web analytics

Refleksi Ngaji Gus Reza: Lentera Kegelapan (part 1)

Refleksi Ngaji Gus Reza: Lentera Kegelapan (part 1)
K.H. Reza Ahmad Zahid dalam Pengajian Kilatan Ramadhan 1445 H
1 0
Read Time:5 Minute, 3 Second

 

Pernahkah kalian berjalan tanpa penerangan?

Bagaimana rasanya?

Bukankah gelap itu mengerikan?

Bagaimana jika tersesat, tersandung, atau bahkan tersungkur?

Untuk menjawab serentetan pertanyaan diatas, mari kita telaah bersama, Maqolah dari Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq R.A. yang tertuang dalam Kitab Nashoihul ‘Ibad karangan Syeikh Syihabuddin Ahmad Ibn Hajar Al-Asqalaniy;

الظلماتُ خمسٌ والسُّرُجُ لها خمسٌ

Dalam maqolah tersebut, Sayyidina Abu Bakar menuturkan bahwa kegelapan itu ada 5 macam, yang masing-masing memiliki 5 lentera sebagai penunjuk jalan. Apa saja kegelapan itu?

حُبُّ الدُّنْيَا ظُلْمَةٌ والسِّراجُ لَها التَّقْوَى

Hubbu dunia (cinta dunia) itu gelap, dan lenteranya adalah Takwa.

Mengapa حب الدنيا (cinta dunia) bisa dikatakan ظلمة (gelap)?

Di dalam Syarah-nya dijelaskan:

لأنه يوقع في الشبهات ثم في المكروهات ثم في المحرمات

Karena hubbu dunia dapat menjerumuskan pada perkara-perkara syubhat, kemudian dilanjutkan ke perkara makruh dan bisa-bisa sampai pada perkara haram.

Hal ini selaras dengan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dari Hasan al-Bashri;

حب الدنيا رأس كل خطيئة

Cinta dunia itu induk dari setiap kesalahan

Apa itu حب الدنيا ? dan sebatas mana seseorang dapat dikategorikan sebagai حب الدنيا ?

فالراغب في الدنيا ملوم وطالب فضولها مذموم

Orang yang mencintai dunia itu hina dan orang yang mencari kelebihan dari dunia itu dihina.

والرغبة إنما تختص بما جاوز حد الحاجة

والفضول إنما ينطلق على ما زاد على قدر الكفاية

Kata الرغبة disini dikhususkan pada sesuatu yang melebihi batas kebutuhan.

Sedangkan kata الفضول (kelebihan) yang dikehendaki yakni sesuatu yang melebihi kadar cukup.

Dengan kata lain, seseorang yang mencari perkara dunia sesuai dengan kadar kebutuhannya, tidak bisa langsung dicap sebagai “orang yang cinta dunia”. Rasulullah SAW bersabda:

ليس خيركم من ترك الدنيا للآخرة وللآخرة للدنيا

ولكن خيركم من أخذ من هذه وهذه

Kemudian Abah Reza menjelaskan;

“Tidak bisa kita itu meninggalkan dunia seutuhnya. Tetap harus mengambil bagian dari dunia. Akan tetapi, dunia yang diambil harus kita niatkan sebagai washilah untuk mengambil akhirat. Makanya disitu redaksinya:

ولكن خيركم من أخذ من هذه (دنيا) وهذه (آخرة)

“Orang kalau mengambil akhiratnya saja, terus dunianya ditinggal, itu bukan orang yang bagus. Apalagi sebaliknya, orang yang mencari dunia saja, lupa dengan akhiratnya, jelas-jelas tidak bagus.”

Abah Reza melanjutkan, “Dawuhnya Nabi, orang yang mengambil bagian dari dunia sesuai porsinya, lalu mengambil bagian akhirat, itulah yang bisa disebut خير الناس

Alkisah, suatu hari Rasulullah SAW bertemu dengan seorang laki-laki yang haliyah-nya dikagumi para Sahabat Nabi. Ia dikategorikan sebagai seorang yang ahli ibadah karena ia senantiasa melakukan berbagai amaliyah ukhrowiyah, baik wajib maupun sunnah. Lalu Rasulullah SAW bertanya kepada para Sahabat; “Dia punya pekerjaan apa tidak?” Para Sahabatpun memberitahukan bahwa lelaki tersebut tidak memiliki pekerjaan.

