Privillage Kaum Sarungan, dan Budaya Pesantren.
من سلك طريقايبتغي فيه علما سهل الله له طريقا الى الجنة
“Barang siapa meniti suatu jalan untuk mencari ilmu, niscaya dengan hal itu Allah mudahkan baginya jalan menuju surga”
Pesantren adalah tempat atau suatu wadah dimana seseorang menimba ilmu. Sudah tidak asing pastinya bagi para pembaca mendengar dan mengenal pesantren, Apalagi untuk masyarakat di nusantara. Dimana ada pesantren di situ pasti terdapat santri, yaitu orang yang menimba ilmu di pesantren. Tapi, istilah santri ini hanya ada di nusantara lohh guys, jadi gak heran kalau santri sangat melekat sekali dengan budaya nusantara, loh kok bisa? Kalian lihat para santri, kebanyakan dari mereka memakai sarung, peci, apalagi peci hitam yang berstandar nasional, dan memakai baju koko atau kemeja kebanggaan yang setia menemani mereka untuk terus semangat menimba ilmu, dari situlah kenapa santri disebut dengan kaum sarungan.
Di pesantren para santri tidak hanya diajarkan untuk mempelajari ilmu agama , tetapi mereka juga diajarkan mempelajari ilmu-ilmu formal, dan tak lupa nih guys, yang paling utama adalah berusaha untuk menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Karena akhlak adalah kunci utama untuk segala sesuatu yang kita lakukan, apalagi untuk mencari ilmu. Karena tidak ada apa-apanya jika seseorang memiliki ilmu, tetapi tidak memiliki adab. Selain berakhlak mulia apa nih? Santri juga diajarkan untuk selalu mencintai tanah air dan bangsa. Maka dari itu ketika kedaulatan negara ini direbut oleh negara lain, para santri berada di garda terdepan untuk ikut andil dalam mengusir mereka. Nih, banyak sekali kiprah para santri dan kiai dalam memperjuangkan bangsa dan negara, dikutip dari Jabar.nu.or.id salah satunya adalah resolusi jihad NU yang ditandatangani dan dibacakan oleh rois akbar PBNU, Hadlrotusyekh Mbah Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 oktober 1945.kini negara sudah merdeka, maka sudah selayaknya pemerintah memberikan apresiasi kepada kaum santri atas jasa dan perjuangan mereka dalam upaya mempertahankan kedaulatan bangsa. Melalui kpres no.9 tahun 2015, presiden Jokowi menetapkan bahwasannya pada tanggal 22 oktober sebagai hari santri nasional (HSN).
Budaya di pondok pesantren membangun karakter santri dalam bidang keilmuan, bidang, aklak, dan bidang sosial. Wah, kenapa bisa? Jadi gini, melalui belajar kitab-kitab klasik, ilmu-ilmu dasar islam, dengan program pembelajaran yang beragam seperti, tahfidz (hafalan), Musyawaroh, Membaca kitab atau seringkali disebut sebagai sorogan, batsul masail, itu dapat membangun karakter santri dalam bidang keilmuan. Selanjutnya dalam bidang akhlak, ini adalah inti yang diterapkan di dalam pesantren kepada santrinya. Karakter dalam ranah akhlakul karimah yang paling utama adalah berakhlakul karimah kepada Allah Swt, berakhlak pada guru atau kiai, berahklak kepada lingkungan sekitar, dengan cara apa? Salah satunya adalah selalu mematuhi peraturan yang ada di pondok pesantren. Yang terakhir yaitu, karakter dalam bidang sosial, karena di pondok pesantren kita tidak hidup sendiri, dalam artian banyak sekali orang-orang yang hidup bersama kita, disitu kita diajarkan untuk bergotong royong, saling tolong menolong, rukun dan damai antar sesama, apalagi di pondok kita hidup dengan berbagai orang dengan karakter yang berbeda, suku dan budaya yang berbeda, jadi kita harus saling menghormati dan menghargai, dan selanjutnya yaitu, penuh tanggung jawab untuk kebaikan sesama. Ada 4 budaya santri yang diulas yaitu, ngaji, ngopi, ngantri, dan ngabdi.
Setelah kita tau bagaimana budaya di pesantren tentunya, kalian semua pasti penasaran apa saja keistimewaan yang dimiliki oleh santri. Selain mengaji ada banyak kegiatan lain yang dilakukan para santri, diantaranya adalah mengembangkan skill mereka malalui ekstrakurikuler yang diadakan di pondok pesantren, jadi salah besar apabila diluar sana masih menganggap bahwa santri itu kuper (kurang up date). Karena apa? Karena di pondok kita juga bisa menyamai orang-orang diluar sana, buktinya santri sekarang cepat tanggap dalam situasi jaman sekarang yaitu hidup di era digital. Saat ini banyak sekali pondok-pondok yang memiliki media sendiri, melalui media tersebut mereka berdakwah melalui sosial media, contohnya ya elmahrusy media ini, heheheu.
Kalo ditanya, emang santri bisa jadi apa sih? Eits jangan salah, banyak diluar sana orang-orang besar yang terlahir dari pesantren, dalam artian notabennya adalah seorang santri. Diantaranya, KH. Ma’ruf Amin, Gus Mus, Gus Dur, KH. As’ad Syamsul Arifin, KH Mahrus Aly dan masih banyak lagi yang gak mungkin saya sebutin satu-satu. Jadi, kita sebagai santri harus bangga dan muhasabah binafsi apabila melakukan hal-hal yang jelek apalagi sampai mencoreng nama kesantriannya, na’udzubillahimindzalik. Semoga kita menjadi santri yang khusnul khotimah, ilmunya bermanfaat dan barokah, amin.
Oleh: Shofa’ Nailah