Podok Pesantren merupakan lembaga pendidikan pertama di Indonesia yang berbasis agama Islam. Dalam proses pembelajaran, Pondok Pesantren memiliki berbagai metode belajar yang sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan para santri ataupun para muridnya. Terkhusus dalam bidang akhlak, agama, sosial dan variabel ilmu lainnya.
Tak heran dari situ mengapa Pondok Pesantren menjadi tempat belajar dengan di siplin ilmu paling komplit dibanding lembaga pendidikan lainnya. Nah pada edisi kali ini, Majalah El-Mahrusy akan mengulas sejarah salah satu Pondok Pesantren yang berada di Jawa Timur tepatnya di Desa Kauman, kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik.
Dengan mengambil data dari proses wawancara, bersama Gus Hafidz yang merupakan Dzuriyyah Pondok Pesantren. Pondok Pesantren iti beranama Mamba’ul Hisan, yang termasuk Pondok TK pertama di Indonesia bahkan ada yang mengatakan Dunia. Mamba’ul Hisan juga memiliki metode khusus yaitu metode (Sidayu atau Saburoh), metode pengajaran membaca dan menulis Al-Qur’an
Profil dan Sejarah Pondok
Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan berlokasi di Desa Kauman, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik yang berada sekitar 1 Km dari alun-alun Sidayu dan sekitar 3 Km dari kantor Kecamatan Sidayu. Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan dirintis oleh KH Muhammad bin Shofwan pada tahun 1949 M. Dalam sejarah awal berdiri, putra pertama KH Muhammad bin Shofwan yang bernama KH Abdul Muqsith sedang memasuki usia sekolah. Pada saat itu KH Muhammad bin Shofwan mempunyai inisiatif untuk mendidik sendiri putranya dengan penuh kedisiplinan dan konsisten.
Sebagai bekal pembelajaran yang di berikan kepada putranya, KH Muhammad bin Shofwan menyusun tulisan-tulisan sebagai materi pembelajaran. Tulisan awalnya hanya beberapa lembar, yang kemudian disusun secara sistematis dan akhirnya terkodifikasi dengan baik. Selain materi yang di sajikan, beliau juga menggunakan cara-cara “kaifiyyah” khusus dalam penyampaian materi agar dapat membuahkan hasil maksimal.
Ternyata cara yang dipakai untuk mendidik putranya tersebut, terasa efektif dan efisien. Melihat keberhasilan tersebut, sanak famili, tetangga, masyarakat luar kota dan bahkan luar Jawa termasuk Sumatra, Kalimantan, Irian Jaya sampai luar negeri, seperti Singapura, Malaysia pada berdatangan untuk menitipkan anaknya agar di didik seperti putranya sendiri. Berdasarkan keadaan itulah KH Muhammad bin Shofwan mendirikan sebuah lembaga pendidikan.
Atas anjuran dari berbagai pihak dalam hal pemberian nama, KH Muhammad bin Shofwan memberi nama lembaga tersebut dengan “Mamba’ul Hisan” (kini sering disebut dengan kependekannya, yaitu PPMH).
Pondok Pesantren TK Pertama di Indonesia
Dari hasil wawancara bersama Gus Hafidz, belaiu mengatakan Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan merupakan Pondok Pesantren TK pertama di Indonesia, bahkan menurut beliau ada yang mengatakan di dunia. Maksud Pondok Pesantren TK di sini adalah terkhususkan untuk para anak-anak jenjang TK kisaran umur 5 tahun. Dalam masa 2 tahun dapat mengkhatamkan Al-Qur’an 1 kali, ada yang 2 kali dan bahkan sampai 3 kali. Dan dalam hal ini tentunya tergantung dengan kemampuan si anak. Seiring berjalannya waktu Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan mulai mengalami perkembangan dalam menampung para santri, baik dari jenjang SD, SMP dan SMA. Menurut beliau Pada awal dan pertengahan berdiri, jumlah santri Pondok Pesantren Mamba’ul Hisan hampir menembus 14 ribu santri.
Dari waktu ke waktu semenjak berdirinya Lembaga, banyak santri berdatangan untuk belajar di Lembaga PPMH. Dari para santri yang mendalami metode Sidayu, sebagian di antara mereka adalah kader yang sengaja di tanam untuk memahami metode pengajaran Al-Qur’an dengan menggunakan metode Sidayu. Para kader ini berasal dari lembaga lain, bari dari daerah Jawa atau luar Jawa.
Adapun para calon/kader dan alumni yang sudah mendirikan lembaga dengan metode Sidayu PPMH yaitu:
Terdapat di 12 tempat, yaitu Blitar, Tulung Agung, Pasuruan, Malang, Bojonegoro, Nganjuk, Kediri, dan Banyuwangi.
Terdapat di 5 tempat, yaitu Magelang, Kendal, Pekalongan, Yogyakarta, Kebumen, Wonosobo, Kudus dan Semarang.
Terdapat di Cirebon, Indramayu, Ciamis, Kuningan, dan Karawang
Terdapat di Lampung, Lombok, Bali, dan Kalimantan
Terdapat di Malaysia, Singapura dan Saudi Arabiya
Metode Sidayu atau Metode Saburoh
Menurut Gus Hafidz, metode Sidayu/Saburoh dalam proses pembelajaran tidak menggunakan buku. Tetapi si santri langsung maju membaca di papan tulis, membaca tulisan yang sudah ada. Apabila tidak bisa, maka menunjuk teman lainnya dan yang tidak bisa tetap tegak di depan sampai bisa. Hal tersebut menurut beliau lebih efektif ketimbang menggunakan buku.
Menurut beliau juga, sang Pendiri KH Muhammad bin Shofwan menulis setiap harinya di papan tulis yang hampir berjumlah 40 papan tulis. Sang Kiai tak mau di gantikan untuk menulis di papan tulis, dan dari sini yang menurut Gus Hafidz menjadi barokah akan besarnya lembaga PPMH. Gus Hafidz juga mengatakan bahwa sang KH Muhammad bin Shofwan tidak mau metodenya di komersilkan. Ketika ada yang ingin belajar metode Sidayu, PPMH sangat terbuka untuk itu, “Jadi Kiai Muhammad itu gak mau untuk mengkomersilkan metode Sidayu/Saburoh, kalau ada yang ingin belajar ya silahkan datang ke PPMH” tutur Alumni Al-Mahrusiyah ini.
Secara umum, penyajian materi di sini dibatasi dengan kemampuan yang di miliki oleh anak. Kalau kemampuan anak tinggi, maka proses belajarnya bisa di percepat dengan menambah materi lebih banyak. Tetapi jika kemampuan anak rendah, maka penambahan materi sedikit demi sedikit.
Adapun sistem penambahannya, yaitu materi yang telah di sajikan sebelumnya dikurangi sedikit demi sedikit dan yang baru di sajikan serta di perkirakan masih sulit bagi anak. Tetap di ulangi sampai mencapai kefahaman dan bukan hafalan. Kemudian ditambah materi baru sebagai kelanjutannya.