Ning Najhaty Sharma Membongkar Rahasia menjadi Seorang Novelis Pesantren
Seperti yang sudah dikenal oleh masyarakat pada umumnya terlebih kaum pecinta novel, Ning Najhaty Sharma merupakan sosok yang sangat banyak idolanya, dibalik beliau menjadi sang ibu rumah tangga, ngasto di pondok, bisnis woman, beliau juga berhasil menjadi seorang Penulis Novel yang sedang hangat diperbincangkan di kalangan pesantren saat ini (Writerpreneur). Novel ini sangat ramai di kalangan genre sastra pesantren. Kali ini Tim Pers Mahrusy Putri berhasil sowan dengan beliau dan sedikit sharing mengenai seputar kepenulisan.
Perkembangan literasi di kalangan pesantren harus kiat ditingkat, banyak penulis-penulis cerita baik cerpen, novel dan lain sebagainya tidak membuahkan hasil dikarenakan tidak selesai dalam berkarya. Sebenarnya tips rahasia apakah yang ampuh agar penulis berhasil menyelesaikan karyanya?
Energi ketika awal menulis, ditengah-tengah, dan diakhir memang berbeda. Dan kebanyakan energi besar itu dirasakan ketika awal kali menulis. Hal ini memang dirasakan oleh semua penulis. Yang membedakan antara penulis yang karyanya selesai dan tidak itu terkait dengan konsistensi dan kerja keras untuk menstabilkan mood dan membunuh rasa malasnya. Beliau menceritakan bahwa sebelum adanya Dua Barista ini berpuluh puluh judul naskah cerita yang hanya ditulis di HP maupun laptop tidak dimunculkan karena tidak selesai, bahkan istilahnya hasilnya makrak saja. Setelah beliau berumur 30 tahun beliau mengambil pelajaran apasih yang menyebabkan karyanya kok tidak selesai. Hal ini harus kita sadari bahwa “Karya yang Baik adalah Karya yang Selesai”. Selain itu perlu disadari kembali akan pentingnya perencanaan yang matang dan sesuai dengan idealisme agar kita lebih percaya diri dalam melanjutkan cerita serta dibarengi dengan memperbanyak dalam praktek menulis, jangan terlalu fokus mengedit. Namun hal ini tidak berarti bahwa harus membatasi diri dengan menyamakan cerita sesuai dengan kerangka perencanaannya. Suatu saat kerangka mau dirubah menyesuaikan dengan adat dan zaman itu tidak masalah, asal masih dalam lingkup rencana awal. Perencanaan kerangka yang matang juga mempermudah untuk mensinkronkan antara unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik sesuai dengan data riset yang valid.
Disamping dengan perencanaan yang matang kita juga harus terlatih memaksa diri kita. Sesuai dengan dawuh seorang novelis Indonesia, Habiburrahman El Shirazy bahwasannya “Ide itu banyak, sebanyak ikan di laut. Dan seniman itu ada dua macam. Seniman yang senang menerjang badai dalam artian senang berlayar untuk mencari ikan. Dan seniman yang hanya duduk di pinggir pantai senderan pohon kelapa sambil menunggu ikan datang.” Dari sini harus disadari bahwa beribu ribu kali kita harus merevisi karya kita harus tetap konsisten dan memaksa diri kita menyingkirkan berbagai bebatuan yang ada agar air tetap mengalir lagi alias ide tetap mengalir lagi. Bahkan harus terbiasa menulis beribu ribu karakter demi mempersiapkan karya yang bagus untuk masa depan. Bisa dikatakan istilahnya, cerita tidak jadi tidak apa apa yang penting tetap menulis.
الاستقامة خير من الف كرامة
Istiqomah sangat diutamakan. Karena Novel yang Tebal berasal dari Part yang Pendek. Salam Literasi !