Mengubah Ulama Sama Saja Mengubah Sejarah dan Pola Pikir Umat Islam
Oleh : Muhamad Ainul Atho’
Apakah ulama dan ilmuwan Islam ini hanya diubah namanya atau dengan identitasnya juga?. Jika memang ulama dan ilmuwan Islam ini benar-benar telah diubah entah itu namanya atau dengan identitasnya, maka hal ini akan berpengaruh besar pada catatan sejarah Islam yang ada. Bisa saja penemuan-penemuan yang berasal dari ulama atau ilmuwan Islam yang telah diubah ini, diakusisi hak kepemilikannya oleh orang atau bangsa lain secara sepihak dan dicap sebagai karya mereka. Sehingga, dikemudian hari orang Islam sendiri tidak mengetahui kebenaran yang sesungguhnya dalam sejarah Islam yang teramat penting ini, Mengenai kehebatan yang terdapat dalam karya buah pemikiran ulama dan ilmuwan Islam.
Mengubah ulama atau ilmuwan Islam sama halnya mengubah sejarah dan pola pikir umat Islam. Hal ini bisa terjadi dikarenakan orang-orang Islam tidak mengetahui jatidiri bangsanya yang sesungguhnya, karena sejarah Islam atau wawasan yang berkaitan dengan Islam telah diakusisikan Barat. Sehingga umat Islam ini meniru barat dalam semua permasalahan, mereka membandingkan diri mereka dengan tokoh-tokoh barat yang sebenarnya adalah ulama atau ilmuwan Islam yang telah diubah identitasnya, orang-orang Islam ingin berkarya dengan berpatokan dan motifasi yang berasal dari barat. Padahal, aslinya karya-karya yang membuat mereka termotifasi, pada dasarnya adalah karya ulama-ulama dan ilmuwan Islam sendiri.
Hal di atas dipicu salah satu tragedi yang terjadi pada saat perang salib atau perang besar yang kita tahu sebagai perang besar antara pasukan Islam menghadapi pasukan salib (sebutan bagi orang Kristen) berlangsung. Dimana perpustakaan yang berada di kota Tripoli, al-Quds, Asqalan dan kota-kota lainnya dibakar. Buku atau kitab karya ulama Islam yang menurut mereka (orang barat) penting, mereka rampas, mereka curi dan dijadikan sebagai pemikiran yang seolah-olah muncul dari mereka. Terdapat lebih dari ratusan manuskrip karya buah tangan ulama dan ilmuwan Islam yang mereka rampas, mereka kaji untuk mereka. Sedangkan umat Islam yang pada saat itu tengah terpuruk, porak-poranda akibat perang yang terjadi, tidak dapat berbuat banyak saat itu. Meskipun pada akhirnya dibawah pimpinan Saladdin (Salahuddin Al-Ayyubi) Islam mampu membalikan keaadaan, dengan memperoleh kemenangan. Namun karya-karya ulama dan ilmuwan Islam yang telah dirampas tersebut tidak lantas balik kegenggaman Islam lagi.
Salah satu contoh kecilnya, adalah Ibnu Sina yang merupakan figure ulama dan ilmuwan Islam yang mashur dengan karya-karyanya yang dijadikan sebagai tolok ukur atau dasar pemikiran ulama dan ilmuwan lainnya dalam berkarya. Pada saat ini barat menyebutnya sebagai Avicenna bapak kedokteran mereka. Karya-karya Ibnu sina seperti kitab Al-Syifa yang berisi tentang filosofisnya dalam empat permasalahan, yakni logika, fisika, matematika, dan metafisika. Adapula kitab ibnu sina yang lain adalah kitab al-Qanun fi al-thib yang berisi pengetahuan ilmu kedokteran mengenai pengobatan-pengobatan dalam dunia medis, yang sampai saat ini masih digunakan bangsa barat untuk mengkaji dunia kesehatan yang terus menerus mengalami kemajuan.
Ulama dan ilmuwan Islam yang telah mereka ubah baik nama dan identitasnya, hal ini didasari dengan apa yang orang barat lakukan saat ini, yakni orang-orang barat meskipun memakai karya Ibnu Sina selama ratusan tahun lebih semenjak mereka mendapat manuskrip atau catatan yang asli, mereka (orang barat) enggan menyebar luaskan karya Ibnu Sina lebih banyak lagi, bahkan umat Islam sendiri yang pada dasarnya mempunyai jatah dari karya tersebut tidak mendapatkan secuil pun wawasan yang terdapat dalam karyab Ibnu Sina terdebut.
Adapun hal yang mengubah sejarah Islam sama halnya mengubah pola pikir umat Islam sendiri bisa kita ketahui dengan adanya dunia kedokteran, sebelum adanya pengetahuan tentang ilmu pengobatan atau medis, orang barat dan orang Islam ini mempunyai cara yang berbeda dalam menangani atau menyikapi penyakit. Orang barat apabila keluarga atau sanak kerabatnya mengalami suatu penyakit yang sekiranya mereka membutuhkan penanganan atau perawatan khusus. Orang barat ini lebih percaya penyembuhan atau perawatan melalui jalur dukun, tukang sihir dan lain sebagainya, yang mana menggunakan ilmu-ilmu hitam didalamnya. Orang barat dulu, tidak pernah percaya dengan adanya ilmu rasionalis (pengetahuan akal manusia) dalam bidang pengobatan, yang mampu mengobati penyakit. Orang Yunani dan India pada zaman dulu adalah salah satu contohnya, dimana mereka percaya kesembuhan akan dapat diperoleh apabila kerabatnya yang menderita suatu penyakit ini mendapatkan penanganan dari dukun atau terkadang tukang sihir, agar memperoleh kesembuhan.
Hal ini justru berbanding terbalik dengan apa yang dialami oleh umat Islam pada saat itu. Umat Islam pada zaman dimana barat masih belum kenal tentang pengobatan, penanganan terhadap orang yang sakit dan hal lainnya yang berbau kesehatan. Umat Islam ini melakukan pengobatan medis dengan melalui jalur yang rasionalis, mereka percaya akan khasiat- khasiat pada suatu tumbuhan, hewan dan lainnya. Kita pastinya mengenal istilah thabib yang mana umat Islam pada saat itu memercayakan kesembuhan keluarga dan kerabatnya pada thabib.
Pada zaman seperti sekarang ini (modern), dimana barat telah menemukan kemajuan dalam bidang kedokteran untuk menangani pengobatan terhadap pasien-pasiennya. Sedangkan umat Islam saat ini melakukan hal-hal yang berkebalikan dengan apa yang mereka lakukan di zaman dahulu. Umat Islam sekarang ini akan mendatangi figure atau tokoh ulama ternama, lalu mereka meminta saran penyembuhan agar teman, kerabat dan saudaranya yang tengah sakit segera mendapatkan kesembuhan. dikit dikit sowan njaluk wejangan, itulah yang dapat tergambar pada orang Islam dizaman sekarang ini, khususnya di Indonesia.
Sumber gambar: https://lh3.googleusercontent.com/-IP4bCq4qQCQ/YFWtkdrPafI/AAAAAAAABNM/D6hcMq188FcZVpo1iqXEPTSv1KuGyQc-ACLcBGAsYHQ/ibnu%2Bsina%2Bjpg.jpg.