web analytics

Pulangku Hijrah

Pulangku Hijrah
Man hand holding a conceptual clock with the words yesterday, now and tomorrow. Concept of time management or living in the present moment. Composite image between a hand photography and a 3D background.
6 0
Read Time:9 Minute, 54 Second

Aku sudah lama mengenalnya, dia adalah teman kecilku, saat kami bermain dulu sering sekali aku menjahilinya. Amora Hanina namanya, nama yang memiliki arti anak perempuan penuh cinta, dan kehadirannya selalu dirindukan. Ia adalah salah satu teman perempuanku yang selalu saja ikut bermain dimanapun aku dan kawan-kawanku berkumpul. Ia adalah putri kiai Hasbullah, beliau adalah kiai besar yang sangat alim sekali. Keluarganya sangat berpegang teguh dengan agama dan di hormati oleh masyarakat, berbeda dengan keluargaku yang,,, entahlah, aku bingung untuk menceritakannya.
Namaku Ibrahim Muhammad Syaddad, orang biasa memanggilku Ibra. Aku tinggal bersama umi karena abi dan umiku bercerai ketika aku berumur 12 tahun. Entah karena apa, abi dan umi memutuskan untuk berpisah tanpa memikirkan anak semata wayangnya. Semenjak kejadian itu hidupku berubah, aku putus sekolah, dan menjadi laki-laki yang bejat dan bergaul dijalanan bersama anak-anak geng motor dan anak pank. Sudah berapa kali aku membuat umi menangis karena tak pulang ke rumah dan tidak mau nurut kepada umi. Aku melihat umiku sudah sangat lelah sekali mengurus anaknya yang tidak mau diatur ini. Aku menyadari itu, tetapi, aku terkadang masih bingung dengan diriku sendiri.
Usia 12 th
“Brak……” suara gebrakan pintu terdengar jelas ditelingaku. Aku bersembunyi dibalik pintu kamar sambil memeras kedua tepak tanganku, dengan mata yang sudah kemerah-merahan karena menahan amarah dan air mata.
“Abi maunya apa bi?….’’ terdengar suara umi menangis dari luar kamar.
‘’Sudahlah mi, abi sudah capek kalau begini terus” dengan nada marah abi berbicara kepada umi.
“Umi bingung bi” terdengar suara umi menangis di depan abi dari kejauhan.
“Abi mau sekarang kita Cerai mi, umi cari saja laki-laki yang lebih baik dari pada abi”
6 bulan kemudian
Setelah umi dan abiku cerai mulai merasa muak dan selalu ingin sendiri berdiam diri di kamar. Jarang sekali mengobrol atau sekedar berkumpul bersama umi. Sampai pada suatu ketika umi mengetok pintu kamarku,
“Ibrahim, nak makan yuk umi sudah masak nak, ayo makan!” terdengar suara umi dari dalam kamarku.
Aku membuka pintu kamar dan menemui umi di meja makan. Sambil mengambil piring dan nasi aku melirik umi yang terlihat sendu sekali.
Kita berdua menikmati masakan umi yang sederhana tetapi memiliki ciri khas tersendiri bagiku.
“Kamu beneran mau putus sekolah Ibra?” tanya umi kepadaku.
Aku hanya membalas dengan anggukan.
“Kenapa nak?, untuk biaya kamu tidak usah khawatir, biar umi yang urus” ucapnya.
“Ndak mi, Ibra udah mutusin untuk gak lanjut” jawabku.
“Umii hanya diam tak berani untuk terus memaksaku”
Sudah berapa kali umi menawarkan sekolah kepadaku, dan aku hanya menolak mentah-mentah.
1 th setelah 6 bulan
Sudah bosan aku di rumah dengan kejenuhan, sekarang aku lebih sering keluar rumah, bukan hanya 1 hari atau 2 hari, bahkan berminggu-minggu aku tidak diam di rumah. Tanpa menanyakan kabar umi sama sekali.
