Hadiri Dies & Maulidiyah LP2M Tribakti, Pimred Elmahrusy Media Jelaskan Pentingnya Peran Pers Mahasiswa di Era Millenial
“Kalian tahu, kenapa logo pos itu burung merpati? Ini filosofinya sewaktu zamannya Nabi Adam. Pada saat itu burung merpati dijadikan alat untuk memberikan informasi, khususnya saat tragedi banjir bandang.” Tutur Ahmad Nahrowi, S.H. saat mengisi Talk Show dan Dies Maulidliyah ke-14 LP2M Corong Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) Kediri pada Kamis, (24/02) di Aula KH. Mahrus Aly.
“Sebab itu, terkait jurnalis ini sebenarnya sudah ada sejak lama dan pelopor pertamanya adalah dari kaum Islam,” lanjutnya.
Untuk membina sebuah Lembaga Pers, menurutnya perlu sekali memegang 4 komponen. Diantaranya seperti:
Pertama, Edukasi. Hal yang terpenting dari unggahan suatu lembaga pers di sosial media adalah seberapa perhatian lembaga tersebut dalam mengelola sebuah edukasi. Bagaimana didalamnya penuh akan informasi pengetahuan yang khusus disajikan oleh para pembaca. Jadi tidak sekadar unggahan receh seperti yang ada di zaman sekarang ini.
“Kemudian untuk membuat tulisan yang bernilai edukasi, yang terpenting adalah riset, carilah data sebanyak dan sevalid mungkin. Kalau tidak, buat tulisan edukasi dikolaborasikan dengan infotainment (hiburan) ini agar tulisan lebih menarik,” kata santri Al-Mahrusiyah ini.
Kedua, Memberikan Informasi. Tentu ini juga menjadi fungsi terpenting dalam kelembagaan pers, jadi Pers Mahasiswa harus mampu memberikan informasi yang valid dan lebih peduli dengan lingkungan sekitar, seperti tragedi atau konflik yang terjadi di Indonesia mahasiswa harus mampu mengkritisinya.
“Bahkan, ma’na dari An-naba sendiri adalah berita besar. Artinya didalam Al-qur’an ini sudah mengajarkan akan pentingnya memberikan sebuah informasi,” tambah lulusan Sarjana Hukum IAIT ini.
Ketiga, Infotainment atau hiburan. Bila di zaman millennial ini kita hanya mengandalkan edukasi saja, sepertinya perhatian masyarakat sangat minim. Sehingga perlu sekali adanya nilai hiburan. Karena manusia pun butuh hiburan, tak bisa dicekoki terus-terusan dengan hal yang serius. Asalkan adanya hiburan ini jangan sampai malah meninggalkan nilai edukasi, bila ini terjadi malah terlihat seperti konten-konten receh.
“Elmahrusy Media saja sekarang sudah merambah ke tik-tok. Kami bergabung ke tik-tok untuk mengimbangi tontonan kurang baik yang sekarang ini menguasai media. Ini juga bentuk dakwah dari elmahrusy. Bahkan, saya ada inisiatif membuat tik-tok pun saat ikut ngaji Ihya ‘Ulumuddin bersama Gus Iing atau Gus Melvin, salah satu dosen IAIT. Artinya kami mendirikan tik-tok ini pun mempunyai sanad, tidak sembarangan.” Tutur Pimpinan Umum Pers Mahrusy disambut gelak tawa dari audien.
Dan yang terakhir adalah Ekonomi. Jadi agar semuanya berjalan lancar, dimulai dari edukasi, informasi dan infotainment maka sebuah lembaga pers harus mampu mengatur perekonomian dengan baik. Demi kelancaran sebuah job maka harus dipenuhi pula Sumber Daya Manusia (SDM)nya, bila SDMnya sudah terpenuhi maka mereka pun semangat dalam menjalankan pengabdiannya. Peran pengelolaan ekonomi sangat penting, terlebih di sepanjang perjalanan pengabdian harus terus mengupgrade otak serta fasilitas lembaga pers.
“Namun diantara 4 komponen tadi, sebenarnya ada yang lebih utama, ialah mahasiswa LP2M Corong harus memiliki himmah yang besar, memiliki rasa untuk mengembangkan organisaasi yang tinggi,” tambahnya.
Diakhir statement beliau juga menyampaikan, dengan memanfaatkan media melalui konten-konten atau tulisan yang bermanfaat, maka tindakan kita mirip-mirip dakwahnya para masayikh.
“Logikanya seperti ini, para masayikh punya santri kisaran 35 ribu, kemudian kita membuat tulisan, lalu dibaca oleh khalayak sampai 35 ribu. Maka dakwah kita mirip-mirip sama dengan masayikh, diikuti oleh banyak orang. Seperti Elmahrusy Media, kini followers-nya sudah mencapai 56 ribu, bila semua pengikut kita melihat maka nilai dakwahnya sama dengan para masayikh,” tutur kontributor NU Online ini.
Oleh: Iwan Nur