Ramadhan dan 2 Keistimewaan
Marhaban ya Ramadhan!
Marhaban ya Syahru Shiyam!
Ramadhan selalu berhasil menciptakan bahagia di hati setiap umat Islam. Bahagia yang diartikan dengan makna tersendiri bagi setiap orang. Terbayang semua akan malam-malam, hari-hari yang dilewatkan di dalam bulan Ramadhan: berpuasa, sahur, berbuka, tarawih, tadarus, berbagi, kekeluargaan, dan segala gegap gempita yang takan pernah ditemukan dan dirasakan di bulan-bulan lain. Tentu hal ini sulit untuk dijelaskan.
Untuk Ramadhan sendiri, banyak hal yang bisa kita bahas. Dari segala sisi, tentang segala hal. Tapi, perlu kiranya kita membahas tentang keistimewaan bulan yang istimewa ini: Ramadhan. Setidaknya ada 2 keistimewaan: Nuzulul Qur’an dan Lailatul Qadr!
Jika Rajab dikenal dengan bulan sholat dan Sya’ban dikenal dengan bulan sholawat, Ramadhan dikenal dengan bulan Al-Qur’an. Karena memang, dalam realitas sejarah, Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadhan.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.” (Al-Baqarah ayat 185).
Al-Qur’an adalah firman Allah yang diwahyukan kepada nabi Muhammad melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur. Ayat pertama yang diturunkan ialah Al-Alaq ayat 1-5 dalam pengasingan Nabi di gua Hira. Perihal ini, dalam buku Lentera Kegelapan, tercatat setiap jejak dan peristiwa itu:
Tanggal 17 Ramadhan, dalam gua Hira yang remang-remang, tangan lembut malaikat utusan tuhan menyentuh dada Nabi Muhammad Saw. yang telah memasuki usia empat puluh tahun. Malaikat itu mulai mengeluarkan suaranya, lembut namun menggetarkan jiwa suami Khadijah yang berdiri mematung.
“Ya Allah ringankan bebannya, lapangkanlah dadanya, dan bersihkanlah hatinya. Wahai Nabi Muhammad, bergembiralah! Sesungguhnya engkau adalah seorang Nabi bagi umat ini.”
Sosok itu begitu tenang dan fasih menyuarakan kalimatnya. Ia kemuadian melanjutkan,
“Bacalah!”
“Aku sama sekali tidak bisa membaca dan menulis.” Jawab Nabi dengan perasaan tak menentu.
Malaikat itu kemudian mendekap Nabi, mencoba meneguhkan hati Nabi Muhammad Saw.
“Bacalah!” Ia mengulangi perintahnya.
“Aku sama sekali tidak bisa membaca dan menulis.” Nabi masih juga memberikan jawaban yang sama.
Rasulullah masih belum memahami apa yang dikehendaki tamunya ini. Kini sosok itu kembali mendekap beliau. Dekapan kedua ini lebih kuat dari yang pertama hingga membuat beliau merasa sesak untuk bernafas. Sesaat kemudian dekapan itu dilepaskan dan perintah yang sama kembali keluar dari mulut malaikat itu.
“Bacalah!”
“Aku sama sekali tidak bisa membaca dan menulis.” Jawaban ketiga ini adalah penandas dari Nabi Muhammad Saw.
Teduhnya malam Ramadhan menjadi saksi bagi pertemuan dua makhluk mulia ini. Mereka kini duduk berhadapan di ruang tengah gua. Dinding-dinding gua membisu seolah ingin menyimak baik-baik percakapan mereka berdua. Jalan setapak menuju gua tergeletak diam seperti ular memamerkan punggungnya, merambati bukit batu. Bebatuan yang berada di sekitar gua khidmat dalam kebisuannya, teronggok di luar seperti seorang pengawal menunggu majikannya melakukan pertemuan di ruang tertutup. Sementara di dalam gua, malaikat itu begitu kagum dengan cahaya kenabian yang terpancar dari Nabi Muhammad Saw. Begitu elok bagai intan-intan menghiasi tubuh pemakainya. Sambil duduk berhadapan, Nabi Muhammad Saw. kembali diberi perintah untuk membaca. Namun perintah itu kini lebih tegas dan tersusun dalam beberapa kalimat.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan tuhanmulah yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5)
Lalu, sedikit timbul pertanyaan, “kenapa Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur?” Mudah saja, Allah telah menjawabnya dalam surat Al-Furqan ayat 32 yang berbunyi:
وَقَالَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْاٰنُ جُمْلَةً وَّاحِدَةًۛ كَذٰلِكَۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا
“Orang-orang yang kufur berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Nabi Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar).”
