Rihlah Ziarah Santri Al-Mahrusiyah: Maqam Syaikh Jumadil Kubro Trowulan
Setelah menyelesaikan ziarah di Mojoagung, rihlah kami berlanjut ke Makam Syaikh Jumadil Kubro Trowulan Mojokerto, Jawa Timur.
Alhamdulillah sejauh ini perjalanan kami lancar-lancar saja, cuaca pun cukup mendukung. Walaupun hari-hari sebelumnya hujan senantiasa rajin menyirami bumi, khususnya di wilayah Jawa Timur.
Sebelum kami berangkat ke Mojokerto, tim diperintah untuk menemui Gus Nabil. Disitu kami diberi arahan terkait Publikasi dan Dokumentasi selama ziarah. Kami diberi amanah untuk bisa segera menyiarkan perjalanan ziarah kami dari awal hingga akhir.
Melalui arahan dan motivasi dari beliau, saya dan tim menjadi merasa tertantang dan termotivasi.
Ternyata perjalanan dari Syaikh Sulaiman Mojo Agung ke Syaikh Jumadil Kubro tak begitu lama, kurang dari 1 jam kami menempuh rombongan sampai di Trowulan.
Begitu hendak sampai di Trowulan, didalam bus saya dan Mr. O mempersiapkan data yang kami dapat selama perjalanan kemudian di upload ke media sosial.
Bus turun saya langsung meraih ojek yang tersedia dengan harapan bisa sampai terlebih dulu sehingga bisa mengambil angle fotografi yang instagramable atau aesthetic.
Sembari menunggu Gus Iing hadir ditengah peziarah, kami lantunkan sholawat. 5 menit lebih 35 detik kami bersholawat Gus Iing bersama dzuriyah datang. Saat beliau hendak duduk, melihat kursi hanya ada satu. Beliau langsung memindahkan kursi tersebut ke pelungguhan sang Ibu. Bu Nyai pun menerimanya dengan senyuman manis tepat dengan memandang mata putranya itu.
Akhlak Gus Iing ini menimbulkan decap kagum para santri-santrinya, khususnya saya pribadi.
Tahlil yang dipimpin Gus Iing terlaksana penuh dengan kekhusyu’an. Apa yang diajarkan Gus Reza tadi pagi, benar-benar dilaksanakan oleh teman-teman peziarah. Namun ditengah kekhusyuan itu terselip tingkah lucu dari putra-putri dzuriyah Al-Mahrusiyah ini, bermain dan berlarian kesana-kemari tanpa menghiraukan para peziarah.
Seusai pembacaan doa, seluruh santri langsung melaksanakan sholat dhuhur-ashar jamak takdim. Terlihat suasana yang begitu ramai dan begitu membuat saya berat ke tempat wudhu karena padatnya santri. Akhirnya saya memilih istirahat dulu bersama Mr. O. Kami memilih agak santai sambil meregangkan otot sebab dilihat dari jadwal, rombongan akan berangkat jam 15.00 WIB.
Sampai jam 13.30 terlihat sekitar halaman maqam sudah sepi dari rombongan. Disitu tinggal saya dan Mr. O mengalami sedikit problema,
“Sandalku ilang guys!”
Ada-ada saja, disaat genting seperti ini teman saya malah kehilangan sandal. “Alaahh, solat dulu ajah dah Keburu bus berangkat” Geramku
“Santai lahh, kita berangkat loh jam 3 sore” sahutnya.
“Jangan gitu bro, bisa jadikan ada hal sehingga perjalanan disegerakan. Udahlah yang penting kita solat dulu!”
Kami pun segera mengambil wudhu mempersiapkan menghadap pada illahi. Namun apa daya, setelah wudhu kami dibingungkan dengan arah kiblat. Tempat yang terbuka tanpa penunjuk kiblat sama sekali, membuat kami kebingungan. Tak lama, si teman kami berinisiatif mendatangi pengemis dan menanyakan arah kiblat. Sedang saya membuka HP sekaligus membuka Aplikasi kompas, guna mencari arah barat (koordinat kiblat).
Setelah arah kiblat ketemu, sholatlah kami ditempat itu, kemudian saat kami melanjutkan sholat ashar, berbunyi nada dering dari hp Mr. O.
Setelah sholat angkatlah panggilan hp itu. Ternyata, itu telpon dari salah satu panitia. Dia mengatakan Bus bentar lagi berangkat. Perjalanan kami selanjutnya menuju Pulau Garam Madura, Makam Syaikhona Kholil Bangkalan.