Kediri, (27/03/24) Acara Muwadda’ah berlangsung di malam penuh barokah. Malam Nuzulul Qur’an ini, kami segenap santri Pondok Pesantren Putri HM Al-Mahrusiyah Asrama Al-Misky mengadakan acara penutupan kilatan yang bertempat di Aula Al-Misky. Setelah 15 hari terlewati, kini saatnya kami kembali, menikmati kampung halaman yang sudah lama menanti.
Acara Penutupan Kilatan Ramadhan ini dimulai pada pukul 20.30 WIB. Sore harinya, kami bersama-sama melangitkan Do’a Khotmil Qur’an setelah 15 hari full tadarusan. Usai sholat tarawih dan istighotsah, baru lah moment penuh haru ini digelar.
Pada momentum kali ini, Abah K.H. Reza Ahmad Zahid berpesan kepada segenap santri untuk selalu mematuhi aturan yang ada di Pondok Pesantren. Semuanya di nash, baik yang pulang maupun yang tidak pulang. Selanjutnya, Beliau mengingatkan untuk kembali ke Pondok Pesantren dengan tepat waktu, bagi para santri yang “pulkam” alias pulang ke kampung halaman.
“Alhamdulillah, semua kegiatan ramadhan sudah selesai. Baik itu Pengajian, Tadarusan, dan serangkaian kegiatan yang lain. Saya minta untuk yang pulang maupun yang tidak pulang, untuk tetap mengikuti aturan yang ada di Pondok Pesantren.”
“Perpulangan kali ini serentak dibuka pada tanggal 28 maret. Dan nanti ketika kembali ke Pondok Pesantren, mohon diingat-ingat waktunya, kembalilah sesuai waktu yang telah ditentukan.”
Tak hanya itu, Abah Reza juga menenangkan para santri yang tidak pulang. “Yang tidak pulang, ini adalah wanita-wanita hebat. Mereka siap untuk jauh dari orang tua, siap untuk mandiri. Saat teman-temannya takbiran di rumah, Allahu Akbar.. Allahu Akbar, mereka disini uzlah. Saya apresiasi sebesar-besarnya.” Tutur Beliau yang langsung disambut tepuk tangan para santri.
Abah Reza berpesan “Waktunya digunakan sebaik-baiknya. Walaupun sudah tidak Madrasah Diniyah dan tidak Sekolah Formal, tetap digenjot hafalannya. Apalagi yang di rumah. cobaan kalian lebih besar, godaannya lebih menantang. Jangan lupa kalau kalian punya tanggung jawab hafalan nadzom. Persiapkan juga pelajaran-pelajaran untuk setelah liburan.”
Beliau juga mengingatkan kepada segenap santri untuk mengedepankan akhlak yang baik, yaitu akhlak yang mencerminkan seorang santri. “Pulang bukan untuk foya-foya. Ketika di rumah, tolong dibedakan antara sebelum dan sesudah mondok. Akhlaknya dijaga, haliyah-nya dijaga. Hormati orang tua dengan sebaik-baiknya.”
“Ini pesan saya. Semoga perjalanan kalian semua lancar. Semoga diberikan keselamatan sampai tujuan. Sampaikan salam kami kepada orang tua kalian. Dan jangan lupa, kembali sesuai waktu yang telah ditentukan.” Tutur Abah Reza yang dilanjutkan dengan do’a safar bersama.
Acara dilanjutkan dengan Pengumuman dan Pembagian Penghargaan bagi santri berprestrasi. Penghargaan pertama diperuntukkan bagi siswi teladan Madrasah Qiro’atul Qur’an pada masing-masing kelas di berbagai tingkatan. Selanjutnya, penghargaan diberikan kepada siswi yang lolos festival nadzom + murod, mulai dari nadzom Imrithy, Qowaidh ash-shorfiyah, hingga Jurumiyah. Tak lupa dan yang paling ditunggu-ditunggu di setiap tahunnya adalah penyematan gelar “Santri Teladan”. Terakhir, pengumuman pemenang Lomba Kultum Ramadhan per-jam’iyyah daerah.
Usai sesi dokumentasi, Ning Hj. Niswatul Arifah menyampaikan kalam hikmahnya kepada mbak-mbak santri Al-Misky. Beliau juga berbagi amalan agar cepat melaksanakan ibadah haji. “Ning Rifa dulu pernah dikasih amalan dari Mbah Yai Imam Yahya Mahrus, saat itu orang-orang di Kediri membiasakan sowan-sowan kepada para Masyayikh pada tanggal 5-7 syawal. Mulai dari daerah Ploso, Lirboyo, Bandar, dan juga Pethuk.”
“Mbah Yai Imam meskipun sudah sepuh laqobnya ialah Gus Imam. Saat itu Beliau menyampaikan pesan, kalau ingin dipercepat hajinya, sering-sering melantunkan sholawat yang dibaca ketika tahiyat akhir, yaitu:
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم، وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد، كما باركت على سيدنا إبراهيم، وعلى آل سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد
Insya Allah, nama kalian akan cepat dipanggil oleh Nabiyulloh Ibrahim AS.”
