Potret Istimewa, Nilai, Dan Kedudukan Waktu Dalam Islam
Waktu, satu kata yang memiliki kedudukan yang istimewa dalam Islam. Waktu juga merupakan salah satu nikmat allah yang begitu berharga. Saking berharganya sebuah waktu kita diajarkan untuk bisa memanfaatkan waktu semaksimal mungkin agar tidak mengalami penyesalan atas waktu yang telah berlalu. Dalam Islam, firman Allah tentang waktu sangat dipegang teguh oleh hamba-Nya seperti dalam QS. AL’Ashr (1-3). Tiga ayat tersebut yang memberitakan tentang betapa meruginya manusia yang lalai dalam mengelola waktu, terutama lalai untuk menggunakan waktunya mengerjakan amal saleh sebagaimana yang diperintahkan Allah SWT.
Bila kita renungi tentang anugrah waktu banyak sekali manfaat dan pahala yang bisa kita dapatkan. Mulai dari nikmat sehat, nikmat ilmu, dan juga nikmat hidup lainnya yang jika kita kelola dengan baik maka akan bisa menghadirkan rasa syukur dan potret gemilang atas keberhasilan memanajemen waktuNamun, terkadang dari kita masih melalaikan waktu yang akhirnya terbuang sia-sia seperti contoh nikmat ilmu, ketika saat menjadi pelajar kita sering mengabaikan ilmu-ilmu dan malas dalam mengkajinya lagi. Padahal sering kali kita diingatkan oleh petuah bijak tentang pentingnya waktu. Hal ini merupakan kecaman bagi kita semua bahwa bukan hanya kesadaran yang dibutuhkan tapi juga perlunya perubahan dan tindakan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibnu Qayyim
“Tahun adalah batang pohon, bulan-bulan adalah dahannya. Hari-hari adalah ranting-rantingnya. Jam-jam adalah daun-daunnya. Dan nafas-nafas adalah buah-buahnya. Barangsiapa nafas-nafasnya untuk ketaatan, maka buah pohonnya adalah baik. Dan barangsiapa nafas-nafasnya untuk kemaksiatan, maka buahnya adalah hanzhal (buah terpahit)”.
Mengatur waktu adalah keharusan yang wajib bagi kita semua terutama pada generasi muda. Banyak kesempatan, prestasi dan juga ladang pahala yang kita dapatkan dalam menuangkan waktu pada kegiatan positif dan juga bernilai ibadah. Sungguh waktu adalah sesuatu yang tak ternilai karena terlalu mulia untuk disia-siakan, walaupun hanya sebentar. Seperti yang dinukil dari hadist Rasulullah SAW:
Barang siapa yang membaca subhanallahil adhim wa bihamdihi, maka akan ditanamkan untuknya satu pohon kurma di surga
Berapa banyak manusia menyia-nyiakan waktunya sehingga kehilangan ladang pahala. Apakah logis bagi orang yang berakal untuk bersantai dari menebar benih? Jika kita melihat latar belakang keberhasilan para ulama, mereka adalah orang-orang yang senantiasa memanfaatkan waktu dan selalu continue. Seperti cerita Dawud At-Thoi ketika beliau sedang membuat roti, ia berkata “Mulai mengupas, menumbuk hingga menjadi roti dan saya makan, saya selalu membaca tidak kurang dari 50 ayat”.
Itulah potret cerita indah para ulama dalam menjaga waktunya yang bisa kita aplikasikan langsung dalam kehidupan. Seperti hal nya kehidupan di pesantren banyak sekali hafalan yang kita miliki sehingga kita dituntut untuk menjaganya. Beragam cara yang bisa kita lakukan dalam menjaga hafalan tersebut dengan kita memurojaah atau melalar sambil berjalan, sambil makan atau bahkan sambil menunggu antrian. Dari sinilah sisi istimewa pesantren yang merupakan wadah management of time yang baik bagi para generasi muda.
Semoga ini bisa menjadi inspirasi dan juga introspeksi bagi kita semua untuk lebih bisa memanfaatkan waktu lebih baik agar kita termasuk golongan orang-orang yang beruntung dalam memanfaatkan waktu dan hidup dalam kebahagiaan dunia akhirat.
Wallahu A’lam