web analytics

Menulis Itu Minat, Bukan Bakat!

Menulis Itu Minat, Bukan Bakat!
1 0
Read Time:1 Minute, 58 Second

Menulis, mendengar kalimat ini seakan-akan masih menjadi momok kemalasan bagi pemuda-pemudi bangsa Indonesia. Padahal, salah satu cara paling efektif menggagas dan membangun perubahan dunia ke depan adalah dengan menulis. Menumbuhkan dan mengembangkan budaya literasi baca-tulis memang tidaklah mudah, namun bukan berarti sulit. Butuh kemauan untuk menggapainya. Sebagai generasi emas Indonesia kita harus memiliki jiwa ‘dendam kepenulisan’ agar mampu mengantarkan masa depan bangsa menuju pintu peradaban emas Indonesia.

Menulis membantu kita untuk merumahkan gagasan yang kita miliki. Menulis juga dapat mentransferkan inspirasi dan motivasi bagi para pembacanya. Namun, sangat disayangkan kegiatan menulis masih jarang dilakukan. Stereotip bakat dan ketidakmahiran masih menjadi alasan paling sering untuk tidak menulis atau bahkan ini hanya persoalan alibi saja. Padahal menulis itu hanyalah akumulasi dari latihan yang berulang. Jika kita sering melakukannya berulang kali, pasti akan mencapai kemahiran.

Dari sini muncul sebuah pertanyaan, kapan kamu akan memulainya? Jika tidak sekarang, kapan lagi?! Pertanyaan sederhana yang mencoba mengajak kemauanmu untuk saat ini berani menulis. Kemauan seringkali terkubur oleh alasan tak pasti, padahal jika kemauan digerakkan akan mendorong peningkatan kualitas diri dan pengembangan potensi. Sekali lagi, menulis bukan persoalan bakat tetapi soal minat dan latihan yang berulang untuk mencapai kemahiran.

Kemajuan peradaban Islam dunia tentunya tidak terlepas dari aktivitas tulis-menulis. Menengok beberapa abad silam, Islam mengalami kejayaan yang berangsur-angsur pada  zaman Bani Abbasiyah. Zaman inilah banyak sekali penerjemahan beragam buku dari India, Yunani, Cina yang dilakukan. Tidak hanya itu perpustakaan Islam pertama sekaligus terbesar umat Muslim dunia juga menjadi bukti kemajuan peradaban Islam pada masanya.

Sebagaimana yang dilakukan Jepang pada abad ke-20, tepatnya setelah Nagasaki dan Hiroshima dibom oleh AS, reaksi Jepang adalah mengirimkan ribuan pemuda ke Eropa dan Amerika dengan disertai penerjemahan buku yang jumlahnya tidak terhitung. Tak ketinggalan juga para ilmuwan Muslim seperti: Al-Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Farobi, Al-Biruni, Ibnu Kholdun, Ibnu Rusydi, Ibnu Sina, hingga Imam Ghozali mereka semua adalah pembaca sekaligus penulis besar. Elizabeth I, Napoleon, Hitler, Carnegie, Akio Morita, dan Bill Gates semuanya itu pembaca (Imperium III:2005).

Tulisan sederhana ini hanya sekedar pemancing bagi kita untuk berani dan konsisten dalam menulis. Jangan bayangkan kesulitan yang akan muncul, tetapi bayangkanlah kemanfaatan yang luar biasa yang kita dapati dari kemahiran menulis. Terus kembangkan pengalaman kreatif dan gelorakan semangat menulis untuk berbagi inspirasi ilmu dan pengalaman yang kita miliki.

”Membaca tanpa menulis itu sia-sia

Menulis tanpa membaca itu hampa”

 

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like