Mimpi
Kehidupan seorang anak remaja dan Sang Ibu yang sangat miskin. Namanya Sari. Ia sudah ditinggal Ayahnya sejak ia masih kecil. Ia tidak pernah merasakan sedikit pun kasih sayang dari ayahnya. Karena ayahnya sudah tiada dan ibunya harus menjadi tulang punggung keluarganya. Sari hanya tinggal berdua bersama ibunya saja. Ibunya hanya dapat mengandalkan keuntungan dari jualan sayur kelilingnya, itupun keuntungannya tidak seberapa. Sari sekarang masih duduk di kelas lX SMP. Sari adalah seorang anak yang pintar. Ia selalu mendapat juara 1 di kelasnya. Akan tetapi ia selalu diolok-olok oleh teman-temannya karena ia adalah anak dari pedagang sayur keliling. Ia sangat malu mendengar ejekan temannya. Ia bermimpi ingin menjadi orang sukses kelak nanti.
Keesokan harinya, di sekolah ada salah satu guru yang menghampirinya.
“SMP Internasional mengadakan perlombaan membuat 1 karangan cerpen, apa kamu mau ikut? Hadiahnya menarik loh! Juara 1 dapat uang senilai 2 juta dan 1 buah sepeda gunung dan juara 2 dapat uang senilai 1 juta. Dan juara 3 dapat uang senilai 500 ribu.” Ucap Guru tersebut.
“Boleh, tapi saya tidak tau cara daftar perlombaannya?” Ucap sari sambil berpikir.
“Saya bisa bantu kamu. Nanti datang ke rumah saya dengan membawa identitas lengkapmu.” Lanjut Guru tersebut dengan senyuman.
“Iya, Bu. Nanti saya akan datang.” Ucap Sari dengan wajah gembira.
Sari pun tertarik dengan tawaran Bu Guru tersebut. Jadi, Sari ingin mencoba untuk mendapatkan hadiah dari lomba cerpen tersebut dan setelah 4 hari membuat cerpen, Sari pun akhirnya telah mempersiapkan diri untuk mengikuti lomba.
***
Keesokan harinya, Sari berangkat ke rumah Bu Nia, gurunya. Di sana ia dibantu oleh Bu Nia untuk memasukan ceritanya melalui internet. Karena Sari anak dari seorang janda miskin, Sari tidak memiliki komputer untuk memasukan ceritanya tersebut. Dan dengan senang hati, Bu Nia meminjamkan komputer miliknya untuk perlombaan Sari.
Setelah selesai memasukan cerpennya ke internet untuk diperlombakan, Sari berharap akan juara 1 dalam usaha kerasnya. Bu Nia pun mendoakan.
1 minggu sudah ia tunggu-tunggu untuk kabar pemenang lomba. Di sana terlihat nama Sari sebagai pemenang lomba di posisi 2. Sari sangat terharu mendapat kabar itu. Bu Nia pun tidak kalah senangnya dengan Sari. Setelah cukup lama dalam larut harunya, Sari langsung pulang untuk menemui ibunya dan mengabarkan segala kesenangan ini, juga rasa syukurnya.
Kabar itu diucap oleh Sari. Sang Ibu tidak bisa berkata-kata untuk bahagia Sari. Air mata menetes tidak tertahankan. Ibunya memeluk Sari lekat.
“Ibu bangga, Nak!”
Oleh; Diva Saskia