وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
“Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Al-Imran: 104)
Kewajiban dakwah telah sampai pada taraf fardlu kifayah. Dengan kata lain, kewajiban tersebut akan gugur apabila telah ditemukan seorang pendakwah didalam suatu daerah. Namun, penting untuk kita garis bawahi bahwasanya keikutsertaan dalam menegakkan dakwah islamiyyah atau amar ma’ruf nahi munkar berlaku bagi seluruh umat Islam.
Dalam hal ini, hendaknya dakwah islamiyyah disampaikan dengan cara-cara arif nan kreatif agar ajaran Islam dapat diterima tanpa adanya kontradiktif.
Untuk itu, Syaikh Utsman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakir Al-Khubawi hadir dengan karyanya yang sampai sekarang masih sangat populer di kalangan santri, yakni kitab Durrotun Nashihin fil Wa’dli wal Irsyad.
Kitab ini memuat 75 topik yang ditulis menggunakan istilah majlis. Topik-topik ini tak terlepas dari 3 pokok pembahasan, yakni Aqidah, Ibadah dan Mu’amalah.
Dengan kajian tematiknya, Syaikh Utsman mengawali tulisannya dengan pemaparan ayat-ayat Al-Qur’an berikut Tafsirannya sebagai bagian terpenting untuk membaca pesan dan memahaminya.
Selain Al-Qur’an, terdapat pula hadist yang menjadi penguat pembahasan dalam setiap majlis. Meski Muallif tidak menyertakan kedudukan hadist (shohih, hasan maupun dlo’if), namun hadist tersebut sangat mendukung kuatnya pemahaman terkait tema pembahasan. Dari sini akan tampak kuatnya tulisan Muallif yang menggunakan dalil naqli sebagai referensi unggulan.
Kitab yang memiliki arti “Mutiara Para Penasehat” ini juga menyajikan berbagai kisah inspiratif yang dapat dijadikan media dalam berdakwah. Kisah yang tersaji meliputi kisah para Nabi, orang-orang ‘Alim, serta kehidupan pasca yaumul akhir.
Seperti kisah seekor elang yang mengadu kepada Nabi Sulaiman a.s. karena anak-anaknya diambil oleh seorang laki-laki pemilik pohon. Maka Nabi Sulaiman a.s. memanggil dan mencegah pemilik pohon itu untuk mengulanginya. Tak hanya itu, Nabi Sulaiman a.s. juga memerintahkan dua syetan untuk membelah dan melempar tubuh si pemilik pohon tersebut, separuh ke arah timur dan separuh lagi ke arah barat apabila ia mengulangi perbuatannya.
Pada tahun berikutnya, lelaki tadi lupa dan membuang anak-anak burung yang berada diatas pohonnya. Namun syetan tak berani menjalankan perintah Nabi Sulaiman a.s. karena sebelum membuang anak-anak burung, lelaki tersebut telah bersedekah kepada seorang lelaki muslim dengan sepotong roti. Kemudian Allah mengirim kepadanya dua malaikat dari langit untuk menangkap kedua syetan itu lalu melemparkannya ke timur, sedang yang lain ke barat.
Kisah diatas dapat menjadi spirit motivasi dalam bersedekah. Penyampaian dakwah dengan kisah artistik ini sangat efektif untuk mempengaruhi psikis pendengar atau pembacanya, sehingga jiwa mereka tergugah untuk melakukan sesuai pesan yang diamanatkan.
Didalam kitab Durrotun Nashihin ini, Syaikh Utsman juga berpesan agar para Penasehat lebih bisa melakukan terlebih dahulu atas apa yang dinasehatkan, Hal ini seperti pesan Imam Ghozali didalam kitab Bidayatul Hidayah-nya, yaitu:
“لسان الحال أفصح من لسان المقال”
Wallohu A’lam.