“Bra,,,,,, kenapa lu diem haa?, ayooo dong seneng-seneng bareng kita!” tanya seorang temanku dalam keadaan mabuk sembari merangkul bahuku.
Aku hanya membalas dengan senyum malas.
“ayo dong braaa, nih minum!” jawab temanku yang satunya, sambil menyodorkan arak di depanku.
Aku mengambil arak yang ia sodorkan kepadaku, lalu meminumnya. Aku sudah biasa dengan minum-minuman beralkohol yang memabukkan, dengan obat-obatan yang berbahayapun itu sudah menjadi kebiasaanku, mereka semua ibarat makanan sehari-hari bagiku. Aku melakukan itu semua demi menenangkan pikiran-pikiran yang terlintas di otakku, tanpa harus berpikir panjang bahwa itu Haram dan berbahaya.
Walaupun aku melakukan itu semua, aku tidak pernah seperti teman-temanku yang selalu bergonta-ganti pasangan dan melakukan hal yang tidak senonoh, aku masih menyadari itu. Karena aku juga masih mengingatnya. Iya, dia temanku, Amora Hanina yang biasa aku sapa Hani.
Semenjak aku sudah lulus Sekolah Dasar, aku sudah tidak pernah melihatnya lagi, bahkan bertemu dengannya. Mendengar cerita-cerita orang ia sedang menimba ilmu di pesantren.
Pernah suatu hari saat aku pulang ke rumah umi mengajakku mengobrol, biasalah sambil menasehatiku.
“Ibra, kamu ndak capek ta nak?, hidupmu gak karuan seperti itu?. Umi sudah ndak tau lagi mau ngasih tau kamu itu gmn , kamu maunya sebenernya itu gmn sih nak?” tanya umi kepadaku.
“Umi capek kan ngurus aku?, sudahlah mi Ibra bisa mengurus diri Ibra sendiri. Lagian Ibra juga udah gedhe udah faham ini itu.” Jawabku sambil menatap umi yang mulai sendu.
Umi menatapku sambil menggeleng.
“Ndak, bukan masalah nggak capek atau apa, umi hanya ingin kamu lebih baik saja. Kamu ingat kan teman kamu Hani? Dia kan putri kiai yang sangat alim dan berilmu, bagaimana kalau seandainya kamu berguru sama abahnya, siapa tau nak, kamu bisa berubah.
Awalnya aku ingin marah umi berkata seperti itu, tapi ketika umi menyebut namanya, tiba-tiba pikiranku berubah, aku menjadi Tenang dan tentram mendengar namanya.
Umi pov
Bukannya aku tidak mengurus Ibrahim putra semata wayangku. Semenjak aku cerai dengan mas Irfan hidupnya sudah tak beraturan. Ia menjadi anak yang broken home.
Aku mengetahui ia menjadi anak yang brandal dan bergaul di jalanan. Sudah berapa kali aku menasehatinya.
Pernah suatu ketika di malam hari, seusai aku qiyamullail ia datang dengan keadaan mabuk.
“Tok..tok…tok… Umiiii buuu kaa mi… Umiiiii cepet buka aa…” Ibra mengetuk pintu sambil me manggil-manggil namaku dengan suara terbata-bata seperti orang mabuk.
Ketika aku membuka pintu, ternyata benar dia pulang dengan keadaan mabuk, dengan baju yang urakan khas anak pank, dan berbau alkohol disekujur tubuhnya. Aku membopongnya menuju kamar dengan keadaan menangis.
“Kamu itu maunya apaaaaaaaa Ibra????, kamu sudah keterlaluan sekali nak, kamu sadar ndak, apa yang kamu lakukan ini adalah perbuatan Haram!. Allah membenci itu!’’ ucapku kepadanya.
Ia hanya membalas dengan tertawa yabg tidak jelas. Emosiku sudah memuncak, bukan hanya 1 atau 2x ia melakukan ini. “ingat Ibra Allah berfirman dalam QS Al-Maidah [5] ayat 90:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.”
