Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah Putra Mengadakan Pembacaan Manaqib Dalam Haul KH Imam Yahya Mahrus ke-11
Kediri, Pers Mahrusy.
Jum’at (16/09) Pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qodir di Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah berjalan dengan khidmat.
Dalam peringatan Haul Almarhum Almagfurlah KH Imam Yahya Mahrus yang ke-11, Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah mengadakan acara pembacaan manaqib serentak. Baik pusat maupun unit, putra maupun putri.
Bertempat di Mushola, ratusan santri putri larut dalam pembacaan manaqib Syekh Abdul Qodir Al-Jilani dalam kitab Al-Faidhul Ar-Rahmani. Setelah sholat maghrib dan zikirannya, acara langsung dimulai oleh para pembaca manaqib dengan suara merdunya.
Acara tersebut dihadiri oleh Agus Nabil Ali Utsman, Agus Izzul Maula Diyaullah, dan Yai Faruq Qusyairi. Bab demi bab dibacakan dan sampai pada Wa Haisu Intaha yang merupakan bab akhir dari manaqib yang dibacakan oleh Gus Izzul. Disambung do’a manaqib oleh Yai Faruq yang dibacakan dengan penuh penghayatan.
Usai pembacaan manaqib, acara dilanjut dengan pembacaan Maulid Ad-Dibai. Tabuhan rebana terdengar bertalu-talu menanmbah keindahan lantunan syair saat Mahalul Qiyam dibacakan. Tak sedikit dari keringat juga air mata haru dari para santri yang terbawa suasana.
Maulid ditutup dengan do’a oleh Gus Nabil. Lalu, MC berdiri untuk mempersilahkan sambutan dan do’a penutup kepada Gus Nabil.
Gus Nabil membawa semua sambutannya tentang Mbah Yai Imam. Mulai dari kelahiran beliau, sifat dan baik akhlak beliau, juga dengan kenangan mendalam Gus Nabil dengan Ayahnya, Mbah Yai Imam.
“Untuk Kelahiran beliau itu ada dua pendapat. Pertama ada yang mengatakan beliau lahir di tahun 1949, ini menurut akta beliau. Kedua ada yang mengatakan beliau lahir di tahun 1948, ini menurut guru beliau, KH Maimoen Zubair.” Ucap Gus Nabil.
“Untuk tanggalnya, beliau lahir di tanggal 1 agustus yang bertepatan dengan harlah pondok putra. Aslinya tanggal 1 agustus ini diambil ketika beliau mau membuat paspor, agar mudah di ingat beliau mencantumkan tanggal lahirnya pada tanggal 1 agustus.” Lanjut Gus Nabil.
Gus Nabil juga banyak menceritakan tentang sifat dan baik Akhlak-akhlak beliau.
“Beliau (Yai Imam) sangat ta’zhim terhadap guru-gurunya. Bahkan saat beliau sowan pada Yai Maimoen Zubair, beliau tidak pernah mengetok pintu rumahnya. Beliau hanya duduk diluar sampai diizinkan masuk oleh gurunya.”
Gus Nabil pun bercerita banyak tentang kenangannya dengan Yai Imam. Semua cerita itu disambut dengan antusias oleh para santri yang mayoritas tidak menemui masa hidup beliau. Cerita itu sangat bermanfaat.
“Semoga kita bisa meneladani beliau dan semoga kita diakui sebagai santrinya beliau.” Itulah harapan Gus Nabil di akhir sambutannya.
Setelah dirasa cukup, acara itu ditutup dengan do’a oleh Gus Nabil dan sedikit ditambahi oleh Gus Izzul. Para santri mengamini dengan penuh khidmat.
Sampai pada jam 21.30 acara selesai. Nasi nampan pun dibagikan sebagai konsumsi di kamar masing-masing.
***