Pengajian Ramadhan: Syekh Abu Bakr Syatho’ dan Kitab Kifayatu al-Atqiya
Bulan Ramadhan adalah bulan yang berkah, penuh berkah, dan benar-benar berkah. Tidak perlu membahas segala karunia dan anugerah atas besar dan banyak limpah ganjaran, bagi santri dan kepesantrenan, Ramadhan adalah hari raya pencari ilmu.
Karena memang pada setiap Ramadhan, pondok pesantren selalu mengadakan pengajian Ramadhan di segala waktu dan bermacam kitab. Tidak mengecualikan Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Lirboyo Kota Kediri, jadwal pengajian itu sudah terpampang jelas dan bisa dipastikan akan diikuti santri di setiap jadwalnya. Sesuai hati nurani dan tak akan pernah sepi.
Selain santri, jadwal, dan berbagai kita, pada pembahasan pengajian Ramadhan ini pun akan mencakup pengorek atau orang yang mengisi membacakan kitab tersebut. Dan pengajian kitab yang diisi oleh gus-gusnya, pasti akan selalu diserbu dan minati. Apapun kitabnya.
Salah satunya adalah pengajian kitab Kifayatu al-Atqiya’ wa Minhaju al-Ashfiya’ karangan dari Syekh Bakri al-Maliki ibnu Syekh Muhammad Syatho’ ad-Dimyathi yang kita kenal juga sebagai mushonif kitab Hasyiah I’anah Tholibin, kitab fiqh yang legendaris itu. Kitab Kifayatul Atqiya ini mensyarahi kitab Hidayatu al-Adzkiya’ ila Thoriqi al-Auliya’ karangan Syekh Zainuddin bin Ali al-Ma’buri al-Malibari. Kitab ini pun mendapat bandingan dari karangan Syekh Nawawi al-Bantani, Salalimu al-Fudhola, dalam mensyarahi kitab Hidayatu al-Adzkiya’.
Setiap sore ba’da ashar, kitab ini akan dibacakan oleh KH. Melvien Zainul ‘Asyiqien S.Hi., M.Pd.I. yang bertempat di mushola Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Putra Liboyo. Pengajian ini diperuntukkan bagi santri putra maupun putri, juga untuk umum.
Kitab fan tasawuf ini, sangat cocok dipelajari. Meski pembahasan tasawuf terbilang berat, tapi isi dari kitab ini cukup ringan dengan teks matan, penjelasan mushonif, kutipan dalil Al-Qur’an, hadits, maupun keterangan ulama. Kitab ini pun terdapat penjelasan makna i’rab dan hikayah-hikayah yang menambah daya tarik tersendiri.
“Suatu hari aku didatangi sebagian ikhwan, -semoga Allah memberiku dan mereka kemudahan-, untuk menulis kitab syarah yang lembut (mudah dipahami) dari qasidah yang dinamai Hidayatu al-Adzkiya’ ila Tahoriqi al-Auliya’.” Tutur Syekh Bakri al-Maliki ibnu Syekh Muhammad Syatho’ ad-Dimyathi dalam muqadimah kitabnya.
Untuk lebih dari itu, alangkah baiknya kita mengenal siapa sosok Syekh Bakri al-Maliki ibnu Syekh Muhammad Syatho’ ad-Dimyathi, seorang ulama hebat dengan karya-karya yang hebat?
Lahir
Sayyid Abu Bakar Syatho’ alias Sayyid Bakri Syatho’ (1848-1892 M) merupakan ulama besar dari Makkah. Ia dikenal sebagai pengarang kitab Hasyiah I’anah al-Thalibin (Syarh Fath al-Mu’in), dan seorang guru para ulama Nusantara yang belajar di kota Makkah pada akhir abad ke-19 M.
Syekh Abu Bakar Syatho’ merupakan ulama dzuriyah Nabi Muhammad Saw. Nasabnya bersambung pada Nabi Muhammad Saw. Alasan itu ia juga dikenal dengan Sayyid Bakri Syatho’. Harus diketahui, hingga abad ke-19 (periode 1800 M), banyak sekali keturunan Nabi Muhammad (sayyid) yang hanya menggunakan gelar Syekh.
Sayyid Bakri Syatho’ bernama lengkap Al Allamah Abu Bakar bin Muhammad Zainal Abidin Syatho’ al-Dimyathi al-Bakri. Ia lahir di Distrik Syatho’, sebuah daerah di Kota Dimyath (Mesir) yang masyhur sebagai tempat para sayyid (keturunan Nabi Muhammad) dari jalur Al-Husain.
Saat ia berusia tiga bulan, sang ayah, Sayyid Muhammad Zainal Abidin Syatho’, berpulang ke rahmatullah. Sepasca ayah wafat, ia dididik saudaranya, yaitu Sayyid Umar Syatho’. Pada Sayyid Umar Syatho’, ia menghafal Quran dan mempelajari berbagai matan kitab klasik.
Selain belajar pada sang kakak, Sayyid Bakri Syatho’ juga belajar pada ulama besar pada zaman itu, yakni Sayyid Ahmad Zaini Dahlan. Kepadanya, ia belajar memahami semua matan kitab klasik yang sudah beliau hafal.
Dakwah dan Karya-Karya
Sayyid Bakri Syatho’ menjadi ulama pengajar di Masjidil Haram Mekah al-Mukarramah yang amat masyhur pada abad ke-19 Masehi. Selain itu, beliau juga masyhur sebagai pengarang banyak kitab. Satu di antara karangan yang cukup terkenal adalah I’anah Ath-Tholibin — kitab hasyiah (penjelas) untuk kitab Fathul Muin karya Syekh Zainuddin Al Malibari.
Sayyid Bakri Syatho’ ulama alim yang sangat produktif menulis. Selain kitab hasyiah I’anah Ath-Tholibin, kitab karangan yang lain adalah Kifayatul Atqiya, Minhajul Asfhiya (dua kitab tasawuf), dan Ad-Durarul Bahiya (pokok-pokok syariat).
Santri-santri Sayyid Bakri Syatho’
Banyak ulama besar nusantara yang nyantri pada Sayyid Bakri Syatho’. Di antara murid-murid Sayyid Bakri Syatho’ adalah Sayyid Abbas bin Abdul Aziz Al Maliky (kakek Abuya Sayyid Muhammad Al Maliky), Syeikh Ahmad Khatib Al Minangkabawi, Syekh Mahfud Tremas, Syekh Hasyim Asy’ari, Syeikh Abdul Hamid Kudus, dan masih banyak lainnya.
Sayyid Bakri Syatho’ memang wafat di usia yang relatif muda yaitu 44 tahun, namun usia beliau mengandung keberkahan yang luar biasa karena menulis banyak kitab serta mencetak banyak ulama besar dari kalangan murid-murid beliau.
Wallahu a’lam.
Ref: data dari Jurnaba.Co, foto dari Facebook Madrasah Saadatul Wathoniah