“ nak, Islam itu memiliki alasan yang sangat rasional terkait pengharaman khamr. Bahwa, seseorang yang mabuk setelah minum khamr, ucapannya sering ngelantur dan kebanyakan bicara hal negatif, lihat!!! seperti kamu ini “ aku memarahinya sambil menasehati haramnya di dalam islam untukeminum khamr.
10 th kemudian
Ibra pov
Aku mendengar celoteh temanku lamaku, ketika kami mengobrol bersama di rumah fajar, bahwa Hani mondok di pesantren salaf, dan ia semakin bersih dan cantik. Mendengar itu aku tak sengaja senyum sambil memikirkannya.
“Kenapa tiba-tiba kamu senyum bra?” tanya fajar temanku dari SD. Meskipun fajar anak pesantren, tapi setiap pulang liburan ia tidak pernah malu untuk tetap bergaul denganku. Ia tidak malu punya teman yang anak pank, bahkan tidak pernah sholat, ngaji, dan melakukan perintah Allah SWT.
“Hayooo,,,, kamu suka ya sama Hani? Hmmmmmm…… Boleh sih, tapiiii kalau kamu bener- bener suka sama dia kamu harus perbaiki diri kamu dulu bra, tau sendiri keluarga Hani seperti apa.
Aku hanya menatapnya dan membalas senyuman.
“Tapi sepertinya nggak mungkin jar dia mau deket sama aku, yaa aku sadar diri lah” ucapku.
“Loh kenapa nggak? Di dunia ini itu nggak ada yang nggak mungkin loh bra” ucap fajar kepadaku sembari dia menyemangatiku.
“Heh, kamu itu Bisa berubah, kamu ingat nggak, dulu kamu seperti apa? Haa? Eeh berusaha dulu nanti Insyaallah berhasil. Ada suatu ungkapan Arab yang terkenal yaitu من جد و جد artinya “Barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkan hasil, “Dimana ada kemauan, pasti disitu ada Jalan.”
Setelah kita mengobrol, aku pulang ke rumah dan aku melihat umi menangis sambil berdo’a untukku. Setelah melihat itu aku bergegas menuju kamarku. Di sana aku duduk termenung sambil memikirkan ucapan fajar tadi.
“Masa iya sih, aku masih bisa berubah? Apa sholatku masih diterima? Apa perbuatankuyang zina itu bisa dimaafkan?” Celetukku dalam hati. Aku memikirkan itu sampai-sampai aku tak sadar umi memanggilku ke tempat makan untuk makan siang.
“Ibra, ayo makan siang, umi udah nyiapin ini” panggil umi.
Setelah umi memanggil aku berjalan menuju ruang makan, ya seperti biasa, diam dengan keheningan hanya tersisa suara sendok dan piring. Setelah selesai umi tidak langsung membereskan, sepertinya ingin bicara kepadaku.
“Dari mana kamu dari tadi pagi nak? Ko tumben pulangnya cepat sekali” tanyanya.
“Rumah Fajar mi, teman SD aku dulu” jawabku sambil duduk santai di tempat makan.
“Fajar anak ibu siti yang mondok di pesantren itu?’’ tanyanya lagi.
“Iya’’ jawabku singkat.
“Owh, bagus dong kalo kamu sering main-main sama dia, siapa tau kamu bisa belajar sama dia, umi dengar dia itu anaknya alim, baik. Udah 8 tahun dia diam di pesantren” ucap umi.
Aku hanya membalas dengan tatapan yang tak bermakna, lalu pergi.
“Huuuft, nak,,,,nak,,,, diajari baik kok repot, semoga kamu menjadi anak sholeh ya” celetuk umiku dari kejauhan.
