Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Putra Gelar Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw
Kamis (6/10) malam, Santri Pondok Pesantren HM. Al-Mahrusiyah Putra Pusat memperingati Maulid Nabi Muhammad Saw, kegiatan ini dilaksanakan di Mushola dan Aula pondok, dimulai dari setelah Sholat Maghrib sampai Jam 22.00 WIB. Acara tersebut dihadiri beberapa pengasuh pondok, diantaranya, Agus H. Nabil Ali Utsman dan Agus H. Izzul Maula Dhiya’ullah serta KH. Faruq Qusya’iri selaku penasehat.
Pembacaan Manaqib Syaikh Abdul Qodir dalam kitab Al- Faidhlur Rohman menjadi pembuka pada acara ini, seluruh santri tampak khusyu’ mendengarkan. Usai pembacaan manaqib dilanjutkan dengan Sholawat Simtudduror, Tim Habsy Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Putra dengan semangat membawakan lantunan-lantunan sholawat kepada Kanjeng Nabi, para jama’ah pun turut terbawa suasana bahagia dalam peringatan hari kelahiran Nabi yang mulia ini.
Agus H. Izzul Maula Dhiya’ullah dalam tausiyahnya mengatakan bahwa maulid ini merupakan salah satu kemuliaan yang dimiliki oleh Baginda Nabi, sebab, kebanyakan akan memperingati haul kematian seseorang, 40 harinya, ataupun 1000 hari setelah kematian,
“Maulid Nabi Muhammad ini adalah salah satu bentuk kemuliaan yang dimiliki oleh beliau, karena kebanyakan orang akan memperingati tentang kematiannya, tapi kalau Nabi Muhammad yang diperingati adalah hari kelahiran Beliau, kemuliaan manusia dapat dilihat ketika beliau sudah meninggal. ketika kalian melihat ada orang yang baru lahir apakah berani menjamin kalau bayi itu akan menjadi orang alim, mulia, maupun selamat dunia akhirat, bisa jadi orang yang lahir dari keluarga yang baik, tempat yang baik, bisa jadi akhirnya itu Su’ul Khotimah begitu pun sebaliknya. Sebab, Nabi baru lahir saja sudah menjadi kemuliaan, dan menjadi kebahagiaan bagi kita semua umat Nabi Muhammmad Saw” Kata Putra Yai Imam ini.
Gus Izzul juga menambahkan, bahwa kita sebagai umatnya harus bangga dan berysukur, hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti melakukan sunah-sunah beliau, serta menjauhi macam-macam perkara yang tidak disukai Nabi,
“Kita harus bangga menjadi umat beliau, menjadi umatnya Nabi adalah nikmat yang sangat luar biasa. Nah, Bagaimana kita mensyukurinya? Buktikan kalau kita cinta kepada Nabi, dengan cara berusaha semaksimal mungkin melakukan hal-hal yang beliau sukai, semisal, Kanjeng Nabi suka bersedekah, maka, kita juga harus suka bersedekah, dan banyak lagi amalan-amalan lainnya.” Imbuh Ketua GP Ansor Kota Kediri ini.
Beliau menyampaikan tentang Nabi Muhammad yang sangat mencintai umatnya, bahkan, pernah terjadi suatu peristiwa dimana Nabi disiksa oleh suatu umat tetapi oleh Kanjeng Nabi dibalas dengan mendoakan kebaikan dan berharap umat itu mendapat hidayah untuk masuk Islam,
“Ada satu bait syi’ir yang luar bisa,
ما كان الحب بين الناس ولكن بين النّبي وامّتي
Tidak ada yang Namanya cinta sejati diantara manusia, tetapi cinta sejati di dunia ini adalah cinta Kanjeng Nabi pada umatnya, Apa buktinya? ketika Nabi diakhir hayatnya, yang terakhir disebut beliau, ummati, ummati, ummati. Sama halnya kejadian Nabi dengan Kaum Thoif, dimana Kanjeng Nabi ditolak kedatangannya, dengan dihina, seperti dilempar batu, kotoran dan hal-hal menjijikan lainnya. Malaikat Jibril sampai bertanya, “Wahai Nabi, apakah perlu Gunung Uhud, Aku jatuhkan kepada mereka?” Nabi lantas menjawab, “Wahai Jibril, jangan siksa mereka, karena aku berharap mereka mendapat hidayah dari Allah dan bersedia untuk masuk Islam.” Tuturnya.
Terakhir, Gus Izzul menerangkan bahwa kemuliaan Nabi itu tidak ada bandingannya, tidak ada satu pun perkara yang menjadi landasan kemuliaan Nabi, artinya, kemuliaan Nabi itu berasal dari diri Nabi sendiri, juga perayaan Maulid ini adalah bentuk sikap kita untuk melestarikan budaya dan tradisi yang diajarkan oleh guru-guru kita terdahulu
“Makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Allah Swt, adalah Nur Muhammad, kemuliaan beliau bisa menular kepada perkara-perkara yang ada kaitannya dengan Nabi Muhammad, ada suatu pertanyaan, “Kenapa Nabi Muhammad lahir di Hari Senin, padahal hari yang paling mulai Hari Jum’at” jawabannya, “Karena Allah tidak mau kemuliaan Nabi Muhammad ini karena adanya perkara-perkara lain, ataupun berlandaskan perkara-perkara lainnya, Hari Senin mulia karena kelahiran Nabi Muhammad, sama halnya dengan Bulan Rabiul Awal, agar kemuliaan Nabi tidak didasari perkara-perkara lainnya, apapun yang mulia karena mulianya Nabi Muhammad Saw. Jika kita seirng menyebut lafadz Nabi Muhammad insyaallah mulia, apa-apa yang kita makan juga menjadi mulia, apa-apa yang tumbuh dalam diri kita itu juga menjadi mulia. Guru kita, Mbah Imam itu kalau sholawatan seneng nya Masyaallah, ada acara maulid apapun beliau hadir, maulid ini juga bentuk kita melestarikan budaya tradisi yang sudah diajarkan oleh guru-guru kita” Pungkasnya.
Pembacaan doa oleh beliau KH Faruq Qusyairi, menjadi tanda berakhirnya acara yang InsyaAllah penuh barokah ini.