Peran Literasi di Lini Salafi
Di Indonesia, istilah “jurnlistik” dulu dikenal dengan publistik. Dua istilah tersebut mulanya kerap saling tukar, hanya berbeda asalnya saja. Beberapa kampus di Indonesia sempat menggunakannya karena berkiblat kepada eropa, seiring waktu istilah jurnalistik muncul di Amerika Serikat dan mengganti istilah publistik. Publistik juga digunakan untuk membahas ilmu komunikasi.
Begitu pentingnya jurnalistik dalam sendi kehidupan kita, hingga muncul disiplin ilmu literasi atau lebih lumrah dikenal dengan ilmu kepenulisan. Literasi sekarang sudah menjamur di berbagai institusi pendidikan maupun lembaga pemerintahan. Mengingat betapa pentingnya kemutlakkan suatu informasi atau berita yang terdengar di telinga publik.
Dunia pesantren sekarang juga lagi gencar-gencarnya memberikan life skill atau keterampilan khusus terhadap literasi. Hampir setiap pesantren memiliki lembaga yang bertugas sebagai pemberi atau penyalur berita terkait pondok masing-masing, entah itu melalui akun sosial media, blog maupun situs.
Tidak hanya itu, referensi kitab, sumber hukum, dakwah maupun artikel Islam sekarang sudah banyak tersedia di sosial media pondok pesantren, tentu hal tersebut tidak lepas dari literasi yang baik. Oleh sebab itu, juranlis pesantren harus memahami tentang kepenulisan, sehingga informasi dari tulisannya tidak menyeleweng dan menyesatkan.
Tak lepas dari itu, pondok pesantren juga sebaiknya memberikan wadah bagi para santrinya untuk mengembangkan ilmu literasi, hal ini bisa diwujudkan dengan adanya kelas jurnalistik, seminar literasi atau penelitian lapangan dalam hal kepenulisan.
M. Tarmizi Murdianto dalam penelitiannya pernah berkata menjadi jurnalis bukanlah sebuah hal yang mudah, ada banyak hal dan pelajaran yang perlu dipahami dan dilakukan. Jika seseorang berniat menjadi jurnalis yang handal, coba lakukan beberapa hal berikut ini:
1. Membaca. Mengapa demikian? Karena dengan membaca, kamu bisa lebih banyak memahami berbagai gaya penulisan, menambah kosakata, dan memiliki wawasan yang luas.
2. Mengikuti perkembangan berita yang beredar. Ini sangat penting untuk menunjang pengetahuanmu terhadap suatu kasus atau peristiwa yang sedang hangat.
3. Perbanyak latihan menulis. Salah satu pekerjaan jurnalis adalah menulis, oleh karenanya, kamu harus membiasakan diri dengan menulis sesering mungkin.
4. Pahami penggunaan tata bahasa yang baik. Dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat, sangat penting untuk memperhatikan kosa-kata yang kamu gunakan. Sebab, tidak semua kata memiliki makna yang universal dan mudah dipahami oleh orang banyak. Dengan begitu, tulisanmu akan menjadi lebih nyaman dibaca, informasinya pun dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca.
5. Tidak malu untuk belajar dari jurnalis lain. Selain mengembangkan keterampilan dengan rajin membaca dan menulis, kamu juga bisa belajar langsung pada jurnalis yang professional, ikutilah seminar atau workshop sehingga memiliki kesempatan berharga untuk menjalin networking dengan juranalis lain. UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) memberikan definisi tentang literasi. Literasi ialah seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca dan menulis, yang mana keterampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.
Lambat laun berkembangnya zaman muncullah istilah literasi digital, sampai saat ini telah menunjukan kemajuan yang signifikan. Derasnya pergerakan arus globalisasi membuat teknologi berkembang pesat. Orang lebih banyak memilh smartphone daripada buku, membuat literasi digital banyak dikunjungi. NU Online, media besar di nusantara adalah salah satu contoh penerapan literasi digital, yang dipelopori oleh ulama, kiai dan santri. Pada tahun 2020 tercatat NU Online menempati urutan pertama dari 100 situs Islam di Indonesia
Literasi digital juga menjadi ladang dakwah bagi ulama dan para kiai. Dengan begitu khazanah keilmuan Islam akan semakin lebih menjangkau berbagai ranah masyarakat, serta pengenalan pondok pesantren dari berbagai lini membuat cara pandang masyarakat terhadap pesantren semakin membaik tanpa memandang sebelah mata. Oleh karena itu, marilah kita sebagai penerus ulama salafussholih untuk selalu meningkatkan taraf kehidupan dalam bermasyarakat, seperti apa yang dikatakan Nabi Ibrahim AS. ”Orang pintar harus paham kondisi zaman, melakukan yang terbaik untuknya, seraya mengingat Tuhan”
Dengan mempelajari literasi, kita sebagai santri juga sudah berikhtiar dalam hal tulis menulis, agar nantinya khazanah keilmuan pesantren dapat diterima dan tersampaikan dengan baik oleh masyarakat.
Oleh: M. Azka Zulfarrohman