web analytics

Refleksi Ngaji Gus Reza: Lentera Kegelapan (part 2)

Refleksi Ngaji Gus Reza: Lentera Kegelapan (part 2)
K.H. Reza Ahmad Zahid dalam Pengajian Kilatan Ramadhan 1445 H
0 0
Read Time:5 Minute, 32 Second

Kemarin kita telah mengupas lentera kegelapan part 1 yang berupa Takwa. Selanjutnya, Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq RA menyebutkan bahwa:

والذنب ظُلْمَةٌ والسِّراجُ لَها التَّوبة

Dosa itu gelap, dan lenteranya adalah Taubat.

 

Hal ini berlandaskan hadist Rasulullah SAW:

أن العبد إذا أخطأ خطيئة نكتت في قلبه نكتة سوداء فإذا هو نزع واستغفر وتاب صقل قلبه

“Sesungguhnya ketika seorang hamba melakukan satu kesalahan, maka di dalam hatinya ditorehkan satu titik tinta hitam. Dan ketika ia menghapus tinta itu dengan beristighfar dan bertaubat, maka hatinya kembali mengkilap.”

 

Kita tidak tahu, mana dosa yang akan diampuni dan mana dosa yang tidak dapat ditoleransi. Kita juga tidak dapat memastikan, bahwa Allah hanya murka pada orang yang melakukan dosa besar saja. Oleh karena itu, sebagian Ahli Hikmah berpesan:

لا تحقروا الذنوب الصغار فإنها تتشعب منها الذنوب الكبار

وأيضا ربما يكون غضب الله تعالى في تلك الصغار

Jangan pernah meremehkan dosa kecil, karena itu merupakan percabangan dari dosa besar. Dan bisa jadi Allah murka sebab dosa kecil tersebut.

 

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

لا صغيرة مع الإصرار

ولا كبيرة مع الإستغفار

Bukanlah dosa kecil apabila terus menerus dilakukan,

Dan tiada dosa besar apabila melakukan istighfar.”

 

Dari hadist tersebut, Rasulullah  memberitahukan bahwa dosa kecil tidak dapat dipandang sebelah mata. Ia akan menjadi dosa besar apabila dilakukan secara berkala. Namun, Rasulullah juga memberi kabar bahagia, bahwasanya dosa besar tak ada artinya bila ditebus dengan istighfar sebanyak-banyaknya.

Istighfar. Itulah langkah yang musti kita terapkan ketika melakukan suatu kesalahan. Kita dapat mengambil ibrah dari kisah Nabi Adam AS ketika Beliau di-blacklist dari surga-Nya. Taukah kalian apa yang dilakukan Nabi Adam saat menghadapi masa-masa terpuruknya?

وسعد آدم عليه السلام بخمسة أشياء: أقر بالذنب وندم عليه ولام نفسه وأسرع في التوبة ولم يقنط من رحمة الله

Nabi Adam AS beruntung karena melakukan 5 perkara ini:

  1. Mengakui dosanya, dengan mengucapkan:

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنْ الْخَاسِرِينَ  (الأعراف/23)

  1. Menyesali kesalahannya

Sabda Rasulullah SAW didalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi dari Abdulloh Ibn Mas’ud: “Barang siapa melakukan satu kesalahan, kemudian ia menyesalinya, maka penyesalan itu yang menjadi tebusannya.”

  1. Mencela dirinya atas perbuatan yang telah ia lakukan
  2. Menyegerakan taubat
  3. Tidak memutus rahmat Allah SWT

Meski demikian beruntungnya Nabi Adam, Beliau sebenarnya cemburu terhadap umat Nabi Muhammad SAW. Mengapa? Syeikh Nawawi Al-Bantani menuturkan kisahnya dalam menyarahi maqolah ke-27 pada bab 4;

Nabi Adam AS berkata: “Sesungguhnya Allah memberikan 4 macam kemuliaan kepada umat Nabi Muhammad, yang ke-4 hal itu tidak diberikan kepadaku, yaitu:

  1. قبول توبتي كان بمكة وأمة محمد يتوبون في كل مكان فيقبل توبتهم

Taubatku diterima ketika berada di Makkah, sedangkan umat Muhammad taubatnya diterima di setiap tempat (dimanapun ia berada).

