Pondok Pesantren HM. Al-Mahrusiyah Peringati Haul Ke 11 KH. Imam Yahya Mahrus
Kediri, Pers Mahrusy. Pada Hari Sabtu (17/09) malam, Haul KH. Imam Yahya Mahrus yang ke 11 digelar, bertempat di Masjid dan halaman PonPes HM-Al-Mahrusiyah 3, Ngampel, Mojoroto, Kota Kediri.
Hadir dalam acara ini beberapa Masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo, ribuan santri Pondok Pesantren HM. Al-Mahrusiyah juga beberapa alumninya, KH. Chalwani dari Pondok Pesantren An-Nawawi, Berjan turut hadir mengisi mauidhotul hasanah, juga para habaib, seperti Habib Musthofa Al-Jufri, Habib Musthofa Al-Haidar dan Habib Musthofa Al-Haddad, Nampak juga Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar.
Selain untuk mendoakan, mengenang jasa dan perjuangan Alm. KH. Imam Yahya Mahrus, acara ini juga terdapat sesi simbolis Launchingnya ITAMA (Institut Teknologi Al-Mahrusiyah).
Pembacaan Yasin dan tawasul menjadi rangkaian acara pertama, diisi oleh. KH. Nurul Huda Ahmad dari Ngadi luwih kediri. Dilanjutkan Pembacaan Tahlil dan Doa yang dipimpin KH. Ahmad Hasan Syukri Zam-Zami Mahrus, kemudian Pembacaan Qoshidah oleh Habib Musthofa Al-haddad.
KH. Reza Ahmad Zahid memberikan sambutan atas nama Dzuriyyah Almarhum Almaghfurlah KH. Imam Yahya Mahrus. Dalam sambutannya ia mengapresiasi semangat para santri Al-Mahrusiyah satu yang datang menggunakan truk. Selain itu beliau memohon doa restu mengenai Launchingnya ITAMA,
“4000 santri liboyo pusat datang kesini naik truk demi hurmat kepada Haul Mbah Imam. Selain memperingati haul, kami keluarga besar meminta doa restu kepada semua untuk melaunching ITAMA” Kata putra sulung Yai Imam ini.
Gus Reza juga mengatakan perihal pentingnya menguasai teknologi di masa serba modern ini, ia juga beranggapan bahwa santri juga harus mengetahui teknologi dengan catatan tidak meninggalkan jiwa kesantriannya.
“Ada seseorang yang bertanya kepada saya, Gus Apa Hubungannya pondok pesantren dengan teknologi? Kemudian saya menjawab, Setelah santri belajar kitab kuning kemudian kitab putih, perlu untuk belajar teknologi, agar para santri dapat berkontribusi maksimal dalam pembangunan bangsa dan negeri. Seorang yang mampu mengkombinasikan antara ilmu haq yang diaplikasikan pada perkembangan zaman maupun kelimuan yang bernunasa teknologi serta tidak membuang jiwa kesantriannya, agar nantinya banyak teknokrat-teknokrat jebolan santri.” Imbuh Rektor IAIT kedri ini.
KH. An’im Falahuddin Mahrus selaku pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo mengatakan perihal kerawuhan kita semua semoga menjadi amal baik, beliau juga mengingatkan agar para santri Yai Imam selalu meneruskan pelajaran-pelajaran yang sudah diajarkan dan dicontohkan Yai Imam.
“Semoga kerawuhan anda dicatat sebagai amal baik oleh Allah Swt, saya berharap Alumni Pondok Lirboyo Wabil Khusus Al-Mahrusiyah selalu mengikuti dan meneruksan beliau KH. Imam Yahya, terutama didalam istifadah (mencari ilmu) wal ifadah (memberikan ilmu) istiqomah menjauhi larangan dan menunaikan segala perintah Allah Swt.” Kata adik dari Yai Imam ini.
Beliau juga berharap semoga HM. Al-Mahrusiyah di Ngampel ini bisa bermanfaat dan berkah bagi agama, bangsa dan negara. Perlu diketahui Yai Imam merupakan seseorang yang semangat dalam mencari ilmu, serta sering melakukan riadhoh demi kesuksesan santri-santrinya,
“Semoga HM Al-Mahrusiyah di Desa Ngampel ini bisa bermanfaat dan berkah bagi Agama Bangsa dan Negara, yang paling patut kita tiru, Mbah Imam itu semangat tholabul ilmi, seperti belajar di Sarang, kemudian Universitas King Abdul Aziz Madinah, Arab Saudi, riyadhoh beliau setiap malam melakukan istighosah, mendidik secara dhohir dan mendoakan sungguh-sungguh, agar para santrinya mendapat ilmu yang manfaat dan barokah, sehingga mendapat Hidayah Taufik dari Allah Swt, Kuatkan halaqoh batiniah antara pegasuh dan para santrinya, sehingga di Padang Mahsyar nanti bisa dikuburkan dengan guru-guru kita dan Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Amin.” Imbuh KH. An’im.
