Perjalanan Manaqib dan Haul Masyayikh Lirboyo
Mengenai acara Manaqib dan Haul Masyayikh Lirboyo yang akan digelar tanggal 18 Mei di Aula Mukatamar Pondok Pesantren Lirboyo, apakah kalian tau mengenai sejarah perjalanan Manaqib dan Haul Masyayikh Lirboyo, terutama untuk Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah?
Dalam wawancara bersama Yai Faruq Qusayiri, selaku santri senior, , beliau menuturkan, ”Awalnya Haul para masyayikh itu dilaksanakan di lingkungan keluarga masing-masing sesuai dengan hari wafatnya. Kemudian, beliau Almaghfurlah KH. Imam Yahya Mahrus berinisiatif menyelenggarakan Haul Masyayikh Lirboyo dengan kegiatan Majelis Dzikir dan Maulidurrosul Saw yang di dalamnya meliputi istighosah, pembacaan yasin, tahlil, dan manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani yang hingga kini kita kenal dengan acara Majelis Dzikir dan Maulidurrosul Saw dalam rangka Haul Masyayikh Lirboyo.”
Beliau, Yai Faruq juga menuturkan bahwa Haul Masyayikh yang diselenggarakan dalam bentuk Majelis Dzikir dan Maulidurrosul Saw pertama kali dilaksanakan pada tahun 1999 di area Kampus Institut Agama Islam Tribakti yang dipandang halamannya luas sehingga mampu menampung para santri dan jama’ah. Pada tahun itu pula Majelis Dzikir dan Maulidurrosul Saw yang dipimpin langsung oleh KH. Ahmad Asrori Al Ishaqi, kakak dari Ibu Nyai Hj. Zakiyatul Miskiyah (sekaligus istri dari KH. Imam Yahya Mahrus) dan beliau pula lah yang akhirnya menetapkan jadwal hari kamis malam jum’at terakhir di bulan syawal sebagai agenda tahunan Majelis Dzikir dan Maulidurrosul Saw dalam rangka Haul Masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo. Kemudian pelaksanaan berikutnya di Aula Pondok Pesantren Lirboyo hingga saat ini.
Pada awal adanya Majelis Dzikir dan maulidurrosul Saw di Lirboyo, jama’ah yang hadir masih didominasi oleh orang-orang tua, yang notabenenya jama’ah dari KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi dengan ciri khas kopiyah putihnya. Sementara santri lirboyo yang kesehariannya menggunakan kopiyah hitam beranggapan bahwa acara tersebut khusus hanya untuk orang tua saja. Namun dengan berjalannya waktu, Majelis Dzikir dan Maulidurrosul Saw yang di dalamnya ada pembacaan Manaqib Syaikh Abdul Qodir Al-Jilani selalu mengiringi setiap acara Haul Masyayikh Lirboyo, akhirnya mereka pun sudah dapat memahami bahkan meresa gandrung dengan pembacaan manaqib itu.
Al-Mahrusiyah tentu juga terkena dampak perkembangan manaqib ini. Kala itu, Kiai Imam mendatangkan para ustadz yang ahli dalam membawakan pembacaan manaqib dari Pondok Pesantren Al-Fitroh, Kedinding,, Surabaya, Pondok Kiai Asrori.
Para ustadz itu disuruh mengajari santri Al-Mahrusiyah agar lancar dan pandai dalam membawakan pembacaan manaqib. Hingga sekarang manaqib telah berkembang pesat dan dijadikan ekstrakulikuler Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah, baik pusat maupun unit yang dilaksanakan setiap hari senin-rabu pagi yang telah memiliki puluhan personal-personil handal, baik putra maupun putri.
Bangganya, Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah adalah pelopor dan menjadi satu-satunya unit di Lirboyo yang memiliki tim manaqib, sekalipun dengan Lirboyo itu sendiri. Tak heran bila terselenggaranya Manaqib dan Haul Masyayikh Lirboyo di setiap tahunnya pihak Al-Mahrusiyah yang menyandang tuan rumah.
Maju dan pesatnya manaqib di Lirboyo tidak lain dan tidak bukan atas berkat ketelatenan beliau, KH. Imam Yahya Mahrus.