Lantas, apa respon Rasulullah SAW?

فسقط عن عيني

Atau dalam bahasa Jawanya: “Halah, wes gak tak sawang blas.”

“Artinya, meskipun seseorang itu ahli ibadah, melanggengkan berbagai amaliyah ukhrowiyah, apabila tidak mengambil bagian dari dunia sebagaimana mestinya, maka dia akan merepotkan temannya, yakni meminta-minta dengan dalih “sibuk beribadah”. Atau bisa jadi orang itu memiliki potensi يَعِيْشُ بِدِيْنِه (menjual agamanya). Pengen surga? Ayo sakmene… Pengen mendalami ilmu agama? Ayo sakmene…Wani piro? Begitu kira-kira yang akan dilakukan. Dan sudah banyak orang yang seperti itu.” Tutur Abah Reza.

Selanjutnya, mari kita kembalikan ke maqolah Sayyidina Abu Bakar tadi;

والسراج لها التقوى

Lenteranya (hubbu dunia) yaitu Takwa.

Takwa yakni ta’at kepada Allah SWT dan menjaga diri dari siksa-Nya, yaitu dengan melakukan apa yang diperintahkan dan meninggalkan segala kemaksiatan. Allah menjanjikan jalan keluar dan rezeki yang melimpah bagi orang yang bertakwa sebagaimana firman-Nya dalam QS. At-Talaq ayat 2-4:

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَهُ مَخْرَجاً وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia (Allah) akan membukakan jalan keluar baginya (dari kesulitan-kesulitan dunia dan akhirat), dan Dia (Allah) akan memberinya rezeki dari arah yang tidak terduga.”

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا

“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia (Allah) menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya (dunia dan akhirat).”

Di dalam Sarah Nashoihul ‘Ibad, Syeikh Nawawi Al-Bantani mencantumkan pesan Baginda Nabi Muhammad SAW yang terdapat dalam maqolah ke-19 pada bab 5:

كل المطية الدنيا فاز تحلوها تبلغكم الآخرة

“Sebaik-baik kendaraan ialah dunia. Maka berangkatlah kalian semua hingga kendaraan itu mengantarkan kalian pada akhirat.”

Dunia dan akhirat memang kedua hal yang bertolak belakang dan tidak bisa disatukan. Akan tetapi, dunia bisa berperan sebagai washilah untuk menjemput kehidupan di akhirat kelak. Dengan catatan, apa yang kita ambil dari dunia tidak melebihi porsi yang seharusnya, dan tetap menggenggam syari’at berupa takwa. Maka ini akan selaras dengan firman-Nya pada Q.S. At-Talaq ayat 10-11:

فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ۚ قَدْ أَنزَلَ ٱللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا

رَّسُولًا يَتْلُوا۟ عَلَيْكُمْ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ مُبَيِّنَٰتٍ لِّيُخْرِجَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ مِنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۚ

“…Maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal. Yaitu orang-orang yang beriman. Sungguh Allah telah menurunkan peringatan kepadamu dengan mengutus seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Allah kepadamu, yang menerangkan (bermacam-macam hukum), agar Dia (Allah) mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dari kegelapan menuju cahaya…

Walhasil, sesuai dengan apa yang disampaikan Sayyidina Abu Bakar As-Shiqqiq R.A pada jenis kegelapan yang pertama, yaitu حُبُّ الدُّنْيَا dan lenteranya adalah التَّقْوَى.

Wallahu a’lam.

Baca Refleksi selanjutnya di https://elmahrusy.id/refleksi-ngaji-gus-reza-lentera-kegelapan-part-2/ 

About Post Author

Anour Ryn

Struggle
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like