Meriahnya Ngaji Jurnalistik 4, Undang Dr. Ginanjar Sya’ban
Kediri, Elmahrusy Media. Seperti agenda tahunan yang telah terlaksana sejak tahun 2018 dan sempat vakum perihal covid-19. Tahun ini tertanggal 15 Februari 2023, tim elmahrusy media kembali menggelar ngaji jurnalistik ke-4 dengan mengangkat tema Santri Salafi Menduniakan Literasi yang dinarasumberi oleh alumnus Universitas Al-Azar, Mesir Dr. Ahmad Ginanjar Sya’ban.
Acara ngaji jurnalistik atau yang biasa disebut ngajur digelar di auditorium MA Al-Mahrusiyah dengan dipartisipasi oleh siswa-siswi MA-Almahrusiyah, para mahasiswa/i, dan mahasantri yang telah mengikuti seleksi.
Menginjak acara yang pertama dimulai pada pukul 09.00 oleh MC, kemudian dilanjutakn tilawatul qur’an dan sambutan-sambutan. Sambutan yang pertama diisi oleh ketua pantia M. Ainul Atho, kemudian kepala sekolah Madrasah Aliyah Al-Mahrusiyah yakni Bapak Taufiq Hidayat M.Ag, dalam sambutannya beliau mengapresiasi, “Saya memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada tim pers mahrusy yang semakin berkibar di dunia medsos,” tutur beliau mengawali sambutan.
Beliau juga ngendikan bahwa kebanyakan ilmu pengetahuan itu dari ahlusunnah waljama’ah. Namun sempat mengalami kemerosotan dan sekarang alhamdulillah dapat bangkit kembali. Harapan beliau, “Saya berharap semoga dari adanya ngajur ini dapat memunculkan penulis-penulis dan jurnalis-jurnalis yang hebat.” Tutur kepala sekolah Madrasah Aliyah Al-Mahrusiyah menutup sambutannya.
Selanjutnya memasuki sambutan yang ke-3 diisi oleh Agus Izzul Maula Dliyaullah, beliau ngendikan, “Kalo di pondok masih ada kegiatan menulis kitab, menulis pelajaran, menulis di papan tulis, yang sekarang sudah tergantikan dengan soft file seperti word dan kawan-kawan. Justru ini menjadi nilai plus yang kita punya di pondok pesantren,” tutur cucu KH Mahrus Aly membuka sambutannya.
Beliau menjelaskan juga bahwa mengapa para santri diberikan kitab kosongan padahal bisa saja diberikan kitab pethuk yaang sudah ada ma’nanya, itu semua tak lain untuk melatih kita agar terbiasa menulis.
Karena perubahan zaman itu gampang terjadi. Dahulu pada zaman sahabat belum ada yang namanya karangan kitab. Karangan kitab mulai bermunculan ketika di zamannya ulama’-ulama’ salaf. Dan ini semua tak lain karena adanya perkembangan zaman.
Gus Izzul berpesan, “Saat ini yang paling banyak manfaat yaitu jurnalistik. Karena hasil dari tulisan bahkan siapapun dapat menulis, bagaimana hebatnya sebuah tulisan, yaitu sebuah ucapan yang diletakakan diatas kertas dapat menggonjang-ganjingkan negara,” pesan putra almarhum almaghfurllah KH Imam Yahya Mahrus.
Inti dari sambutannya, beliau berharap ketika kita menulis tetap memperhatikan kaidah-kaidah yang diajarkan guru-guru kita. Yang sebenarnya telah terangkum ilmunya dalam kitab kuning dan hadist. Jangan sampai tulisan kita saling menjatuhkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Karena apa, Gus Izzul memperingatkan, “Semua pekerjaan itu ada konsekuensi dan madhorotnya tinggal bagaimana kalian menanggapi madhorot itu,” tutur Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mahrusyah menutup sambutannya.
Melangkah ke acara selanjutnya yakni penutup dan do’a yang dipimpin oleh Agus Nabil Aly Ustman selaku penasehat aktif Tim Elmahrusy Media. Sebelum menuju do’a beliau sedikit mengulas tentang sekilas biografi pemateri, beliau ngendikan, “Pemateri murupakan alumnus Al-Mahrusiyah angkatan tahun 2001, yaitu ketika Al-Mahrusiyah masih bernama HM Putra dan madrasah aliyahnya bernama Tribakti,” tutur kang mas Gus Izzul memperkenalkan biografi sang pemateri.
Gus Nabil juga sempat menyinggung Tim Elmahrusy Media bahwa beliau bangga dan terharu dengan Pers Mahrusy karena meskipun masih muda dan anggotanya masih lajang semua. Pers Mahrusy sering diundang menjadi narasumber di beberapa pondok pesantren. Selain itu Tim Elmahrusy Media merupakan satu-satunya tim media pondok yang memiliki agenda terstruktur dari tahun per tahunnya.
Usai mengulas singkat biografi pemateri dan pers mahrusy, kemudian beliau memimpin do’a yang mengantarkan kita menuju acara utama ngaji jurnalistik 4 yang akan di isi oleh alumnus Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Dr. Ginanjar Sya’ban.
Sekilas spoiler, pemateri memperkenalkaan diri, “Saya disini seperti memasuki mesin waktu, 24 tahun yang lalu saya belajar disini dan mengenakan saragam yang sama. Saya mulai nyantri di Al-Mahrusiyah mulai tahun 1998. Dulu meskipun saya gak pinter, gak rajin, dan bandel, alhamdulillah saya sekarang bisa merasakan barokahnya mondok di Lirboyo yang dapat mengantarkan saya berkeliling dunia,” tutur dosen Pasca Sarjana Universitas Nahdatul Ulama, Jakarta menginspirasi para santri.
Untuk kelengkapan kisah lika-liku dan suka duka perjalanan beliau dapat pembaca simak ditulisan berikutnya.Wallahu a’lam