Menyikapi Apik Orang-Orang Yang Bersikap Toxic
Bergaul dengan teman dan sahabat merupakan suatu hal yang sangat mengasyikkan, dengannya kita bisa jadi bersenda gurau, merefresh kembali otak setelah dibuat untuk memikir pelajaran, ataupun melepas kepenatan dari bekerja seharian, tapi, banyak ditemui problem di lapangan dimana bertemu dengan orang-orang bersikap Toxic. Lalu, bagaimana menyikapi teman, kenalan, ataupun rekan pekerjaan yang bersikap Toxic? Mari kita ulas.
Toxic sendiri mempunyai arti sebuah sifat seseorang yang suka membuat hubungan pertemanan maupun percintaan menjadi keruh, lebih dari itu, sikap Toxic cenderung egois, seperti hanya mau berteman ketika senang, kemudian dalam keadaan susah akan pergi tidak ingin membantu, bahkan sikap Toxic cenderung ingin menang sendiri, tak mau meminta maaf walaupun telah bersalah, prinsip simpati dan empati sudah tidak dipikirkan.
Melihat dari hal-hal buruknya pastinya kita sudah ogah-ogahan untuk bergaul dengan orang-orang yang berperilaku seperti itu, tapi sebelum itu kita juga harus menimbang, memperhatikan, merefleksi agar nantinya sikap berteman kita tidak berubah dan tentunya jangan sampai kita sendiri kita ketularan dari sikap Toxic yang tak baik ini.
Syeikh Muhammad Nawawi dalam kitabnya Muroqil Ubudiyah memberikan sebuah gambaran melalui sya’ir
خد من خليلك ما صفّا # ودع الّذي فيه الكذب
فالعمر اقصر من مع # تبة الخليل على الغير
“Ambillah yang bersih dari temanmu
Tinggalkanlah yang keruh darinya
Karena umur manusia terlalu pendeuk
Untuk mencela orang lain”
Sama halnya dengan sikap Toxic, keburukan dan kejelekan merupakan urusan pribadi seseorang, walaupun sebagai sesama manusia kita juga perlu mengingatkan, tetapi kalau sudah tidak mempan jangan dipaksakan, kita pun tak seharusnya mencela, sebab, jika mencela khawatir malah membuat hubungan semakin buruk dan beresiko memutus tali silaturahmi.
Ditegaskan melalui keterangan yang terdapat di kitabnya Syeikh Nawawi ini, bahwasanya “Bersabar atas gangguan teman lebih baik dari mencelanya, mencela lebih baik daripada memutuskan tali silaturahmi, terputusnya hubungan silaturahmi lebih baik daripada mencaci maki seseorang.”
Oleh karenanya kurangi menyebarkan perbuatan buruk yang hanya akan memicu adanya musuh seabruk. Anggap saja seseorang bersikap Toxic sebab mempunyai beberapa alasan yang tidak mungkin kita ketahui, kuncinya cukup satu ketika berada pada situasi seperti ini, bersabar!
Mengenai resep-resep agar diri kita terhindar dari sikap Toxic juga sudah di beberkan Oleh Syeikh Musthofa Al-Gholaini, melalui karangan nya Idhotun Nasyi’in, beliau berpendapat mengenai beberapa kewajiban seseorang dengan temannya “Lakukanlah Kewajiban terhadap teman-temanmu, dengan cara memberi bantuan atau pertolongan kepada mereka disaat mereka dalam keadaan sengsara, tampakanlah rasa senang ketika mereka di situasi bahagia, selalu siap menolong ketika mereka tertimpa bahaya.”
Dengan mengamalkan prisip berteman yang diutarakan oleh Syeikh Musthofa Al-Gholaini ini, kemungkinan bersikap Toxic akan kecil, karena perilaku-perilaku tersebut mengajarkan untuk tidak egois, bersikap simpati dan selalu empati.
Akhir kata, memuhasabah diri melalui hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
ابا اهر احسن مجاورة من جورك تكن مسلما واحسن مصاحبة من صحبك تكن مؤمنا
Rasulullah bersabda “Wahai Abu Hurairah, berbuat baiklah kepada tetanggamu , niscaya kamu menjadi Imam Muslim sejati, dan berbuat baiklah kepada sahabatmu, niscaya kamu menjadi mukmin sejati.”
Wallahu A’lam
]
oke,,,, dan lagi2 kuncinya adalah sabar…