Peran Santri untuk Negeri
Santri adalah istilah yang umumnya diperuntukkan bagi mereka yang menuntut ilmu di suatu pondok pesantren, yang mana mereka sering dipandang sebelah mata, mereka sering disebut sebagai orang-orang yang ketinggalan zaman, kuper, cupu dan juga sering dinilai hanya pandai dalam ilmu-ilmu yang bernilai keagamaan semata.
Banyak yang menilai bahwa santri itu tidak paham dengan ilmu-ilmu kemajuan teknologi, tidak mampu bergaul dengan Dunia Internasional melalui Bahasa Inggris & Arab, lemah dalam fisik karena hanya sibuk dengan kitab, dan pada akhirnya banyak yang menilai bahwa santri itu hanya paham dengan ilmu agama, padahal semua itu tidaklah benar dan pada kenyataannya banyak santri yang mampu Berbahasa Inggris, Bahasa Arab, menguasai Teknologi Informasi, dan Ilmu Pengetahuan Teknologi lainnya serta kuat dalam fisiknya melalui latihan bela diri atau biasa dikenal oleh orang sunda dengan sebutan silat.
Selain itu, para santri seringkali distigmatisasi ndesoo atau kampungan oleh para generasi yaang katanya millenial. Memang kenyataannya, sebagian dari santri enggan mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa pergaulan internasional dan mengklasifikasikan ilmu kedalam bagian-bagian tertentu secara dikotomis (pemisahan antara ilmu agama & non agama) sehingga kepandaiannya terbatasi oleh pembagian ilmu secara dikotomis tersebut.
Ketahuilah sahabat-sahabat sekalian… DR. Syekh Yusuf al-Qardlawi yang merupakan salah satu ulama internasional, menolak pembagian ilmu secara dikotomis. Semua ilmu bisa Islami dan bisa tidak, tergantung kepada orang yang memandang dan mempergunakannya.
Pemisahan ilmu secara dikotomis, menurut DR. Syekh Yusuf al-Qardlawi telah menghambat kemajuan Umat Islam itu sendiri. Sebab peradaban bisa melesat maju jika peradaban tersebut bisa menyerap sisi-sisi positif tanpa meninggalkan akar-akar pembangunan peradaban yang dianjurkan oleh agama Islam.
DR. Syekh Yusuf al-Qardhawi menganggap, kemajuan peradaban mana pun tergatung pada manusianya sendiri. Termasuk semangat untuk memajukan peradaban Islam dan mengusahakannya agar bisa memimpin peradaban dunia yang kehilangan roh kemanusiaan.
الْمُحَافَظَةُ عَلَى الْقَدِيْمِ الصَّالِحِ وَالْاَخْذُ بِالْجَدِيْدِ الْاَصْلَحِ
“Menjaga perkara-perkara lama yang baik dan mengambil perkara-perkara baru yang lebih baik.” Siapkah anda menjadi bagian dari santri yang membantu negri?
Tujuan pendidikan Islam kepesantrenan pada dasarnya mengantarkan peserta didik menjadi manusia pada tingkat yang sempurna, dengan cara menumbuh kembangkan potensi, bakat, naluri dan tidak keluar dari koridor agama.
Setiap individu mempunyai bakat tersendiri dalam pribadi masing-masing, bakat tersebut muncul secara lahiriyah dan perlu adanya pengembangan agar bisa menjadi kemampuan hebat yang bermanfaat untuk kemajuan agama, negara bahkan dunia.
Lain daripada itu, santri mempunyai kelebihan jauh melampaui para siswa non pesantren pada umumnya. Karena pendidikan kedisiplinan, tanggung jawab, kesungguhan, akhlakul karimah yang ditanamkan oleh pesantren benar-benar telah melekat menjadi bagian para santri. Serta merupakan usaha para ulama (pengasuh pesantren) dan Umaro (pejabat pemerintahan) dalam membangun sebuah negara yang berjalan pada jalur agama yang benar. Karena dengan tegaknya agama, akan terwujud suatu negara yang aman, sejahtera, tentram dan juga harmonis.
Di zaman millenial ini, hampir semua pesantren dan juga pemerintah bersama-sama membangun sebuah program pendidikan yang bisa menghantarkan serta melahirkan generasi-generasi rabbani penuh kreasi, artinya santri mampu terjun dalam dakwah keagamaan maupun pemerintahan dan juga sosialisasi yang bersifat Internasional. Hal ini merupakan upaya para pengasuh pondok pesantren dan pemerintah didalam membangun sebuah negara yang beralaskan dengan agama.
Ketahuilah sahabat-sahabat sekalian !!!
Banyak para tokoh-tokoh besar yang terlahir dari pondok pesantren nusantara, dan perannya sangat dibutuhkan oleh negara. Seperti halnya; DR. KH. Muhammad Fajar Laksana S.E.,CQM.,MM. (Tokoh Masyarakat Sukabumi yang menjadi pusat konsultasi seluruh Pejabat Pemerintah Kota dan Kabupaten Sukabumi), Prof. DR. Mohammad Mahfudz MD, (Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Ke-2 Periode 2008-2013), Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama Republik Indonesia), dan lain-lain.
Beliau-beliau ini adalah alumni pesantren (para santri di zamannya dahulu) yang telah benar-benar memberikan kontribusi yang membangun dalam perkembangan dan kemajuan negara. Dengan ini, diharapkan jebolan-jebolan pesantren yang lainnya juga mampu memberikan kontribusi positif untuk kemajuan negara kedepannya.