Pra Ujian Madrasah Diniyah Ning Ochi Pimpin Do’a Bersama Di Asrama Darsyi
Kediri– Pers Mahrusy, (03/10/2022), dalam rangka menyambut bulan maulid, Ning Hj. Ita Rosyidah Miskiyah atau akrab dengan sapaan Ning Ochi memberikan motivasi dan memimpin do’a bersama para santri putri Asrama Darur Rosyidah. Ba’da sholat Isya’ dan istighotsah berjamaah, para santri putri Asrama Darsy dikumpulkan di aula dan GBS (Gedung Baru Samping).
Acara ini langsung dibuka oleh beliau ning Ochi pada pukul 21.07 WIB. Di bulan ini, tepatnya di Bulan Rabi’ul Awal atau bulan kelahirannya junjungan kita Nabi Muhammad SAW, Ning Ochi mengajak mba-mba santri Asrama Darsy untuk kembali flashback di zaman Rasulullah. Beliau ngendikan, “Mari kita menengok kembali history zaman jahiliyah. Dahulu kelahiran bayi perempuan itu adalah aib bagi keluarga,” dawuh pembuka beliau kepada para santri.
Kemudian beliau melanjutkan dengan seulas cerita, “Sebelum Rasulullah diutus, kelahiran bayi perempuan itu adalah aib. Jika istri sudah hamil Sembilan bulan, suami itu sudah bersiap-siap menggali lubang. Jika nanti yang lahir bayi laki-laki akan dibanggakan dan jika yang lahir bayi perempuan maka kan dikubur hidup-hidup,” dongeng beliau kepada para santri yang sudah terlihat lelah kerena kesibukan-kesibukan pondok menjelang ujian semester ganjil.
Beliau kembali melanjutkan, “Subhanallah karena Rasullulah, putri beliau lahir dan tidak dipandang sebagai aib. Melainkan bayi perempuan itu adalah rahmat dan memiliki keistimewaan tersendiri. Karena, bagaimana bisa surga yang mahal dan mulia itu diumpamakan berada di bawah telapak kaki ibu?”
Tak lupa beliau juga beliau mendoakan santri-santrinya, “Kalian semua adalah calon seorang ibu semoga kelak, kalian melahirkan generasi-generasi soleh-solehah yang dapat meneruskan perjuangan dakwah para ulama,” dengan serentak tanpa meninggalkan kekhusyu’an di jawab amin oleh mba-mba santri yang duduk berbaris rapi di aula dan GBS.”
Memasuki inti pesan yang ingin beliau sampaikan. Di bulan maulid ini beliau mewasiatkan dan mengajak para santri-santrinya untuk mengumpulkan niat seperti guru-guru salafuna solah dalam rangka menyambut bulan kelahiran baginda nabi Muhammad SAW. Beliau juga mengajak para santri-santrinya untuk menunaikan ibadah sunah yang telah diwariskan oleh Rasulullah dan melakukan hal yang menyenangkan beliau.
Beliau berpesan, “Perbanyak sholawat, sehari di target kurang lebih 100 kali sholawat, sebelum tidur baca 100 kali sholawat, karena sholawat adalah bacaan yang paling simple dan pendek. Allahuma sholi alaih.”
Selain lafadnya pendek dan mudah, sholawat memiliki banyak faedah, diantara yang beliau tuturkan yakni, pertama untuk qobul hajat dan kedua untuk mempermudah segala urusan. Karena ketika kita membaca sholawat dengan hati yang hadr itu mendapat keutamaan dan didengar sekaligus langsung dijawab oleh beliau baginda nabi Muhammad SAW.
Bahkan meskipun tanpa hati yang hadr dan hanya sekedar komat kamit dengan hati yang lalai pun tetap mendapat pahala. Akan tetapi bedanya sholawatnya hanya sekedar dihaturkan kepada baginda.
Kemudian beliau menyampaikan tujuan beliau memimpin acara do’a pada malam di bulan maulid yaitu, “pertama tadkiroh, banyak-banyak membaca sholawat. Jangan kira jika kalian hadir dalam majlis maulid itu hanya sekedar keinginan kalian semata, melainkan kalian diundang oleh Rasulullah. Maka dari itu marilah kita caper sedikit kepada Allah dan Rasulullah dengan sholawat,”
kedua beliau melanjutkan, “Untuk memberi tasji’ (semangat), untuk kalian yang akan ujian madin. Ujian kita lalui dan lewati sesui prosesnya, yang masih punya tembelan kitab ya segera ditembel. Kita nikmati prosesnya mulai dari menembel, hafalan nadhom, dan muroja’ah. Kitab pokoke diwolak-walik sui-sui paham sendiri (kitab yang penting di bolak-balik lama-lama faham sendiri). Jangan sampai kalian menyia-nyiakan waktu kalian ketika disini. Insyaallah kalian akan memetik buah dari usaha kalian disini,” pesan-pesan beliau sebagai bekal santri-santrinya mengadapi ujian.
Yang paling megharukan seluruh santri ketika beliau ngendikan, “saya ingatkan juga, ini yang paling penting. Saya sering kali mengevaluasi banyak santri yang sakit perut dan tiffus. Ayo! Semuanya sudah besar, dijaga kesehatannya, jangan sampai tidak makan nasi meskipun hanya makan tiga sendok setidaknya makan,” dan masih banyak lagi pesan-pesan beliau kepada santri-santrinya agar senantiasa hidup sehat. Tak lain ini semua sebagai bentuk kasih sayang dan tanggung jawab beliau.
Terakhir beliau menyampaikan tentang syariah, beliau ngendikan, “Saya bukan macak sebagai depkolektor, tapi saya cuma mengingatkan bahwa makanan yang kalian makan itu dari syariah jika kalian belum membayar syariah apakah kalian memiliki hak. Maka dari itu disisni kalian itu sebagai tholabul ilmi dan hal tersebut langsung berhubungan dengan belajar kalian.”
Pesan terakhir beliau sebelum menutup acara, “Status kalian disini sangat mulia, do’a kalian sangat ma’bul. Maka dari itu, mintalah do’a sebanyak-banyaknya sama Allah. Setelah sholat jangan lupakan do’a untuk guru-guru kalian. Juga kalian tidak perlu gelisah, kalian ini ada dibawah naungan atap Al-Mahrusiyah. Anak dari Abah Yai Imam Yahya Mahrus.” Kemudian acara ditutup dengan do’a bersama. Wallahu a’lam