Setelah lama aku tidak menghubungi Hani, aku mencari tau tentangnya, bahkan teman-temannya pun ikut berpartisipasi kepadaku untuk memberi tahu bagaimana keadaan Hani sekarang, saking fokusnya aku mencari tau tentangnya aku sampai meninggalkan kebiasaan burukku, iya, biasanya aku tidak pulang dan diam di jalanan menjadi anak pank yang tidak pernah mandi dan ngamen-ngamen gak jelas, lalu minum-minuman dan obat-obatan. Tapi aku sudah lupa untuk melakukan itu semua. Yang ku ingat hanya mencari tau kabar tentang Hani.
Dibantu oleh fajar, aku belajar sholat karena udah lupa semua bacaan-bacaan sholat dan mengaji. Dia terus membantu dan menyuportku untuk muhasabah diri.
Fajar banyak cerita tentang bagaimana pesantren dan bagaimana hidup di pesantren, aku mulai sedikit tertarik, dan aku berkeinginan ke sana, awalnya tujuanku hanya untuk mencari tau tentang Hani, ehehehhee.
Oh iya sampai lupa aku menceritakan kapan aku menyukainya, aku menyukainya sudah lama, semenjak aku masih duduk di sekolah dasar.ehehhe biasalah dulu itu cinta monyet, hanya gojlok-gojlokan teman-teman. Tapi ternyata semakin lama aku tidak melihatnya semakin terbesit pikiranku untuk terus memikirkannya, sama seperti namanya Amora Hanina, perempuan yang penuh cinta dan kehadirannya sangat dirindukan.
Setelah aku belajar banyak dari fajar, akhirnya aku ingin pergi ke pesantren untuk menimba ilmu.
Aku meminta izin kepada umi untuk pergi ke pesantren darul qur’an, pesantren yang ingin aku tempati.
“Umi Ibra minta maaf ya mi sudah banyak melakukan dosa, dan sudah durhaka sama umi, Ibra mau minta izin mi untuk pergi ke pesantren” ucapku lirih sambil ditemani isak tangis aku dan umi.
Aku yakin umiku sudah setuju, dan sangat setuju sekali ketika aku ingin pamit untuk hijrah ke pesantren.
Setelah musimnya sudah tiba, iya, musim para santri kembali ke pesantren, aku hijrah dari rumah, hijrah dari keburukan, kezinaanku ke tempat yang suci, yang penuh berkah, dan mendapatkan banyak kebaikan disana.
Di pesantren aku memiliki banyak perubahan, aku menjadi penghafal, penghafal al-qur’an. Selama aku djpesantren aku banyak mengenal indahnya islam, hukum-hukum fiqih, ilmu tauhid, balaghoh, dll. Disela-sela hafalanku aku tetap aktif mengikuti bandongan kitab kepada para masyayikh, dan karena aku mondok di pesantren jawa, aku banyak mengetahui adat-adat santri kejawen, mulai dari beberapa riyadhoh mulai dari puasa dll.
Selama di pesantren aku tidak pernah pulang ke kampung halaman, aku naun (tidak pulang selama beberapa taun).
Setelah aku menyelesaikan al-qur’an ku dan mengabdi selama 2 tahun, aku pulang ke rumah, aku membawa mahar 30 juz . aku mempunyai niat untuk melamar putri yai Hasbullah, iya,dia adalah wanita sholehah dengan paras yang cantik, ia Amora Hanina. Aku meminangnya, dan setelah kita menikah aku melanjutkan pesantren yang di Asuh oleh abahnya, yai Hasbullah. Walau banyak rintangan dalam keluarga kami, aku bersyukur memilikinya, ia adalah bidadari ku, aku dan Hani istriku dikaruniai malaikat kecil yang sholeh, ia bernama muhammad zulfikar syaddad. Aku hidup bahagia dengan mereka.
Mendidik anak tidak mudah, aku berusaha sebaik mungkin untuk mendidik muhammad putraku, aku tak ingin ia memiliki masa kelam yang sama sepertiku, cukup aku yang merasakan dan cukup aku yang mengalami hal bodoh itu.
Selesai

About Post Author

Shofa' Nailah

Santri Putri Al-Mahrusiyah asal Lumajang menyukai seni
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like