“Mengenang Al Marhum Al Maghfurllah KH. Abdul Karim : Mempeng!”
Mbah Yai Abdul Karim atau yang biasa disebut Mbah Manab merupakan pendiri pondok pesantren Lirboyo. Beliau dari Magelang tepatnya daerah Mertoyudan yang mana beliau mondok bersama 3 saudaranya, lantas ditengah tengah beliau mondok, beliau memikirkan ibunya di rumah tidak ada yang merawat, kemudian salah satu dari mereka khidmah ke ibunya untuk merawat, dan dua dari mereka pergi ke Jawa Timur untuk mencari ilmu tanpa bekal. Setelah itu memikirkan lagi, kalau belajar tanpa bekal itu gimana, dan kakaknya pun mengalah yaitu mengurusi ekonomi untuk membantu KH. Abdul Karim mondok. Beliau bersusah payah karena tidak berbekal. Beliau mondok sekitar 40 tahun lamanya, dengan sungguh sungguh, karena orang mondok / orang ngaji itu melaksanakan perintah Allah jadi harus sungguh sungguh. Sesuai hadits nabi :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu itu sebuah kefarduan bagi orang muslim
Dan mengaca dari hadits tersebut sudahlah maklum bahwa orang yang berkelas tinggi itu sangat memperhatikan kefarduan. Dan diceritakan bahwa beliau dengan masaqot sambil derep (buruh padi panen). Orang belajar itu harus mau masaqot, harus mau lapar.
Iftahul Akhirot Al ju’
Kunci akhirot itu harus mau lapar
Dan orang mengaji itu merupakan urusan akhirot jadi harus mau lapar. Mbah Yai Abdul Karim mengaji dengan sungguh sungguh, susah payah.
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
Mujadah itu maknanya banyak, diantaranya ialah mujahna yaitu orang yang sungguh sungguh. Mencari ilmu itu dengan sungguh sungguh. Manjadda wajada, barang siapa yang bersungguh sungguh maka akan berhasil.
Beliau mondok pakaiannya hanya sepasang, apabila pakaiannya sedang dicuci beliau kungkum (berendam) sambil ngelalar Nadzom Al Fiyah. Ini merupakan ujian dari Allah, ujian itu macam macam. konsekuensinya orang mulia itu banyak diuji oleh Allah.
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا
Barang siapa sama Allah dikehendaki kebaikan, maka orang itu akan diuji oleh Allah sabar apa tidak, ridho apa tidak.
Ketika beliau mondok di Bangkalan, beliau singgah di Al Maghfurllah KH. Hasyim Asy’ari lantas dijodohkan dengan putri kawannya KH Hasyim, namanya KH. Soleh Banjarmelati, saat dijodohkan putri Kyai Sholeh lantas KH. Abdul Karim ditempatkan di Lirboyo dengan isyaroh agar Lirboyo agar ditempati masjid. Dan Mbah Yai Abdul Karim ini ditempatkan oleh KH Sholeh (mertuanya) di Lirboyo beliau itu prinsipnya Istiqomah dalam mengaji dan beliau tidak punya keinginan untuk membuat pesantren. Dan adanya pesantren itu atas inisiatif dari santri itu sendiri, membuat kamar. Beliau menyuruh santrinya, yaitu Kyai Abas Buntet beserta sodaranya untuk mendampingi KH. Abdul Karim di Lirboyo. Mbah Yai Abdul Karim ketika di pondok tidak mengenal uang. Zuhud benar benar Zuhud. Tidak hubbu dunya. Tidak hubbu mal. Apabila dicari tidak karena Allah maka itu dunia. Dan apabila dicari karena Allah maka itu akhirot. Menurut orang sufi, dunia itu ada 2 :
1. Dunia Adz Zohiroh yaitu berupa mal,dsb.
2. Dunia Al Batinah berupa hasad, dsb.
Beliau uang saja tidak mengerti, kalaupun beliau tidur, beliau hanya mengantuk tidak banyak bicara. Tarkul Kalam Al mubah. Beliau selalu baca Alquran, mutholaah kitab. Subhanahu wataala. Semoga kita diakui santri beliau dan mendapat ridhonya beliau dan Allah SWT, sehingga dapat bersungguh sungguh dalam menuntut ilmu. Wallohualam[]
-Annisa Miftahurrohmah :: mengutip dhawuh Abuya Kafa saat acara Haul Mbah Yai Abdul Karim di Lirboyo