Pembukaan Pengajian Kitab Syamail Rosul Oleh Ning Ita Rosyidah Miskiyah
Kediri, Elmahrusy Media.
Ssetelah sekian lama vakum, pengajian Kitab Wasail Wushul Ila Syamail Rosul kini mulai aktif kembali. Malam Jumat kali ini (28/12) menjadi moment iftitah bagi santri Sakan Darur Rosyidah dalam rangka pembukaan pengajian Kitab Syamail bersama Ning Hj. Ita Rosyidah Miskiyah.
Usut punya usut dahulu kala ketika beliau masih menuntut ilmu di Hadhromaut Yaman angkatan beliau lah yang pertama kali mengkhatamkan pengajian Kitab Syamail, kemudian usai khatam seluruh nama santri angkatan beliau disebut satu persatu dan didoakan oleh Al Habib Umar Bin Hafidz.
Mengapa dinamakan Wasail Wushul Ila Syamail Rosul?
Kitab Wasail Wushul menjadi perantara bagi kita semua untuk lebih dekat dengan sosok baginda Nabi Muhammad saw. Selain itu melalui kitab ini diharapkan dapat menjadi jalan turunnya bidayah bagi kita semua.
Syamail berarti tabiat atau berbagai kebiasaan yang ada pada Nabi. Seperti kapan Nabi tersenyum, bagaimana senyumnya Nabi, bagaimana posisi duduk Nabi, bagaimana Nabi bermu’asyaroh dengan orang lain bahkan dengan anak kecil, semua hal yang menjadi bagian dari Nabi maka menjadi bagian pula dalam pembahasan kitab ini.
Selain Kitab Syamail tersebut, Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani banyak menulis kitab-kitab lain seputar Nabi Muhammad. Sebagai bentuk kecintaan beliau pada Sang Pembawa Rahmat bagi seluruh alam. Bahkan beliau juga mewujudkan cintanya melalui tarbiyah kepada keluarga beliau melalui cinta yang diajarkan Sang Baginda.
Kenapa harus belajar Syamail?
Mempelajari Syamail sama dengan belajar sejarah.
Begitu urgen bahkan tatkala Ning Ochi sowan kepada Habib Luthfi bin Yahya beliau dawuh:
“Jangan sampai lupa dengan sejarah, apalagi sampai tidak tahu menahu tentang sejarah”
Ketika kita tidak tahu sejarah maka sama posisinya dengan para anggota Israel saat ini yang sedang gencarnya menyerang Palestina tanpa tahu menahu apa sebab dibalik peperangan yang telah terjadi bertahun-tahun itu. Mereka tergelincir oleh doktrin bahwa Palestina harus diperangi.
Begitulah gambaran sekilas pentingnya merekam sejarah. Sejarah siapapun, terlebih sejarah Nabi. Bila kita tidak tahu sejarah beliau, bagaimana kita bisa mengikuti beliau, sementara beliau adalah uswah bagi kita semua?
Selain sebagai pengetahuan sejarah, Kitab Syamail menjadi perantara bagi kita semua untuk mentadabbur segala hal dari Rosulullah. Bagaimana beliau bisa begitu dicintai oleh Allah? Kenapa semua orang bisa mencintai Rasulullah, termasuk golongan orang kafir juga mencintai beliau, Abu Lahab sekalipun. Perasaan cinta orang kafir kepada Nabi Muhammad Saw, tertutup oleh sifat sombong dan jahil (bodoh) yang telah menjadi doktrin bagi mereka. Bodoh dalam artian sudah diberi tahu kebenaran justru memilih kebatilan.
Sebab itulah akhlak menjadi unsur penting dalam kehidupan. Pintar saja tidak cukup, iblis pun pintar akan tetapi ia sombong, tidak mau bersujud pada Nabi Adam yang diciptakan dari tanah sementara dirinya dari api sehingga ia merasa lebih sempurna, padahal kesempurnaan hanya milik Allah semata.
Sebab itulah orang pintar akan tetapi tidak berakhalak maka ia sama buruknya dengan iblis.
Melalui Kitab Syamail menjadi jalur taqorrub kita kepada Sang Baginda. Seandainya kita tidak mengenal sifat-sifat Nabi Muhammad, maka kita saat itu pula kita jauh dengan Nabi Muhammad Saw.
Apabila kita jauh bahkan tidak mengenal beliau, bagaimana kita akan mendapatkan syafaatnya di yaumil qiyamah kelak? Sementara tidak ada yang memiliki syafaat selainnya?
Syekh Yusuf bin Ismail an-Nabhani dalam kitabnya menuturkan:
محمد حي في قلوبنا
“Muhammad hidup di dalam hati kita semua.”
Dengan meneladani akhlak Nabi, menghidupkan sunnah-sunnahnya, dan menghafalkan hadist Nabi, maka kita telah menghidupkan nama Muhammad dalam hati kita.
Mengapa malam Jumat?
Malam Jumat hingga Jumat sore merupakan yaumul eid bagi umat muslim. Hari Jumat menjadi waktu di mana kita disunahkan untuk memperbanyak membaca sholawat serta bertadabbur, yakni meresapi segala hal tentang Nabi Muhammad.
Kini tugas kita sebagai generasi penerus ialah mengenal kanjeng nabi, dan memperkenalkan beliau kepada orang lain di sekitar kita. Bukan tak kenal maka tak sayang, akan tetapi tak kenal maka ya kenalan.
“Kalau kamu mencintai Allah, maka ikutilah Aku!”
(Nabi Muhammad Saw.)
Wallahu a’lam.