, demikian biasa tokoh utama ini disebut, dijuluki dengan gelar Muhyidin (penghidup agama), Ayahnya, Syaraf bin Murri (685 H/1286 M), adalah seorang pemilik toko di Nawa. Ayahnya juga dikenal sebagai seorang yang zahid dan wara’.
Dalam lingkup keilmuwan Islam sendiri, Kitab Arba’in Nawawiyah memiliki posisi istimewa. Kitab yang berisi kumpulan hadist-hadist walaupun tanpa menebutkan sanad hadist secara lengkap, namun disandarkan kepada para perowi hadist terkenal seperti al-Bukhori dan banyak lainnya. Walaupun toh secara judul dinamakan Arba’in (40), tetapi di dalamnya memuat 42 hadist yang menjadi pangkal dalam agama Islam.
Jika di bandingkan dengan kitab hadist mashur lainnya, seperti kitab Bulughul Marom karya Imam ibnu Hajar al-Atsqollani, kitab Arba’in Nawawiyah bisa di katakan lebih tipis namun tak kalah berharga isinya. Kitab ini membahas poin-poin penting dalam Islam, baik dari segi ushul (pokok) maupun furu’ (cabang). Banyak sekali fasal-fasal atau bab penting dalam kitab Arba’in Nawawiyah yang mencakup aspek kehidupan, baik nasihat, adab, zuhud, dan lainnya.
Menurut Jumhur Ulama’ (pendapat banyak ulama’), sebagian ajaran Islam bersandar pada hadist-hadist kitab Arbain Nawawiyah ini. kendati demikian, kitab yang memberikan penjelasan tentang ajaran Islam dan menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam yang mengkajinya.
Imam Nawawi, dalam mukadimah kitabnya, mengungkapkan motivasinya dalam menyusun Arba’in Nawawiyah. Ia terinspirasi oleh sebuah hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah sahabat besar seperti Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Mu’adz bin Jabal, Abu Darda, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Abu Hurairah, dan Abu Sa’id Al Khudri radhiallahu ‘anhum. Hadits ini tersebar dalam berbagai jalur riwayat yang berbeda-beda, menunjukkan kekuatan dan ketinggian hadits-hadits yang terdapat dalam Arba’in Nawawiyah.
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: “من حفظ على أمتي أربعين حديثاً من أمر دينهابعثه الله يوم القيامة في زمرة الفقهاء والعلماء” وفي رواية: “بعثه الله فقيها عالما،” وفي رواية أبي الدرداء: “وكنت له يوم القيامة شافعا وشهيدا”. وفي رواية ابن مسعود: قيل له: “ادخل من أي أبوب الجنة شئت” وفي رواية ابن عمر “كُتِب في زمرة العلماء وحشر في زمرة الشهداء”
Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Siapa pun di antara umatku yang menghafal empat puluh hadits terkait perkara agamanya, maka Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat bersama golongan fuqaha dan ulama.” Dalam riwayat lain: “Allah akan membangkitkannya sebagai seorang yang faqih dan ‘alim.” Dalam riwayat Abu ad-Dardâ: “Maka aku menjadi penolong dan saksi baginya pada hari kiamat nanti.” Dalam riwayat Ibnu Mas’ud: “Dikatakan kepadanya: masuklah kau ke surga melalui pintu mana saja yang kamu kehendaki.” Dalam riwayat Ibnu Umar: “Dia dicatat sebagai golongan ulama dan dikumpulkan pada golongan orang-orang yang syahid.”
Imam Nawawi dalam moqoddimah kitab ini bahwa hadist yang beliau jadikan landasan di atas memiliki status yang dhoif (lemah) walaupun jalur periwatnya banyak. Namun, walaupun toh hadist dhoif tetap bisa di jalankan dalam keutamaannya (Fadhoil al-‘amal) selagi tidak parah dhoifnya.