Pada acara berikutnya merupakan Mauidhotul Hasanah oleh KH. Ahmad Chalwani Nawawi dari Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan, Purworejo. Beliau menyampaikan terkait cerita mondoknya dulu juga pentingnya para kiai, santri dan pondok pesantren dalam menjaga patirotisme kepada tanah air.
“Junjungan kita Nabi Muhammad bersabda Sesungguhnya orang yang bersyukur kepada Allah adalah orang yang saling mengucapkan terima kasih sesama manusia. Saya dulu Mondok di Lirboyo, temannya ada Gus Nurul Huda, Gus Toha Yahya, Gus Hasan Mutawakkil genggong dan lainnya. Pengalaman saya di pesantren, dulu sempat menjadi
Ketua HP (Himpunan Pelajar). Pernah di suatu waktu Bapak Imron Hamzah Wakil Ketua MWC NU Jawa Timur datang ke Lirboyo, beliau dawuh “Ada tokoh Pendidikan Nasional Bapak Douwess Dekker, beliau dikirm Belanda untuk merusak Bangsa Indonesia, karena kenal kiai, santri, mindset nya berubah menjadi memperjuangkan Indonesia. Jadi, kalau tidak ada kiai dan pondok pesantren maka patriotisme Bangsa Indonesia sudah hancur. Ada sebuah pepatah “Yen ora ono kiai lan Pondok Pesantren greget belo negoro wes ajur ket bien. Yen paling kendel melawan penjajah yo iku santri.” Ungkap KH. Chalwani.
Beliau juga menambahkan tentang Pangeran Diponegoro, figure Diponegoro merupakan santri. kemudian Joko Tingkir, menurut Yai Chalwani Joko Tingkir kalau dairtikan ke dalam Bahasa Indonesia adalah Pemuda Ahli dzikir, murid dari Sunan Kalijaga serta wali sholeh yang memiliki keturunan orang-orang besar, seperti KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Hasan Mutawakkil.
“Pengeran Diponegoro merupakan santri, beliau juga mengamalkan Doa Qunut, Sholat Tarawih 20 Raka’at, dan sering dzikiran, pangeran dengan nama asli Ontowiryo ini merupakan santri dari Hasan Besari. mempeng ketika mengaji dengan Sunan Kalijaga, setiap hari menyebrang sungai dengan melewati buaya-buaya dibawahnya, lagu Cokot Boyo filosofinya ya dari sini, siapa yang berangkatnya terakhir ketika ngaji maka akan digigit buaya. Joko Tingkir wali yang sholeh, mempunyai keturunan seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Hasan Mutawakkil.” Tegasnya.
Selain itu, Yai Chalwani juga menerangkan beberapa pendapat tentang metode pesantren sebagai metode Pendidikan paling pas di zaman ini, dibuktikan dengan beberapa riset yang dilakukan oleh pakar dan para ahli,
“Pendapat Douwess Dekker didukung oleh KI. Hajar Dewantara, Pendidikan yang paling berhasil adalah sistem pondok pesantren, karena di pesantren semuanya serba mendukung, baik itu lingkungan, para ustadz dan pergaulan sosialnya, hasi riset juga mengaatakan orang tua yang anaknya ten pondok umurnya lebih panjang. Mantan Rektor Universitas PBB Dr. Sujatmoko mengatakan, pada zaman ini metode yang baik metode pondok pesantren, karena di pesantren sudah diajarkan, berbeda dengan di luar, seperti mengajar dengan sikap sombong maka tidak akan sampi hati, mengajar ilmu dapat diresap oleh otak, ilmu sampai otak kemudian pintar dikhawatirkan minterno kancane. Oleh karena itu para santri harus mantap belajar di Pondok Pesantren agar berhasil. Saya pernah didawuhi Mbah Yai Mahrus Ali, 3 elemen penting Syaikhun Fatah, Kutubun Shohah dan Aqlun Rajah.” Pungkas Yai Chalwani.
Acara berakhir ditandai dengan pembacaan Doa oleh KH. Ahmad Mahin Toha.