Beberapa hari yang lalu, Pondok-Pesantren HM Al-Mahrusiyah melaksanakan Muhafadhoh Akhirussanah di setiap unitnya. Terkhusus di Al-Mahrusyiah III Ngampel, dalam mauidzotul hasanah yang di bawakan oleh KH Mahin Toha pengasuh Pondok-Pesantren Darussalam Lirboyo, beliau menyampaikan beberapa pesan kepada para santri. Adapaun pesan yang di sampaikan beliau salah satunya yaitu, mengenai empat perkara yang harus di perhatikan ketika mondok Lirboyo. Tetapi yang di sampaikan beliau hanya tiga.
Pertama adalah mengenai muhafadhoh atau hafalan, Kedua kepahaman/pemahaman, implementasinya seperti dengan adanya ujian atau imtihan yang di adakan pada waktu tertentu dengan tujuan untuk menguji pemahaman terhadap apa yang di hafalkan dan di pelajari. Ketiga adalah Dokumentasi contohnya seperti makna yang ada dalam kitab, maka dari itu di Lirboyo mengadakan pengecekan kitab atau mashur di sebut dengan istilah “tam-taman”. Selain itu beliau juga menjelaskan bahwa hafalan menjadi pengadatan pondok-pondok salafiyah, yang mana mendahulukan hafalan dari pada pemahaman. Beliau bersandar pada teori perkembangan atau teori evolusi yang mana hafalan itu sifatnya kering dan kepahaman sifatnya basah.
Tak hanya itu beliau juga menceritakan sejarah awal muhafadhoh di pesantren Lirboyo bahwa, yang mengawalinya adalah muasis pesantren yaitu Mbah Kiai Abdul Karim yang mana sebelum Kiai Abdul Karim ngaji Kitab ibnu Aqil, beliau selalu ngelalar pelajaran yang akan ia kaji . Dari situlah awal mula muhafadhoh muncul yang hingga sampai sekarang terus di jaga.
Di samping menjelaskan hal tadi, pengasuh Pondok-Pesantren Darussalam Lirboyo juga menjelaskan mengenai niat santri ketika mondok. Di antaranya adalah dengan niat mancapai ridho Alloh, menghilangkan kebodohan, menghidupi agama islam “ hayatul islam bil ilmu”, mensyukuri nikmat, dan juga tawakkal. Nah semua ini harus di sinkorkan agar sesuai dengan tujuan mondok, jangan sampai kita menuntut ilmu hanya ingin perkara dunia “ojo sampek awak dewe golek ilmu gae perkoro dunyo” tutur KH Mahin Toha. Karena secara hakikat menurut beliau, ilmu merupakan perkara di layani bukan melayani, seperti dawuh Imam Al-Ghozali “ألعلم مخدوم غير خدم “ (ilmu itu di layani bukan melayani) ilmu merupakan segalanya, maka dari itu mencari ilmu harus tulus.
Selain itu beliau juga mengutip syair Mbah Mahrus Aly “Waman lahu ‘ilmun kafa waqod ‘ala# ’Ala hawahu ‘lmuhu waqod ghola (Barang siapa yang memiliki ilmu yang cukup dan bisa mengendalikan segala-galanya maka orang itu mahal.) dengan ilmu seseorang bisa menguasai dunia dan seisinya. Di tambah lagi menceritakan mengenai Harin ar Rasyid yang bertemu dengan Imam Malik bin Anas ketika pergi Haji. Harus ar Rasyid bertemu dengan Imam Malik yang baru mengarang Kitab Muatho’. Setelah itu Harun ar Rasyid tertarik dengan Kitab Imam Malik dan meminta untuk mengajari di kerajaannya. Tetapi jawaban Imam adalah “ العلم يؤتا ولا ياءثي” (ilmu itu di datangi bukan mendatangi).
Pada sesi ceramah terakhir beliau menyampaikan untuk mempersiapkan belajar para santri sesiap mungkin. Karena akan tidak lama lagi akan memasuki bulan suci Romadhon bisa di gunakan untuk menyicil hafalan dan beliau menutup ceramahnya dengan Do’a.