Sungguh, begitu mulia Al-Qur’an: sebuah kitab yang mulia dari yang Maha Mulia yang diperantarakan kepada malaikat yang paling mulia untuk manusia yang paling mulia. Sungguh, merugi bagi orang yang tidak membaca Al-Qur’an, terutama pada bulan yang penuh kemuliaan.
Padahal tiada meruginya, begitu beruntungnya jika kita membaca Al-Qur’an, terutama pada bulan Ramadhan. Bukan karena apa, di bulan Ramadhan, Allah sedang berhambur-hambur ganjaran dan ampunan untuk hamba-Nya yang beribadah.
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata: “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi sepuluh kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR Tirmidzi)
Perihal Lailatul Qadr, hal ini merupakan yang dimpi-impikan oleh setiap umat muslim. Karena betapa besar anugerah di malam itu. Bahkan Allah sampai menurunkan sebuah surat penuh tentang malam yang lebih baik dari seribu bulan.
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ٢لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ٣تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ٤سَلٰمٌۛ هِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِࣖ ٥
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadr. Tahukah kamu apakah Lailatul Qadr itu? Lailatul Qadr itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.”
Lailatul Qadr begitu mulia karena sebagai pertanda pada malam itu menjadi malam diturunkannnya Al-Qur’an. Ya, karena pada tanggal diturunkannya Al-Qur’an, pada tanggal 17 Ramadhan bertepatan dengan malam Lailatul Qadr. Sejak dahulu, Rasulullah telah memberikan ciri-ciri dan pertanda Lailatul Qadr.
فقد سئل رسول الله صلى الله عليه وسلم عن علاملت ليلة القدر فقال هي ليلة بلجة اي مشرقة نيرة لاحارة ولا باردة ولاسحاب فيها ولامطر ولاريح ولايرمى فيها بنجم ولاتطلع الشمس صبيحتها مشعشة
“Rasulullah SAW pernah ditanya tentang tanda-tanda Lailatul Qadr, maka beliau bersabda: Yaitu malam yang terang dan bercahaya, udaranya tidak panas dan tidak dingin, tidak ada mendung tidak ada hujan, tidak ada gerak angin dan tidak ada bintang yang dilempar. Paginya matahari terbit dengan terang tapi tidak terlalu memancar.”
Bagaimana cara agar mendapatkan Lailatul Qadr? Jika kita berkaca pada orang-orang yang mendapatkan Lailatul Qadr, banyak cara dan gambaran. Karena setiap orang tidak selalu sama dalam mendapatkan malam yang mulia itu. Mungkin bisa dengan mudah, dalam suatu kesempatan Rasulullah sempat memberikan cara agar mendapatkan Lailatul Qadr.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ.
“Dari Aisyah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Carilah Lailatul Qadar pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir di bulan Ramadhan,” (HR Bukhari).
Maka dari itu, betapa sudah menjadi tradisi jika setiap sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan, masjid-masjid selalu dipenuhi oleh orang-orang yang beri’tikaf. Membaca Al-Qur’an, berdzikir, berokaat-rokaat sholat sunah. Tapi, bukan berarti Lailatul Qadr hanya bisa didapat di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan tidak bisa di tanggal awal atau pertengahan Ramadhan. Bukan berarti kita hanya semangat dan bersungguh-sungguh ibadah hanya pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Tidak seperti itu.
Apapun yang terjadi, semoga Allah meridhoi kita di Ramadhan ini dan masih diberi kesempatan untuk dipertemukan dengan Ramadhan berikutnya. Aamiin.
Wallahu a’lam.