Relasi Musibah Dan Munasabah
Musibah tek lepas dari teguran sang murobbi. Memberi musibah bagi hambanya yang lupa diri. Serta menyapa hambanya, bukti bahwa sang murobi masih mencintai.
Siapkah diri untuk membenahi? Allah tidak memberikan musibah diatas kemampuan hambanya, demikian semuanya memiliki porsi masing-masing. Memang ia datang membuat kewalahan, tapi perlu kita hadapi dengan penuh kesabaran.
Relasi musibah tak lepas dari Munasabah diri. Munasabah Sangat dianjurkan dalam Islam, dengan munasabah diri menjadikan suasana menjadi damai.
Munasabah diri menjadi bahan evaluasi diri, cukup baik kah diri kita untuk menghina orang lain. Sudah sempurnakah diri kita untuk menilai Orang lain?
Namun relasi antara musibah dan munasabah ini jarang disadari padahal hal ini bersentuhan langsung dalam kehidupan sehari hari. Salah satu musibah yang berelasi dengan munasabah adalah kehilangan uang.
Pasti bertanya-tanya mengapa hal ini bisa berelasi? Jika membahas tentang uang sendiri merupakan alat transaksi jual beli. Filosofi uang sendiri dalam Bahasa Arab yakni دينّر . Lafadz دينّر berasal dari lafadz دين (Agama) dan lafadzنر (Neraka).
Apabila kita dapat memanfaatkan uang untuk kepentingan agama maka surge jaminannya. Akan tetapi bila kita menyalahgunakan uang seperti halnya korupsi, berfoya-foya, maka uang itulah dapat menjerumuskan ke dalam neraka.
Hal demikian menjadikan munasabah diri dalam menghadapi musibah, mengapa tidak? Hal ini cara Allah menegur kita untuk berbagi, sudah sedekah kah untuk hari ini? Ataukah seberapa lama menimbun uang untuk diri sendiri? Menimbun disini bukan berarti menimbun baju, namun menimbun harta dan tidak disedekahkan untuk orang lain, menimbun uang dapat menyebabkan sifat kikir, tamak dan lain-lain.
Siapkan diri ini untuk membenahi, agar kembali kepada illahi, membersihkan diri, mensucikan hati dengan sedekah, sedekah merupakan ibadah yang terbilang cukup ringan, namun niat untuk ikhlasnya yang sulit, jadikan hal tersebut sebagai peluang untuk memerangi sulitnya hati untuk ikhlas.
Dengan demikian harapan penulis semoga tersadarkan tentang pentingnya bersedekah. Sekian.Relasi Musibah dan Munasabah Oleh: karisma aji febriyanti
Musibah tek lepas dari teguran sang murobbi. Memberi musibah bagi hambanya yang lupa diri. Serta menyapa hambanya, bukti bahwa sang murobi masih mencintai.
Siapkah diri untuk membenahi? Allah tidak memberikan musibah diatas kemampuan hambatya, demikian semuanya memiliki Porsi masing-masing. Memang ia datang membuat kewalahan, tapi perlu kita hadapi dengan penuh kesabaran.
Relasi musibah tak lepas dari Munasabah diri. Munasabah Sangat dianjurkan dalam Islam, dengan munasabah diri menjadikan suasana menjadi damai.
Munasabah diri menjadi bahan evaluasi diri, cukup baik kah diri kita untuk menghina orang lain. Sudah sempurnakah diri kita untuk menilai Orang lain?
Hamun relasi antara musibah dan munasabah ini jarang disadari padahal hal ini bersentuhan langsung dalam kehidupan sehari hari. Salah satu musibah yang berelasi dengan munasabah adalah kehilangan uang.
Pasti bertanya-tanya mengapa hal ini bisa berelasi? Jika membahas tentang uang sendiri merupakan alat transaksi jual beli. Filosofi uang cendiri dalam Bahasa Arab yakni دينّر . Lafadz دينّر berasal dari lafadz دين (Agama) dan lafadzنر (Neraka).
Apabila kita dapat memanfaatkan uang untuk kepentingan agama maka surge jaminannya. Akan tetapi bila kita menyalahgunakan uang seperti halnya korupsi, berfoya-foya, maka uang itulah dapat menjerumuskan ke dalam neraka.
Hal demikian menjadikan munasabah diri dalam menghadapi musibah, mengapa tidak? Hal ini cara Allah menegur kita untuk berbagi, sudah sedekah kah untuk hari ini? Ataukah seberapa lama menimbun uang untuk diri sendiri? Menimbun disini bukan berarti menimbun baju, namun menimbun harta dan tidak disedekahkan untuk orang lain, menimbun uang dapat menyebabkan sifat kikir, tamak dan lain-lain.
Siapkan diri ini untuk membenahi, agar kembali kepada illahi, membersihkan diri, mensucikan hati dengan sedekah, sedekah merupakan ibadah yang terbilang cukup ringan, namun niat untuk ikhlasnya yang sulit, jadikan hal tersebut sebagai peluang untuk memerangi sulitnya hati untuk ikhlas.
Dengan demikian harapan penulis semoga tersadarkan tentang pentingnya bersedekah. Sekian.
Oleh: Karisma Aji F.