Ning Ochi Gelorakan Resolusi Darur Rasyidah dan Daru Zainab Pada Milad Ke-22
Tiba di malam puncak harlah Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Putri. Asrama Darur Rasyidah (Darsyi) dan Daru Zainab (Darzen) menggelar pembacaan manaqib dan bagi-bagi hadiah lomba rangkaian acara harlah yang ke-22.
Usai melantunkan bait-bait manaqib dengan lantang dan merdu ditengah gulitanya malam yang syahdu. Malam ini Ning Hj Ita Rosyidah Miskiyah atau lebih akrab dengan sapaan Ning Ochi, berkenan menyampaikan sekapur sirihnya dalam malam puncak harlah Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Putri yang Ke-22.
Beliau dawuh,”Alhamdulillah malam ini menjadi malam puncak dalam serangkaian acara milad pondok kita,” tutur putri bungsu Ibu Ny Zakiyah Miskiyah. Kemudian beliau melanjutkan, “Yang mana sebelumnya ada serangkaian lomba dan acara-acara yang lain. Disini kita sama-sama membuat sebuah anak tangga,” pesan beliau kepada adik-adik santrinya.
Maksud beliau membangun anak tangga disini yakni kita sebagai manusia itu harus yartaki yang bermakna naik ke anak tangga satu ke anak tangga lainnya. Karena kita ini manusia jadi beda dengan malaikat. Jika malaikat memang sudah ditakdirkan memiliki tingkatan yang tinggi dan tidak bisa berkurang maupun bertambah. Manusia bisa memiliki tingkatan yang berubah-ubah maka dari itu beliau berpesan agar kita itu yartaki yakni menaikkan derajat agar semakin tinggi di sisi Ilahi.
Ning Ochi ngendikan, “Ini menjadi pepiling untuk kita bahwa yang namanya usia itu pasti bertambah tapi usia bertambah umur berkurang” tutur pengasuh Asrama Darsy dan Darzen melanjutkan pesan.
Maksud beliau, dengan adanya milad Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Putri yang Ke-22 ini mengajarkan kepada kita bahwa untuk mencapai posisi yang sedang kita jalani saat ini itu melewati banyak lika-liku dan rintangan yang tak gampang.
Tutur beliau,”Insyaallah mulai dari detik ini pondok pesantren akan selalu berkembang yang tak lain karena barokah masyayikh. Seharusnya kita bisa memotivasi diri kita,” kemudian beliau melanjutkan dengan sebuah pertanyaan, “Di tanggal enam Januari ini yang masih tergolong tanggal muda, kira-kira apa filosofinya?” tanya beliau kepada mba-mba santri sebagai partisipan milad ke-22.
Kemudian beliau menjawab dan menegaskan kepada seluruh santriwati bahwa filosofi tanggal enam Januari edisi milad ke-22 adalah resolusi. Seperti pesan beliau di muqodimah sekapur sirih kalau kita itu harus yartaki, tentunya resolusi juga harus semakin meninggi jangan sampai malah semakin melempem.
Beliau juga memberi gambaran untuk resolusi milad di tahun 2024 ini itu di interpretasikan seperti mandi junub. Dari sini jangan langsung berkonotasi negetif. Yang dimaksud mandi junub disini kerena mandi junub itu menjadi mandi yang paling di banggakan Allah, kenapa?
Alasannya karena mandi junub ini melakukan perkara yang hanya lillahita’ala, maksudnya bagaimana? Pertama mandi junub ini dilakukan untuk diri sendiri, tidak mungkin seorang yang mandi junub akan diumbar-umbar dan diberitakan yang ada malah diam-diam dan dilakukan tanpa sepengetahuan orang-orang.
Kemudian yang ke-2 dilakukan saat orang-orang sedang tidur.karena tidak ingin ketahuan orang jadi biasanya mandi junub dilaksanakan ketika orang-orang sedang pulas-pulasnya tidur. Hikmahnya apa?
Melalui interpretasi mandi junub ini kita diajarkan untuk menjauhi sifat riya’ yang mana melakukan suatu ibadah itu khusus lillahita’ala alias tidak mempublis amal ibadahnya. Dari sini kita juga dapat memetik kesimpulan untuk mencari suatu hal yang positif dari suatu hal yang negatif. Dan ini juga bisa menjadi resolusi kita di harlah ke-22 pada tahun 2024.
Setelah itu beliau mengakhiri sekapur sirihnya dan dilanjutkan dengan pembagian hadiah serta foto bersama sebagai pungkasan acara puncak harlah Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Putri yang Ke-22. Wallahu a’lam.