  1. إني كنت لابسا، فلما عصيت جعلني عريانا وأمة محمد يعصون عراة فيلبسهم

Sesungguhnya aku adalah orang yang berpakaian, akan tetapi Allah menjadikanku telanjang saat aku durhaka. Sedangkan umat Muhammad sebaliknya, ketika melakukan maksiat, mereka telanjang, lalu Allah menutupinya dengan pakaian.

  1. لما عصيت فرق بيني وبين امرأتي وأمة محمد يعصون الله ولا يفرق بينهم وبين أزواجهم

Ketika aku melakukan kesalahan, maka Allah memisahkanku dengan pasanganku (Siti Hawa). Tapi tidak dengan umat Muhammad, saat mereka melakukan maksiat, Allah tidak memisahkan mereka dengan para pasangannnya.

  1. إني عصيت في الجنة فأخرجني منها وأمة محمد يعصون الله تعالى خارج الجنة فيدخلهم فيها إذا تابوا

Sesungguhnya aku melakukan maksiat di dalam surga, lalu Allah mengusirku dari sana. Umat Muhammad sebaliknya, mereka melakukan maksiat di luar surga (di bumi) lalu Allah memasukkannya ke dalam surga apabila mereka bertaubat.

Masya Allah, betapa beruntungnya kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Bahkan Nabi kita pernah bersabda:

التائب من الذنب كمن لا ذنب له

“Orang yang bertaubat dari dosa, maka ia seperti orang yang tidak memiliki dosa.”

Berikut merupakan kisah Abdullah ibn Mas’ud ketika ditanya tentang 3 hal, yaitu:

  1. خير الأيام
  2. خير الشهور
  3. خير الأعمال

Beliau pun menjawab bahwa خير الأيام (sebaik-baik hari) yaitu hari Jum’at, خير الشهور (sebaik-baik bulan) yaitu bulan Ramadhan, dan خير الأعمال (sebaik-baik amal) adalah sholat 5 waktu dengan tepat waktu.

Kemudian Sayyidina Ali RA berpendapat: “Saya yakin, para Ulama, Ahli Hikmah, dan juga Ahli Fikih dari bumi bagian barat maupun timur akan menjawab dengan jawaban serupa. Akan tetapi saya punya pendapat lain.”

Adapunخير الشهور  (sebaik-baik bulan) versi Sayyidina Ali yakni ما تنوب فيه إلى الله توبة نصوحا (bulan dimana kamu bertaubat kepada Allah dengan taubatan nasuha)

 

Apa itu توبة نصوحا ?

قال ابن عباس: التوبة النصوح الندم بالقلب والإستغفار باللسان والإقلاع بالبدن والإضمار أن لا يعود إلى ما نهى الله عنه

Menurut Ibnu Abbas, taubat nasuha (taubat yang sebenarnya) dapat ditandai dengan penyesalan dalam hati. Disamping it, lisannya selalu beristighfar (memohon ampunan). Ia juga menyudahi perbuatannya (hati dan tubuhnya tidak mengulangi kesalahan yang sama), yaitu meninggalkan perkara yang telah dilarang Allah SWT.

Hal ini selaras dengan firman-Nya dalam Q.S. Al-Tahrim ayat 8:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى الله تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سِيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ يَوْمَ لاَ يُخْزِي الله النَّبِيَّ وَالَّذين آمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak mengecewakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengannya; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami, sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa apa yang disampaikan Sayyidina Abu Bakar untuk jenis kegelapan ke-2 benar adanya, yaitu الذنب dan lenteranya adalah التَّوبة.

Wallahu a’lam.

 

About Post Author

Anour Ryn

Struggle
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like