Selanjutnya, Beliau menyampaikan wejangannya kepada segenap santri “Anak-anakku di asrama Al-Misky, yang semuanya berjumlah 439, alhamdulillah kita saget hadir, saget melaksanakan acara pada malam hari ini, dengan sehat jasmani maupun ruhani.”
“Banyak umat Nabi terdahulu yang ingin menjadi umatnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Ini karena didalamnya terdapat Syahru Romadlon, yang mana amal ibadah kita akan dilpatgandakan 1000 kali lipat. Masya Allah, makanya kita harus banyak-banyak bersyukur. Yaitu dengan meneladani uswatun hasanah yang telah dicontohkan Baginda Nabi kita.”
Apa saja itu?
“Yang pertama, Nabi itu sifatnya pemalu sekali. Ini yang harus kita teladani. Apalagi kita sebagai Perempuan, yang tercipta dengan rasa malu yang sangat tinggi. Akan tetapi, di era modernisasi yang dibawa oleh Negara-Negara Barat ini, banyak dari Perempuan yang mengikuti tradisi mereka, termasuk dari segi fashionnya.”
“Sebagai Muslimah, kalau ingin fashionnya terlihat modis, ya syarat-syarat berpakaian harus kalian penuhi dulu.” Selanjutnya, Beliau menjelaskan satu persatu syarat berpakaian yang sepatutnya kita kenakan.
“Hargailah Kanjeng Nabi yang datang membawa syariat yang Rahmatan lil ‘alamin. Kanjeng Nabi yang mengangkat derajat Perempuan dari tradisi Jahiliyah. Jagalah muru’ah kalian sebagai Perempuan. Menjaga muru’ah tidak hanya dari cara berpakaian. Itu hanya permulaan saja.”
“Bedakan orang yang pernah mengaji dan tidak. Bedakan orang yang mengaji secara Talaqqi dengan Kyai dengan orang yang mengaji pada Mbah Google. Mengaji pada Google itu tidak punya sanad.” Jelas Ning Rifa.
Selanjutnya, Beliau menjelaskan alasan Beliau mengupas tuntas bab Perempuan. “Mengapa Ning Rifa banyak membahas tentang Perempuan? Karena kalian itu harus dijaga. Sekarang, coba ubah mindsetnya. Bukan “Mengapa jadi Perempuan itu banyak aturan?” tapi “Sudah sepantasnya Perempuan banyak aturan karena ia makhluk yang sangat dihargai dan sangat dijaga.” Jangan teledor dengan زينة الدنيا (perhiasan dunia). Pemberhentian terakhir kita adalah akhirat, sedangkan perhiasan dunia itu semu.”
“Ketika di rumah, tunjukkan haliyah kalian seperti yang ada di Pondok Pesantren, agar orang tua kalian itu tidak sia-sia mengeluarkan biaya untuk memondokkan anaknya. Tunjukkan rasa terimakasih kalian. Jangan berpikir kalau liburan itu “off” alias berhenti dari semua kegiatan yang biasa kita istiqomahi, jangan!”
Tak hanya itu, Beliau mengingatkan kembali terkait himbauan untuk menghindari produk-produk yang terafiliasi dengan Israel. Kemudian Beliau mewakili segenap Dzurriyyah Ndalem memohon maaf sebesar-besarnya kepada para santri. Begitu juga sebaliknya, dengan segudang kasih sayangnya yang tak terhingga, Beliau sudah memaafkan segenap santri, serta mendo’akan yang terbaik bagi para santrinya.
“Semoga ilmu yang kalian dapatkan, bisa bermanfaat, maslahat, في الدين والدنيا والأخرة. Jangan pernah berhenti untuk mencari ilmu. Karena orang yang merasa cukup dalam mencari ilmu adalah orang yang sombong. Mencari ilmu itu إلى اللحد (hingga liang lahat/tutup usia).”
Beliau melanjutkan, “Meski begitu, tapi ya ada masanya kalian pulang dan mengamalkan. Bukan berarti menetap di Pondok Pesantren terus. Untuk sekarang, fokus memperbaiki diri dulu, fokus mempersenjatai diri untuk menghadapi runyamnya dunia.”
“Jangan putus asa bagi yang kemarin ujiannya her, karena bisa jadi futuhnya atau barokahnya ilmu bermula dari situ. Yang sudah finish, juga jangan merasa sombong. Tetap lanjutkan, tetap semangat, dan berdo’a. Karena Do’a adalah senjata yang tidak dimiliki selain kaum Muslimin.” Terakhir, Ning Rifa berpesan untuk memperbanyak membaca sholawat selama di perjalanan bagi santri yang mudik.
Usai menyimak dengan seksama Mau’idloh Hasanah dari Pengasuh Pondok Pesantren Putri Lirboyo HM Al-Mahrusiyah Asrama Al-Misky, yakni Beliau K.H. Reza Ahmad Zahid dan juga Istri tercintanya, Beliau Ning Hj. Niswatul Arifah, kami melanjutkan ke acara terakhir, yakni acara Mushofahah dengan Ning Hj. Niswatul Arifah. Rangakaian acara Penutupan Kilatan Ramadhan pun berakhir pada pukul 22.20 WIB.