Oleh: indysaffanah
Kaum sarungan yang identik dengan mengantri, yang dilatih tirakat oleh tahu dan tempe: santri.
Santri yang kadang kala dipandang sebelah mata oleh kaum sebelah, santri yang tidak hanya melulu dengan kertas-kertas kuning. Santri, merekalah insan yang siap berkiprah untuk masyarakat. Di pondok pesantren santri tidak hanya sekedar mengaji tapi mereka juga dituntut untuk bisa menerima apa yang ada di depan mata, santri juga belajar bagaimana mereka besosialisasi. Berinteraksi dan memahami jiwa serta karakter orang-orang yang hidup bersamanya di pondok.
Santri mendefinisikan sabar mengantri sebagai kegiatan yang bermanfaat di setiap harinya, mulai dari buka mata sampai tutup mata lagi. Di setiap pondok pesantren memilki sistem makan yang berbeda-beda, ada yang menggunakan tepak makan yang wajib dimilki setiap individu, dengan lauk yang sudah disediakan pondok itu sendiri, ada yang memilih untuk masak sendiri, namun hal ini sudah jarang ditemukan pada zaman sekarang apalagi di pondok-pondok modern. Atau ada pula mereka yang membeli makanan di luar pondok, dan yang paling unik mereka yang menggunakan nampanan. Makan bersama dengan banyak tangan dalam satu piring besar biasanya berisi empat sampai enam orang dengan posisi badan melingkar dan harus mepet. Dan tahukah bahwa sesederhana nampan ternyata mengandung banyak keistemewaan di dalamnnya, seperti:
Menu makanan di pondok pesantren dibuat sederhana karena di sana mereka dilatih tirakat dan bisa menerima apa adanya, diajarkan kesederhanaan sebagai bekal di kehidupan yang akan datang. Ketika makan dengan nampan dan hanya dengan lauk yang apa adanya seperti hanya sekedar tahu, tempe, kangkung, atau apapaun itu akan terasa lebih lezat dan nikmat serta menambah nafsu makan dari pada ketika makan sendirian.
Makan nampanan adalah makan yang dilakukan dengan berkelompok, biasanya berisi lima sampai delapan orang atau bahkan sampai sepuluh orang. Jadi antara satu orang dengan yang lainnya harus saling tunggu-menunggu. Kita tidak bisa makan sendirian tanpa menunggu temannya. Kita harus bersabar atau bahkan mencari temannya ketika belum datang. Di sini kita tidak boleh mementingkan kepentingan pribadi dan harus mengedepankan kepentingan orang lain. Di sinilah ada pelajaran membangun karakter kebersamaan dan egaliterasi dalam persatuan.
seperti dalam sebuah hadits,
عن انس رضى الله عنه كان رسول الله صلى الله عليه وسلم لا ﭘﺄكل وحدهوقال صلى الله عليه وسلم خير الطعام ما كثرت عليه الايدي
Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa rasulullah tidak pernah makan sendiri. Selain itu beliau juga bersabda bahwa sebaik-baik makanan adalah yang di makan dengan banyak tangan dalam artian keberkahan sebuah makanan juga berhubungan dengan seberapa banyak orang yang menikmatinya, jadi semakin banyak tangan semakin barakah.
Tradisi makan bersama dengan banyak tangan dalam satu piring besar, sesungguhnya adalah ajaran rasulullah saw. Seperti terdapat dalam hadits riwayat Abu Daud.
عن وحشى عن حرب رضى الله عنه ان اصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم قالوا” يا رسول الله انا نآكل ولا نشبع؟” قالوا فلعلكم تفترقون قالوا” نعم فاجتمعوا على طعامكم واذكروا اسم الله يبارك لكم فيه رواه ابو داود
Diceritakan dalam hadits tersebut ada salah seorang sahabat yang sudah makan, namun merasa belum kenyang, sahabat tersebut kebingungan kemudian setelah dicari tau penyebabnya sahabat tersebut hanya makan sendirian, dan tidak mengajak yang lainnya. Kemudian mereka menanyakan hal tersebut pada rasulullah, kemudian rasulullah menyuruhnya untuk makan secara bersama-sama. Artinya ketika kok kita sudah makan namun masih merasa belum kenyang itu artinya bukan semata karena porsi makan kita yang sedikit namun kita perlu mangajak orang untuk bisa juga menikmati apa yang kita nikmati.
Demikianlah beberapa makna istimewa dibalik makan menggunakan nampan. Kita yang sudah terbiasa makan menggunakan nampan tanpa disadari kita sudahlah menjalani sebagian kecil sunah sunah rasulullah. Maka banyak- banyak bersyukurlah kita yang hidup di pondok pesantren yang tidak hanya menggeluti kitab kitab para alim ulama, namun kita juga telah dibiasakan mencontoh kehidupan rasulullah saw.