Rihlah Ziarah Santri Al-Mahrusiyah: Maqam Syekh Ali Gedongan Cirebon (Ayahanda KH Mahrus Ali)
Para ibu-ibu fatayat dan pemuda pemudi desa Kuripan Lor, Pekalongan ramai menyambut kedatangan zantri Mahrusiyah. Padahal kita disana hanya menginap saja, tapi mereka menjamu dengan amat ramah. Sekitar pukul ¼ malam kita baru saja sampai di Pekalongan untuk mengisi daya di pagi harinya ke Cirebon. Dalam agenda ziarah kita transit di kediaman salah satu santri putra HM Al-Mahrusiyah yang juga salah satu tamatan madrasah diniyah tahun ini yang bernama Muhammad Fahmi Puradi.
Peserta ziarah putri transit di Masjid, Peserta ziarah putra dan panitia di rumah Fahmi, sedangkan panitia putri di rumah tantenya Fahmi dan dibagi menjadi beberapa tempat karena memang banyak. Kita benar-benar pengen cepat-cepat merebahkan badan, namun para ibu-ibu masih ingin menyambut kita. Jeruk, kelengkeng, gorengan piringan sudah di siapkan. Karna mbak-mbak panitianya ngantuk berat akhirnya, yang di ruang tamu piringannya dimasukkan ke kantong plastik untuk di bawa pulang. Biasalah santri, ingat saja di pondok masih ada temannya. Hehe. Pagi hari sekitar pukul 6 pagi kita sudah di oprak-oprak menuju bus untuk menuju tujuan selanjutnya yaitu Syekh Ali Gedongan.
Sebelum saya mondok di Lirboyo saya bahkan belum pernah mendengar nama Syekh Ali dari Gedongan. Nama beliau tak terlalu masyhur di masyarakat umum. Namun di kalangan santri Lirboyo beliau sangatlah dikenal. Beliau merupakan ayahanda KH Mahrus Ali. Salah satu mantu dari KH Abdul Karim Pendiri Pondok Lirboyo. Yai Mahrus yang tak lain adalah ayahanda dari Yai Imam Yahya Mahrus sang Muassis PP Al-Mahrusiyah. Maka tak heran jika di setiap tahunnya ziarah ke maqam Syekh Ali masuk ke dalam daftar agenda ziarah Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah.
Rombongan dari Mahrusiyah sampai di gedongan sekitar jam setengah 10 siang ketika matahari sedang terik-teriknya. Kita berjalan kaki sekitar menuju maqam yang lumayan jauh dari transit bus. Karena maqam Syekh Ali memang sebuah pemakaman umum, jadi wajar kalau maqam nya bersama makam yang lainnya.
Namun ada hal yang berbeda dari tahun kemarin. Untuk menuju ke maqam, sekarang sudah di bangun cungkup sepanjang menuju maqam, lumayan mengurangi panasnya mataharilah. Gus Melvien mengimami Tahlil dan Do’a dipimpin oleh dzuriyyah Gedongan.
Setelah selesai Tahlil, para dzuriyyah mahrusiyah mencium nisan maqam Syekh Ali karena bentuk kecintaan beliau dengan para sesepuh. Sekitar jam 11 kita menuju bus masing-masing untuk melanjutkan rihlah selanjutnya. Namun sebelum saya sampai ke bus. Saya menemui penjaga maqamnya. Saya bertanya-tanya terkait pembangunan cungkup tersebut. Ternyata cungkupnya baru saja selesai di bangun sekitar 3 bulan, namun masih mau di renovasi lagi. Karena yang selesai baru saja makamnya KH Said. Yai Said adalah mertua Syekh Ali, yang tak lain adalah ayahanda dari Ibu Nyai Hasinah. Maka wajar jika ternyata Lirboyo punya ikatan dengan KH. Said Aqil Siradj, karena memang masih ada ikatan darah dengan Nyai Hasinah. Setelah semua peserta masuk bus masing-masing. Kita melanjutkan rihlah ziarah yang teraakhir di Syekh Syarif Hidayatulloh Gunung Jati Cirebon.
penulis: laelizakiaa_